5 Novel Tahar Ben Jelloun, Mengeksplorasi Isu-isu Realita Sosial

- Novel-novel Tahar Ben Jelloun mengisahkan isu-isu realitas sosial terkini, seperti perjuangan identitas gender, korupsi, imigrasi, dan insomnia.
- Karya-karya Ben Jelloun seperti L’enfant de Sable, La Nuit Sacree, L’insomnie, L’homme Rompu, dan Partir telah membahas isu-isu tersebut secara mendalam.
- Meskipun belum banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, novel-novel Ben Jelloun sangat relevan dengan masalah sosial yang terjadi di dalam negeri.
Tahar Ben Jelloun merupakan seorang novelis dan penulis esai yang berasal dari Maroko. Ia banyak menulis di dalam bahasa Prancis. Dan oleh sebab itu, Ben Jelloun sering disebut sebagai penulis francophone, yaitu penulis yang menulis dalam bahasa Prancis yang berasal dari luar negara Prancis.
Karya-karya Ben Jelloun sering mengungkap tentang isu-isu realitas sosial terkini. Mulai dari rasisme, imigran, ketidakadilan gender, hingga HAM. Berikut rekomendasi novel-novel Tahar Ben Jelloun yang membahas realitas sosial.
1. L’enfant de Sable (1985)

Novel ini mengisahkan tentang Ahmed yang merupakan anak ke-8 dari pasangan suami istri. Semua saudarinya berjenis kelamin perempuan, dan ayahnya menginginkan seorang anak laki-laki. Dibuatlah Ahmed yang aslinya berjenis kelamin perempuan menjadi laki-laki.
Sejak kecil ia dididik menjadi laki-laki. Ayahnya ingin mewariskan semua hartanya pada anak laki-laki yang dianggap sebagai penerus keluarga, bukan perempuan. Saat menginjak dewasa, Ahmed mulai mengalami krisis identitas. Ia mulai mempertanyakan tentang perubahan biologis pada tubuhnya.
L’enfant de Sable atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris artinya The Sand Child mengisahkan Ahmed yang harus hidup dalam kebohongan demi memenuhi ekspektasi sebagai laki-laki di antara masyarakat patriarkal. Novel ini juga mengungkap perjuangan Ahmed untuk menemukan jati dirinya sendiri.
2. La Nuit Sacree (1987)

La Nuit Sacree adalah sekuel dari L’enfant de Sable. Masih mengisahkan Ahmed yang telah mengakui bahwa dirinya adalah perempuan bernama Zahra. Di ulang tahun ke-20 atau setelah ayahnya meninggal, Zahra meninggalkan rumah dan berusaha hidup sebagai perempuan. Ia menghadapi berbagai ketidakadilan gender karena menjadi perempuan di tengah masyarakat Maroko yang patriarkal.
Novel ini masih melanjutkan pencarian identitas dari Ahmed menjadi Zahra. Juga mengeksplorasi tentang seksualitas, serta berdamai dengan masa lalu. Novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Sacred Night. Dan sempat memenangkan Prix Goncourt, Prancis di tahun 1987.
3. L’insomnie (2019)

L’insomnie atau Insomnia berfokus pada seorang penulis naskah yang menderita insomnia kronis. Di malam hari ia tak bisa tidur, yang mana kondisi ini sangat mengganggunya. Suatu hari, penulis nafkah ini menemukan cara untuk bisa tidur yaitu dengan membunuh. Dan orang yang pertama dibunuh adalah ibunya.
Setelah pembunuhan pertama yang dilakukannya, tokoh utama hanya bisa tidur beberapa hari. Akhirnya, ia beralih profesi menjadi pembunuh bayaran untuk bisa tidur dengan nyenyak. Tokoh utama tak sembarangan untuk memilih target. Ia hanya memilih orang-orang yang menderita atau jahat.
L’insomnie sedikit banyak bertema thriller, gelap, dan absurd. Meskipun tak secara langsung menggambarkan realitas sosial, novel ini menunjukkan bahwa ada orang-orang yang mengalami kecemasan sosial. Serta merepresentasikan main hakim sendiri dengan menjadi pembunuh bayaran.
4. L’homme Rompu (1994)

L’homme Rompu atau The Broken Man mengisahkan sosok insinyur yang bekerja di lingkungan penuh dengan korupsi. Kasus suap dan sogokan sudah membudaya di dalam perusahaan itu. Sosok insinyur tak merasa risih dan juga mengambil keuntungan di dalam budaya korupsi itu.
Semuanya berubah, saat ada insinyur muda yang mulai bekerja. Insinyur muda itu idealis dan menolak segala suap, dan berakhir dipecat. Hal ini membuat tokoh utama mulai terusik, dan merasa ada yang tak beres dengan budaya korupsi di tempat kerjanya. Ia hanya diam saja dan menutup mata saat satu per satu kejahatan moral terjadi di depannya.
Novel ini mengulas tentang budaya korupsi yang masih terjadi. Ben Jelloun ingin menampilkan bahwa seseorang yang mengetahui kebenaran dan hanya mendiamkannya saja juga akan ikut hancur dan depresi. Seperti yang terjadi pada tokoh utama. Novel ini juga mengeksplorasi moral, rasa bersalah, dan penyesalan
5. Partir (2006)

Novel Partir menceritakan tentang sosok Azel yang terobsesi untuk meninggalkan negerinya, Maroko. Azel adalah pemuda yang berasal dari daerah Tangier. Ia tinggal dengan pamannya yang kaya, tetapi kejam. Azel merasa putus asa tinggal dengan pamannya.
Azel menyaksikan teman-temannya yang berusaha mencari suaka di negara-negara Eropa. Namun, satu per satu gagal. Suatu saat, Azel menjalin hubungan dengan perempuan yang berasal dari Spanyol. Azel berharap bisa meninggalkan Tangier dan mendapatkan kewargaan Spanyol. Serta terbebas dari pamannya yang kejam.
Ben Jelloun secara mendalam menggambarkan realitas sosial imigran yang pahit. Lewat cerita teman-teman Azel yang meninggalkan Tangier untuk kehidupan layak di luar negeri. Novel ini uga mengeksplorasi eksploitasi yang dialami para imigran. Novel ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Leaving Tangier.
Belum banyak karya-karya Tahar Ben Jelloun yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun, masalah-masalah sosial yang diangkat Ben Jelloun sangat relevan yang terjadi di dalam negeri sendiri. Untuk itu, bacalah novelnya sekali untuk mendapatkan insight baru.