5 Fakta Makanan Olahan, Bernutrisi atau Tidak?

- Makanan olahan mengandung nutrisi penting seperti susu pasteurisasi, yogurt, dan kacang yang dikemas
- Konsumsi makanan olahan tinggi gula, garam, dan lemak trans dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit jantung
- Proses pengolahan bisa mengurangi kandungan vitamin dan mineral dalam makanan, namun ada proses tertentu yang meningkatkan ketersediaan nutrisi
Makanan olahan sering menjadi pilihan praktis di tengah kesibukan sehari-hari. Tapi, pernahkah kamu berpikir, apakah makanan ini benar-benar baik untuk tubuh? Artikel ini akan mengungkap fakta-fakta menarik dan mengejutkan tentang makanan olahan. Yuk, simak dengan cermat sebelum mengisi keranjang belanjaanmu!
1. Tidak semua makanan olahan itu buruk

Banyak yang mengira makanan olahan selalu merugikan kesehatan. Faktanya, makanan seperti susu pasteurisasi, yogurt, atau kacang yang dikemas tetap mengandung nutrisi penting. Proses pengolahan membantu memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas makanan.
Namun, makanan olahan yang tinggi gula, garam, dan lemak trans, seperti keripik kentang atau sosis, justru bisa membahayakan kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Konsumsi ultra processed food dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit jantung. Pilihlah olahan yang sehat, seperti kacang panggang tanpa garam.
2. Kandungan nutrisi bisa berkurang selama proses pengolahan

Proses pengolahan, seperti penggorengan atau pengawetan, bisa mengurangi kandungan vitamin dan mineral dalam makanan. Misalnya, sayuran kaleng sering kehilangan sebagian vitamin C dan seratnya akibat pemanasan tinggi.
Namun, tidak semua pengolahan itu merugikan. Proses tertentu justru meningkatkan ketersediaan nutrisi. Contohnya, tomat olahan memiliki lebih banyak likopen, antioksidan yang baik untuk kesehatan jantung. Likopen dalam tomat yang dimasak lebih mudah diserap tubuh dibandingkan tomat segar.
3. Tambahan bahan kimia: Sahabat atau musuh?

Makanan olahan sering mengandung pengawet, pewarna, dan pemanis buatan. Ini membuat makanan lebih awet dan menarik, tapi ada sisi negatifnya. Beberapa bahan tambahan, seperti natrium benzoat atau MSG, dapat memicu alergi atau gangguan kesehatan pada sebagian orang.
Namun, tidak semua bahan tambahan berbahaya. Sebagai contoh, asam askorbat (vitamin C) sering ditambahkan untuk mencegah oksidasi makanan. Sebagian besar aditif yang digunakan dalam jumlah aman tetap layak konsumsi.
4. Ultra processed food berkontribusi pada pola makan tidak seimbang

Makanan seperti mi instan, sereal manis, dan minuman ringan sering kali mengandung kalori tinggi tetapi rendah nutrisi. Ini yang disebut calorie-dense but nutrient-poor. Konsumsi berlebihan bisa mengakibatkan malnutrisi atau bahkan kenaikan berat badan.
Konsumsi ultra processed food secara teratur meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Jadi, seimbangkan pola makanmu dengan memasukkan makanan segar yang kaya nutrisi.
5. Kemasan bisa berdampak pada kesehatan

Kemasan plastik pada makanan olahan sering mengandung senyawa seperti bisfenol A (BPA), yang bisa larut ke dalam makanan dan berpotensi mengganggu hormon tubuh. Ini menjadi perhatian besar, terutama jika makanan dipanaskan langsung dalam kemasan plastik.
Ppaparan BPA yang terus-menerus dapat memengaruhi sistem reproduksi dan fungsi hormon. Jadi, usahakan untuk memilih produk dengan label 'BPA-free' dan hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik.
Makanan olahan memang praktis, tapi tidak semuanya bernutrisi. Cermatlah membaca label makanan, perhatikan komposisi, dan pilih produk yang mendukung kesehatan tubuhmu. Dengan memahami fakta-fakta ini, kamu bisa membuat pilihan yang lebih bijak untuk keseharianmu. Mulai sekarang, yuk seimbangkan konsumsi makanan segar dan olahan!