Kisah Wati Istanti Gelorakan Bahasa Indonesia Sampai ke Negeri Seberang

Semarang, IDN Times - Berbahasa Indonesialah yang baik dan benar. Maka kamu bisa dikenal luas sebagai orang Indonesia yang utuh.
Pesan tersebut layak ditujukan kepada anak-anak Gen Z yang kerap berbicara dengan bahasa gado-gado.
Para Gen Z setidaknya bisa mencontoh tindakan Wati Istanti sebagai seorang pengajar yang sanggup mempromosikan bahasa Indonesia hingga ke negeri seberang.
Wati yang tercatat sebagai dosen tetap Universitas Negeri Semarang (Unnes) sedari 2018 silam cukup getol mengenalkan dialek bahasa Indonesia yang baik dan benar di Tiongkok.
Tepatnya di kampus Fujian Polytechnic Normal University (FPNU), Wati semula mengajar mata kuliah bahasa Indonesia yang ditujukan kepada para dosen, tenaga laboratorium dan para guru setempat.
"Saya awalnya mengajar sebagai dosen internasional office laboratorium untuk. Mau tidak mau guru guru di sini juga perlu belajar bahasa Indonesia. Maka saya berikan pengajaran bahasa Indonesia. Habis pandemik barulah dibuka jurusan bahasa Indonesia. Di Fujian ini saya jadi perintis program perkuliahan bahasa Indonesia," kata Wati ketika berbincang dengan IDN Times melalui sambungan telepon, Sabtu (31/5/2025).
Puluhan mahasiswa Fujian antusias belajar bahasa Indonesia

Tahun ini Wati mengampu mata kuliah bahasa Indonesia di FPNU dengan jumlah mahasiswa sebanyak 27 orang. Ia juga berperan dalam perumusan kurikulum Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) bagi mahasiswa FPNU.
"Ada 27 mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia di sini. Mereka skripsinya juga dituntut bisa dialek bahasa Indonesia. Sebagai dosen tamu, saya mengajarnya dua minggu tatap muka karena mempertimbangkan masih ada perkerjaan di Indonesia dan tugas saya di Unnes. Lalu setiap minggu sekali ada online class. Tentunya saya bangga atas antusiasme mahasiswa Fujian karena mereka merasa senang belajar langsung bahasa Indonesia karena selama tidak pernah bertemu dengan orang Indonesia," akunya.
Ajari mahasiswa Fujian dialek daerah sampai nari Maumere

Baginya dirasakan penting mengajarkan bahasa Indonesia karena setahunnya di pasar global, hubungan perekonomian Indonesia dengan Tiongkok cukup erat. Dengan belajar bahasa Indonesia, orang orang Tiongkok punya peluang bekerja dengan Indonesia.
Ia yang didampuk jadi Ketum Asosiasi Dosen Bahasa Indonesia punya beban moril untuk menyebarluaskan beragam gaya bahasa Indonesia kepada warga Tiongkok. Sebab paling tidak sosoknya sebagai dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia benar-benar merepresentasikan sebagai orang Indonesia tulen.
Karenanya di sela-sela pembelajaran di ruang kuliah, ia pun berusaha mengenalkan ragam budaya khas daerah Indonesia. Sebaagi contoh sesekali mengajari mahasiswa FPNU menari Maumere serta menceritakan sekelumit kisah cerita Danau Toba dan keunikan budaya Samosir.
"Dan di semester lima dan enam mereka akan studi banding ke Unnes. Kemarin sudah deal perjanjian MoU antar fakultas," terangnya.
Bahasa Indonesia punya gaya tutur luar biasa banyak

Secara pribadi dirinya bangga bisa mengajarkan bahasa Indonesia ke Fujian. Apalagi bahasa Indonesia sudah jadi bahasa penutur sidang umum PBB. Bahkan juga menjadi primadona di negara-negara maju.
Ia berpesan kepada warga Indonesia agar tidak minder terhadap perkembangan bahasa asing yang semakin masif masuk menjadi serapan dialek bahasa Indonesia. Karena tak bisa dipungkiri bahwa bahasa Indonesia memiliki gaya tutur yang luar biasa banyaknya. "Bahasa Indonesia sekarang ini sudah jadi bahasa internasional. Dan terbukti sudah digunakan oleh negara negara maju," tegasnya.
Membumikan bahasa Indonesia ke penjuru dunia

Ia pun saban tahun keliling dunia demi membumikan bahasa Indonesia. Ia sudah menjelajah ke Vietnam Amerika Serikat, Eropa dan banyak negara untuk menginternalsionalkan bahasa Indonesia.
"Niat saya dedikasi saya menjadi bahasa Indonesia jadi bahasa internasional. Pasti nasionalisme kita meningkat, tentu terharu," ujar perempuan yang jadi ASN Unnes sejak 2010 ini.
Unnes dan FPNU sudah deal kerjasama

Dekan FBS Unnes, Prof Tommi Yuniawan, M.Hum memberikan apresiasi atas kegiatan Wati selama ini. Ia membenarkan bahwa ada kesepakatan kerja sama antara Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Unnes dan Dekan Fakultas Bahasa Asing FPNU.
Tak hanya itu, proses Memorandum of Understanding (MoU) antara Rektor Universitas Negeri Semarang dengan Rektor Fujian Politechnic Normal University juga disepakati dengan proses penandatanganan secara desk to desk melalui Wati.
Ia berharap pengajaran BIPA bisa menjadi sarana merekatkan diplomasi budaya antara Indonesia dan Tiongkok. Adanya kegiatan yang dikerjakan Wati selama ini dapat dilakukan berkelanjutan untuk implementasi program lain.
Tommi juga memberikan dukungannya apabila FBS Unnes dijadikan rujukan untuk program students exchange di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
"Harapannya pengajaran BIPA tidak sekadar formalitas aktivitas pengajaran di kelas, akan tetapi dapat menjadi jembatan untuk mengenalkan sebuah lembaga perguruan tinggi agar terjalin kerja sama dengan mitra di luar negeri," pungkasnya.