Harapan di Tengah Kegelapan: BPJS Kesehatan Melindungi Anak Negeri

Menjadi sehat secara fisik dan mental

Intinya Sih...

  • 44,3% kasus bunuh diri terjadi pada usia 15-24 tahun di Indonesia, dengan peningkatan 10% pada tahun 2023.
  • BPJS Kesehatan menyediakan akses ke layanan kesehatan mental termasuk konsultasi psikiatri, psikoterapi, dan perawatan inap.
  • Aplikasi Mobile JKN memberikan akses konseling online 24/7 dan materi edukasi interaktif tentang kesehatan mental untuk remaja.

Di sudut kelas yang sepi di sebuah sekolah di Semarang, Ani (bukan nama sebenarnya) duduk termenung. Tatapannya kosong, pikirannya berkecamuk. Di luar, hiruk pikuk kota berdenyut seperti biasa. Sayang, di dalam hatinya, kegelapan mengancam.

Ani yang berusia 17 tahun, sedang berjuang melawan musuh yang tak kasat mata--depresi dan kecemasan yang menghantui hari-harinya.

"Rasanya seperti terjebak dalam labirin tanpa jalan keluar," bisiknya lirih, mengingat hari-hari tergelapnya. "Setiap pagi, bangun dan pergi ke sekolah terasa seperti pertempuran yang melelahkan."

Ani bukanlah satu-satunya remaja yang menghadapi pergumulan batin seperti itu. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 mengungkap fakta yang mengejutkan: dari 2.772 kasus bunuh diri di Indonesia, 44,3 persen terjadi pada kelompok usia 15--24 tahun. Lebih mengkhawatirkan lagi, Yayasan Pulih mencatat peningkatan 10 persen pada tahun 2023.

Dari balik angka-angka tersebut, tersembunyi ribuan kisah perjuangan para remaja seperti Ani. Mereka adalah generasi penerus bangsa yang sedang berada di persimpangan kritis antara masa kanak-kanak dan dewasa, menghadapi badai perubahan hormonal, tekanan akademis, dan tuntutan sosial yang seringkali terlalu berat untuk dipikul sendiri.

Tetapi, di tengah kegelapan itu, sebuah cahaya harapan mulai bersinar. BPJS Kesehatan, melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), hadir sebagai pelita yang menerangi jalan menuju kesehatan mental yang lebih baik bagi remaja Indonesia. Mereka tidak hanya menjamin kesehatan fisik, melainkan juga kesehatan mental masyarakat Indonesia, termasuk para remaja yang rentan terhadap persoalan itu.

Harapan di Tengah Kegelapan: BPJS Kesehatan Melindungi Anak NegeriIlustrasi bunuh diri (IDN Times/Arief Rahmat)

Bagi Ani, titik balik datang saat ia teringat nomor layanan konseling yang diberikan dalam kegiatan edukasi kesehatan mental di sekolahnya. Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama antara rumah sakit daerah dan BPJS Kesehatan Cabang Semarang pada awal tahun 2024.

Pasalnya, pikiran untuk mengakhiri hidup sempat terlintas di dalam benak Ani. 

"Saya masih ingat bagaimana tangan saya gemetar saat menekan nomor itu," kenang Ani. "Tapi suara ramah di seberang telepon membuat saya merasa tidak sendirian lagi."

Langkah berani Ani membuka pintu perjalanan pemulihan yang transformatif. Selama empat bulan terakhir, ia menjalani terapi intensif di bawah pengawasan tim profesional kesehatan mental. Berkat jaminan BPJS Kesehatan, Ani bisa fokus sepenuhnya pada pemulihan tanpa dihantui kekhawatiran biaya.

"BPJS Kesehatan bukan hanya membantu secara finansial, tapi juga memberi saya keberanian untuk mencari bantuan. Tanpa itu, entah bagaimana nasib saya sekarang," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Menjembatani Kesenjangan, Membangun Harapan

Harapan di Tengah Kegelapan: BPJS Kesehatan Melindungi Anak Negeriilustrasi BPJS Kesehatan (IDN Times/Aditya Pratama)

BPJS Kesehatan menyediakan akses ke layanan kesehatan mental melalui fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas dan klinik, serta rumah sakit yang bekerja sama dengan lembaga yang sudah beroperasi sejak 1 Januari 2014 itu. 

Layanan yang ditanggung mencakup konsultasi psikiatri, psikoterapi, hingga perawatan inap jika diperlukan. Beberapa obat-obatan psikiatri juga masuk dalam daftar obat yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSD K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang, dr Yulia Ratna Sofa menegaskan signifikansi langkah BPJS Kesehatan yang memiliki peran krusial dalam pencegahan bunuh diri remaja. Sebab, dari survei kesehatan mental yang dilakukan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), diketahui hanya 2,6 persen remaja di Indonesia yang mengakses layanan bantuan atau konseling saat mereka mengalami masalah kesehatan mental.

Angka yang kecil tersebut mencerminkan besarnya tantangan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kesehatan mental remaja Indonesia.

"Masa remaja adalah periode kritis dalam perkembangan seseorang. Perubahan hormonal, tekanan akademis, dan tuntutan sosial dapat memicu stres berlebihan. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi tersebut bisa berkembang menjadi gangguan mental serius, bahkan mengarah pada pikiran atau tindakan bunuh diri," katanya kepada IDN Times, Jumat (21/6/2024).

BPJS Kesehatan menjawab tantangan itu dengan langkah proaktif dan visioner dengan memasukkan layanan kesehatan mental ke dalam skema JKN.

