Buku Baru FPCI, Ajak Generasi Muda Lawan Krisis Iklim

Kamu mau dapat bukunya?

Intinya Sih...

  • FPCI Climate Unit meluncurkan buku "Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia" di Perpustakaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI.
  • Buku tersebut bertujuan menjadi panduan bagi generasi muda Indonesia dalam menyambut Indonesia Emas 2045 dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang perubahan iklim.
  • Dino Patti Djalal mengungkapkan keprihatinan atas rendahnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang perubahan iklim, serta pentingnya pengembangan ekonomi hijau dan regulasi yang kuat.

Semarang, IDN Times - Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Climate Unit meluncurkan buku "Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia" di Perpustakaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Buku itu diharapkan menjadi panduan bagi generasi muda Indonesia untuk ikut menjadi bagian dari solusi dan aksi melindungi dunia dari ancaman perubahan iklim, terutama dalam menyambut Indonesia Emas 2045. Termasuk langkah penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang perubahan iklim.

1. Buku penting untuk generasi muda

Buku Baru FPCI, Ajak Generasi Muda Lawan Krisis IklimPendiri dan Ketua FPCI, Dino Patti Djalal saat peluncuran buku Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia. (Dok. FPCI)

Pendiri dan Ketua FPCI, Dino Patti Djalal mengungkapkan keprihatinan atas rendahnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang perubahan iklim.

"Hanya 29 persen orang Indonesia yang menyatakan memiliki pengetahuan tentang perubahan iklim, dan angka ini adalah yang tertinggi di Asia Pasifik," katanya.

Buku tersebut hadir untuk mengatasi kesenjangan informasi tersebut. Buku itu menyajikan data dan fakta terkini tentang perubahan iklim, dampaknya di Indonesia, dan solusi yang bisa dilakukan, yang ditulis oleh 30 kontributor dari berbagai kalangan.

2. Peran penting ekonomi hijau dan regulasi

Buku Baru FPCI, Ajak Generasi Muda Lawan Krisis IklimSuasana peluncuran buku Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia. (Dok. FPCI)

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya pengembangan ekonomi hijau dan regulasi yang kuat untuk mencapai target emisi nol bersih (net-zero emission).

"Kita perlu memastikan pasar karbon nasional kita tumbuh dengan cepat karena ini adalah kunci sukses ekonomi hijau yang sedang dirintis pemerintah," jelasnya.

Dino juga mendorong peran aktif sektor swasta dalam transisi energi dan penerapan prinsip ESG (Environment, Social, and Governance).

"Banyak sekali hal-hal yang membuat kita teralihkan dari upaya perubahan iklim dan mengalihkan sumber-sumber daya penting dari upaya untuk mencapai net-zero transition. Uang itu sebetulnya ada, tapi tersedot untuk membayarkan perang. Kita ada perang yang lebih urgent yaitu perubahan iklim," tegasnya.

Baca Juga: Dekarbonisasi Industri: Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan 

3. Pendidikan iklim yang lebih baik

Buku Baru FPCI, Ajak Generasi Muda Lawan Krisis IklimDirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemdikbudristek, Iwan Syahril PhD (kanan) menerima buku Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia. (Dok. FPCI)

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemdikbudristek, Iwan Syahril PhD, menyambut baik peluncuran buku tersebut. Ia mengatakan, buku itu dapat menjadi salah satu rujukan utama dalam apa yang perlu dilakukan untuk penanganan perubahan iklim di Indonesia dan tentunya di dunia.

Dr. Syahril juga menekankan pentingnya pendidikan iklim yang lebih baik untuk generasi muda.

"Semakin cepat generasi muda kita memiliki pemahaman, sense of urgency tentang climate change, tentunya akan semakin baik dalam upaya kita untuk menghasilkan solusi untuk Indonesia dan dunia," jelasnya.

4. Kerja sama dan solusi bersama

Buku Baru FPCI, Ajak Generasi Muda Lawan Krisis IklimSekretaris Departemen Perubahan Iklim, Energi, Lingkungan Hidup, dan Air (DCCEEW) Australia, David Fredericks saat peluncuran buku Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia. (Dok. FPCI)

Sekretaris Departemen Perubahan Iklim, Energi, Lingkungan Hidup, dan Air (DCCEEW) Australia, David Fredericks menyatakan bahwa Australia dan Indonesia memiliki tantangan bersama dalam menghadapi perubahan iklim.

"Kita memiliki masalah bersama di negara kita, di kawasan kita, di dunia, dan kita membutuhkan solusi bersama juga," ujarnya.

Fredericks juga menggarisbawahi pentingnya memerangi misinformasi tentang perubahan iklim.

"Misinformasi telah menjadi tantangan besar bagi para pendidik, penasihat kebijakan publik, dan pengambil keputusan pemerintah. Misinformasi telah menjadi masalah yang sangat sulit yang perlu kita atasi untuk menyampaikan kebenaran kepada warga negara kita," jelasnya.

5. Melibatkan berbagai pihak

Buku Baru FPCI, Ajak Generasi Muda Lawan Krisis IklimUtusan Khusus Presiden Indonesia untuk Perubahan Iklim (2010-2019), Rachmat Witoelar (kanan) menjadi pembicara saat peluncuran buku Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia. (Dok. FPCI)

Rachmat Witoelar, Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk Perubahan Iklim (2010-2019), masih di acara yang sama menekankan pentingnya pelibatan berbagai pihak dalam mengatasi perubahan iklim.

"Kebijakan-kebijakan mengenai climate change tidak bisa diturunkan dari atas. Bukan top-down, it should be a bottom-up phenomenon," ucapnya.

Witoelar juga mendorong partisipasi aktif generasi muda dalam proses pengambilan keputusan terkait kebijakan iklim.

"COP29 harus menjadi kelanjutan dari COP-COP sebelumnya. Harapannya COP29 akan menjadi upaya yang berkelanjutan dan konsisten. Seharusnya ada lebih banyak keterlibatan dari LSM, kaum muda, dan akademisi," jelasnya.

6. Pendidikan iklim yang melampaui tembok kelas

Buku Baru FPCI, Ajak Generasi Muda Lawan Krisis IklimPendiri We The Genesis, Danya Tjokroardi saat peluncuran buku Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia. (Dok. FPCI)

Danya Tjokroardi, Pendiri We The Genesis, menyoroti perlunya pendidikan iklim yang lebih komprehensif dan berorientasi pada aksi.

"Yang diajarkan kepada kami (siswa-siswi) hanya 50 persen dari realitanya. Motivasi project-based learning and experiential learning is what we need," akunya.

Tjokroardi berharap buku tersebut dapat mendorong pendidikan iklim yang melampaui tembok kelas dan melibatkan berbagai pihak.

"Forum dan buku ini adalah langkah maju dalam pendidikan iklim di Indonesia," tandasnya.

Baca Juga: Pertamina Gandeng Politeknik Ciptakan PLTS untuk Pengairan Sawah

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya