TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Usai Pilkada 2020, Sampah Masker dan Sarung Tangan di Jateng Meningkat

Sarung tangan dan masker ditemukan di TPS kelurahan

Sarung tangan karet dipakai petugas TPS untuk mengurangi resiko penularan COVID-19 saat Pilkada serentak di Jateng. IDN Times/Fariz Fardianto

SemarangIDN Times - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah menyatakan jumlah sampah plastik yang dihasilkan dari buangan masker dan sarung tangan karet pada pertengahan bulan Desember 2020 meningkat pesat.

Baca Juga: 6 Petahana di Pilkada Serentak Jateng Menang Telak Lawan Kotak Kosong

1. Volume sarung tangan karet dan masker meningkat pesat

Pedagang berjualan masker karakter wajah berbahan kain di Solo, Jawa Tengah, Senin (8/6/2020) (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3, Pengendalian, Pencemaran, dan Kerusakan Lingkungan Hidup (DLHK) Jateng, Tri Astuti mengatakan peningkatan volume sampah tersebut bersumber dari penambahan sarung tangan karet dan masker sekali pakai yang digunakan selama pelaksanaan Pilkada serentak 2020 di 21 kabupaten/kota Jawa Tengah.

"Jumlah sampah masker dan sarung tangan saat ini bertambah banyak, terutama di lokasi pemukiman warga yang padat penduduk. Soalnya kan kemarin setelah pemilihan kepala daerah banyak sarung tangan plastik dan sarung karet terus ada masker yang banyak tidak terpakai lagi," kata Tri saat dihubungi IDN Times, Jumat (11/12/2020).

2. Sampah masker dan sarung tangan kerap ditemukan di TPS kelurahan

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Tri mengatakan saat ini masih menghimpun data terkait pembuangan sampah yang dihasilkan selama Pilkada 2020. Pembuangan masker maupun sarung tangan karet, lanjutnya, selama ini sering ditemukan di tempat penampungan sementara (TPS) yang tersebar di setiap kecamatan dan kelurahan.

"Volumenya meningkat. Berapa banyaknya, kita sedang menghitungnya. Yang pasti sudah ada lonjakan ketimbang kondisi hari-hari sebelumnya," jelasnya.

3. Sampah styrofoam juga banyak ditemukan saat musim hujan

IDN Times/ Muchammad Haikal

Lebih lanjut, pihaknya menjelaskan naiknya volume sampah juga didominasi dari pembuangan styrofoam. Sebab, selama musim penghujan ditambah kondisi cuaca yang ekstrem membuat masyarakat lebih memilih memesan makanan cepat saji menggunakan wadah styrofoam.

Tak ayal, tumpukan wadah styrofoam kerap menggenangi saluran air bahkan sampai ke permukaan sungai.

"Kalau kita lihat orang-orang kan kalau pas musim hujan jadi males keluar rumah. Jadinya banyak yang milih pesan makanan lewat layanan online, otomatis dia pakai wadahnya dari styrofoam. Itu yang banyak ditemukan di saluran air dan sungai," beber Tri.

Baca Juga: Demi Hidupi Dua Putrinya, Rastum Punguti Sampah di Sungai Setiap Hari

Berita Terkini Lainnya