Kisah Ujang Meraup Untung dari Jualan Arloji Mewah Incaran Para Kolektor

Matahari hampir bergerak keatas kepala saat seorang pemuda kelihatan termenung menunggu barang dagangannya di lapak samping Kantor Pos Johar, Semarang. Saat itu, tatapan matanya tak bisa dilepaskan dari lemari kaca berisi deretan jam tangan analog.
Ia bilang sudah menggelar dagangannya sedari pagi. Di lapaknya, ia dan bapaknya sejak lama dikenal sebagai penjual jam tangan berharga super mahal. "Ini yang paling murah, ada yang harganya tiga ratus lima puluh ribu," kata si pemuda tersebut ketika ditemui IDN Times, Senin (7/9/2020).
1. Ujang dibantu anaknya jualan jam tangan dari pagi sampai sore hari

Berjualan jam tangan sudah dirintis oleh bapaknya sejak bertahun-tahun lamanya. Ujang, nama bapaknya awalnya berjualan jam tangan di Pasar Yaik Baru.
"Sebelum Yaik kebakaran, bapak saya jualan di sana sudah lama banget. Baru pas pindah ke sini enam tahun terakhir, saya ikut bantu-bantu bapak saya di sini," katanya lagi.
2. Ujang awalnya kerap berburu jam bekas di Pasar Senen

Tak lama orang yang diomongin pun muncul. Ujang yang punya nama asli Muhammad Taslin ini mengaku semula merintis bisnis usahanya dari berjualan grosiran di Pasar Yaik.
Lambat-laun, ia yang gemar memakai arloji pun menjajal peruntungan dengan berburu jam tangan bekas dengan kualitas terbaik.
Maka, dari perjalananya kerap bolak-balik dari sebuah toko di Pasar Senen Jakarta ke Semarang, munculah ide untuk menjual jam tangan bekas bermerek branded.
"Cuma saya satu-satunya di Semarang yang jualan jam tangan bekas, tapi kualitasnya jempolan," kata lelaki 60 tahun tersebut.
3. Jam tangan yang dijual Ujang sering jadi buruan para kolektor

Agar kualitasnya terjaga, Ujang tak sembarangan kulakan jam tangan. Biarpun kondisinya sudah bekas, katanya tapi ia berani menjamin kualitasnya kelas wahid.
"Bisa diadu sama lainnya. Karena barang yang saya jual branded semua. Para kolektor sering berburu barangnya kemari," papar pria asli Padang tersebut.
4. Ujang: Saya jual jam Rolex bekas seharga Rp60 juta

Di dalam lapaknya, ia menjual aneka ragam jam tangan. Mulai dari harganya Rp350 ribu, Rp1,2 juta. Sampai yang paling mahal, Ujang kerap menjual jam dengan harga fantastis hingga kisaran Rp30 juta-Rp60 juta.
"Saya juga jual jam tangan Rolex berlapis emas. Pernah dibeli pelanggan saya harganya Rp60 juta. Rolex yang harganya segitu ada aksesoris emas asli," ujarnya.
5. Ujang sering kulakan jam tangan bekas dengan merek-merek langka

Ia menyebut satu keunggulannya adalah jam tangan bekasnya merupakan barang langka di pasaran. Bahkan, boleh dikata model atau mereknya hanya ada satu-satunya di Indonesia.
"Yang beda, saya ambil barangnya yang bener-bener langka. Jadinya untungnya kalau dijual ya banyak. Selain itu, mereknya sulit ditemui di pasar bebas. Karena barang langka, yang nyari juga orang tertentu saja," jelasnya.
6. Satu jam yang laku, Ujang dapat untung Rp3 juta

Dari yang awalnya ia mengeluarkan modal Rp40 juta, kini Ujang bisa meraup omzet mencapai dua kali lipatnya. "Satu jam yang laku, saya untungnya satu sampai tiga juta rupiah," akunya.
Di saat pandemik COVID-19 melanda di semua daerah di Indonesia, Ujang berkata bisnisnya juga terkena dampaknya. Bahkan, dari awalnya ia bisa menjual tiga sampai lima jam. Akhir-akhir ini bisnisnya agak seret. "Mau gimana lagi. Ada Corona gini, paling laku cuman satu biji, dua biji. Ya tetap disyukuri aja," bebernya.
7. Ujang sejak lama dikenal sebagai penjual jam tangan dengan kualitas terbaik

Sedangkan, menurut pengakuan para PKL yang berjualan di ruas jalan samping Kantor Pos Johar, Ujang merupakan penjual jam tangan branded dengan harga-harga yang fantastis.
"Kalau mau beli arloji yang paling top, di tempatnya Pak Ujang aja, Mas. Dijamin kualitasnya bagus-bagus. Memang mahal-mahal soalnya yang nyari para pengusaha. Pejabat juga banyak beli di situ," kata Sunaryo, seorang PKL jam dinding.