Melalui program JKN, BPJS Kesehatan menyediakan akses ke layanan kesehatan mental yang komprehensif, mulai dari konsultasi psikiatri, psikoterapi, hingga perawatan inap jika diperlukan. Bahkan, beberapa obat-obatan psikiatri juga masuk dalam daftar obat yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

"Peningkatan akses ini sangat penting karena remaja sering tidak tahu harus ke mana mencari bantuan. Dengan adanya layanan yang lebih mudah diakses melalui BPJS Kesehatan, mereka bisa mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan lebih cepat. Ini adalah langkah besar mengingat stigma dan kendala finansial sering kali menjadi penghalang utama remaja untuk mencari bantuan konseling persoalan kesehatan mental," ujarnya.

Yulia mengapresiasi upaya tersebut mengingat stigma yang masih kuat di kalangan masyarakat terkait gangguan kesehatan mental. Ia mengaku terjadi peningkatan dalam pemanfaatan layanan kesehatan mental di fasilitas kesehatannya sejak dimasukkan dalam skema JKN.

Dampak dari inisiatif BPJS Kesehatan itu terlihat jelas. Yulia melaporkan adanya peningkatan mencapai 40 persen dalam pemanfaatan layanan kesehatan mental di fasilitasnya sejak dimasukkan dalam skema JKN. Jumlah tersebut bukan sekadar statistik karena mewakili ribuan nyawa yang terselamatkan dan ribuan masa depan yang kembali cerah.

"Ini bukan hanya tentang menyediakan akses, tapi juga tentang menormalisasi perawatan kesehatan mental sebagai bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan. Banyak remaja dan keluarganya masih enggan mencari bantuan karena takut dicap "gila" atau "lemah". Padahal, sama seperti flu atau demam, gangguan mental juga bisa diobati jika ditangani sejak dini," akunya.

Inovasi Digital: Membuka Pintu Dialog

Harapan di Tengah Kegelapan: BPJS Kesehatan Melindungi Anak NegeriWarga mengakses aplikasi mobile Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan di Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Upaya BPJS Kesehatan dalam memerangi depresi dan bunuh diri tidak berhenti pada penyediaan layanan pengobatan. Mereka meluncurkan inovasi teknologi untuk meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan mental.

Melalui Aplikasi Mobile JKN, remaja dapat mengakses konseling online 24/7 dan materi edukasi interaktif tentang kesehatan mental. Inovasi itu tidak hanya mendekatkan layanan kesehatan mental secara personal kepada anak muda yang mungkin enggan atau malu mencari bantuan secara langsung, akan tetapi juga menciptakan ekosistem dukungan yang komprehensif untuk mereka.

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti mengatakan, pihaknya menaruh perhatian khusus pada transformasi pelayanan kesehatan melalui digitalisasi, khususnya Internet of Things (IoT). Peserta JKN kini dapat melakukan skrining riwayat kesehatan melalui Aplikasi Mobile JKN, laman resmi BPJS Kesehatan, atau di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

"Transformasi digital yang dilakukan BPJS Kesehatan sejalan dengan strategi Global WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk kesehatan digital tahun 2020-2025," ujarnya di sela-sela kegiatan 18th ISSA Forum for Technical Commissions: Technical Workshop of the Collaborative Innovation Hub Project on the Internet of Medical Things, Senin (24/6/2024).

Langkah BPJS Kesehatan tersebut bukan tanpa tantangan. Stigma sosial terhadap gangguan mental masih kuat mengakar di masyarakat Indonesia. Banyak yang masih menganggap masalah kesehatan mental sebagai kelemahan pribadi atau bahkan kutukan. Selain itu, kesenjangan infrastruktur kesehatan antara daerah perkotaan dan pedesaan juga menjadi kendala dalam pemerataan akses layanan kesehatan mental.

Meski demikian, BPJS Kesehatan terus berupaya mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Mereka aktif menyelenggarakan kampanye edukasi untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.

Kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, institusi pendidikan, hingga komunitas lokal, juga terus diperkuat untuk memperluas jangkauan layanan.

Menggapai Masa Depan Cerah

Harapan di Tengah Kegelapan: BPJS Kesehatan Melindungi Anak Negeriilustrasi pelajar (unsplash.com/Ed Us)

Cerita Ani menjadi bukti nyata bahwa dengan dukungan yang tepat, remaja bisa mengatasi masalah kesehatan mental mereka. Kepercayaan diri Ani pulih, dan ia mampu mengelola emosinya dengan lebih baik. Prestasi akademiknya meningkat, dan yang lebih penting, senyumnya kembali.

"Saya merasa seperti terlahir kembali. Kini saya punya harapan dan mimpi untuk masa depan. Saya bersyukur ada BPJS Kesehatan yang membantu saya mendapatkan perawatan yang saya butuhkan. Apalagi layanannya gratis. Tanpa itu, entah bagaimana nasib saya sekarang," katanya dengan mata berbinar.

Jalan BPJS Kesehatan dalam menekan angka bunuh diri remaja melalui penyediaan layanan kesehatan mental yang terjangkau menjadi langkah berani. Meski masih ada tantangan yang harus dihadapi, inisiatif tersebut telah membuka jalan baru dalam upaya menjaga kesehatan mental generasi muda Indonesia. 

Langkah itu bukan sekadar mengurangi angka, namun menyelamatkan nyawa, memberi harapan, dan memastikan setiap remaja di Indonesia memiliki kesempatan untuk berkembang optimal, baik secara fisik maupun mental. Dengan demikian, mimpi tentang Indonesia yang sehat dan sejahtera bukan lagi sekadar angan-angan, tapi menjadi realitas yang bisa diwujudkan bersama.

Baca Juga: 5 Cara Efektif Meningkatkan Kesehatan Mental, Praktikkan Selfcare! 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya