Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Dampak Buruk Menjadikan Makanan sebagai Pelarian Emosi, Bahaya!

ilustrasi makan (unsplash.com/Adriel Prastyanto)
Intinya sih...
  • Makanan emosional dapat menyebabkan peningkatan berat badan dengan cepat tanpa nutrisi yang cukup
  • Kebiasaan makan berlebihan saat stres dapat mengganggu sistem pencernaan dan memicu masalah kesehatan seperti maag dan sindrom iritasi usus
  • Kecanduan emosional terhadap makanan mirip dengan kecanduan substansi lainnya, berdampak pada kesehatan mental dan meningkatkan risiko depresi

Makanan sering kali menjadi teman setia di saat-saat sulit, dari patah hati hingga tekanan pekerjaan. Tapi, apakah menjadikan makanan sebagai pelarian emosi adalah solusi terbaik?

Jawabannya sering kali tidak. Meski terasa nyaman sesaat, kebiasaan ini bisa membawa lebih banyak dampak buruk di kemudian hari. Yuk, bahas 5 masalah utama dari kebiasaan ini!

1. Berat badan yang melonjak tidak terkendali

ilustrasi orang gemuk (pixabay.com/jarmoluk)

Saat emosi meluap, makanan tinggi kalori seperti cokelat atau gorengan terasa menggoda. Masalahnya, makanan tersebut mudah dikonsumsi secara berlebihan tanpa disadari.

Kalori yang masuk dari makanan emosional cenderung tinggi namun rendah nutrisi. Akibatnya, berat badan naik dengan cepat, sementara tubuh kekurangan zat penting seperti serat dan vitamin. Kalau terus dilakukan, kamu berisiko mengalami obesitas, dan itu jauh dari kata sehat.

2. Meningkatkan risiko masalah pencernaan

ilustrasi gangguan pencernaan (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Kebiasaan makan berlebihan saat stres seringkali mengganggu sistem pencernaan. Makanan cepat saji atau manis-manis memang nikmat, tapi mereka bisa memicu masalah seperti maag, kembung, atau bahkan sindrom iritasi usus (IBS).

Makan tidak terkontrol dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat proses pencernaan. Alhasil, perut malah terasa kurang nyaman, membuat emosi makin runyam.

3. Mengaburkan akar masalah emosi

ilustrasi emosi (pixabay.com/NoName_13)

Makanan mungkin bisa menenangkan untuk sementara, tapi itu bukan solusi jangka panjang untuk masalah emosi. Kebiasaan ini hanya membuatmu menunda menghadapi perasaan sebenarnya.

Makanan sering menjadi alat distraksi yang akhirnya mempersulit seseorang memahami dan mengelola emosinya. Lama-lama, ini berisiko memunculkan masalah emosional yang lebih kompleks.

4. Berisiko menyebabkan ketergantungan emosional pada makanan

ilustrasi makan (unsplash.com/Alex Haney)

Jika setiap stres, makanan selalu menjadi pelarian, kamu mungkin sedang menuju ketergantungan emosional terhadap makanan. Kebiasaan ini bisa menjadi lingkaran setan, emosi muncul, makan tanpa kendali, lalu merasa bersalah, dan siklus itu terulang lagi.

Kecanduan emosional terhadap makanan mirip dengan kecanduan substansi lainnya. Hal ini tidak hanya mempengaruhi fisik, tapi juga psikologis. Mungkin saatnya berpikir ulang sebelum mengambil es krim di tengah malam karena bad mood!

5. Memengaruhi kesehatan mental lebih lanjut

ilustrasi stress (unsplash.com/Elisa Ventur)

Bukannya membuat lebih bahagia, makanan justru bisa memperburuk kesehatan mental bila terus menerus dijadikan solusi. Rasa bersalah, cemas, dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri bisa muncul setelah kebiasaan ini dilakukan.

Pola makan emosional erat kaitannya dengan peningkatan risiko gangguan kecemasan dan depresi. Memakan 1 piring donat mungkin terlihat sepele, tapi jika menjadi kebiasaan, itu justru membawa lebih banyak tekanan secara emosional.

Menjadikan makanan sebagai pelarian emosi mungkin memberikan kenyamanan sesaat, tapi dampaknya bisa jauh lebih besar daripada yang terlihat. Jika kamu sering melakukannya, mungkin sudah waktunya mencari cara yang lebih sehat untuk mengelola perasaan. Ingat, solusi sejati selalu datang dari keberanian untuk menghadapi masalah, bukan sekadar mengunyahnya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ignatius Drajat Krisna Jati
EditorIgnatius Drajat Krisna Jati
Follow Us