Beras Makin Mahal, Zulhas Sebut Gegara Pindah Musim Tanam

Zulhas akui beras belakangan ini mahal

Semarang, IDN Times - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan melambungnya harga beras di pasar tradisional lantaran dipicu permintaan masyarakat yang tak sebanding dengan ketersediaan barang di tingkat petani. 

Baca Juga: Beras Impor Segera Masuk, Jaga Ketersediaan Untuk Ramadan dan Lebaran

1. Produksi beras lokal drop

Beras Makin Mahal, Zulhas Sebut Gegara Pindah Musim Tanamilustrasi petani (freepik.com/Jcomp)

Menurutnya setelah berkeliling ke sejumlah daerah bersama Presiden Jokowi beberapa waktu lalu, diketahui jika kenaikan harga beras terjadi pada jenis premium dan beras lokal. 


"Saya keliling kemana-mana sama pak presiden ke Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bekasi waktu itu. Memang beras lokal harganya naik. Sampai sekarang harganya masih bergerak naik. Karena beras lokal yang diminta itu produksinya turun. Diperkirakan Januari Maret dibandingkan tahun lalu itu 2 juta lebih bedanya," tutur Zulhas saat menghadiri rapat kerja Kementerian Perdagangan di Hotel Padma Semarang, Selasa (20/2/2024). 

2. Zulhas klaim tahun ini ada pengaruh pindah musim

Beras Makin Mahal, Zulhas Sebut Gegara Pindah Musim TanamMendag Zulkifli Hasan saat menjelaskan tantangan ekonomi digital usai menghadiri rakernas APPSI di Setos Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Lebih lanjut, dirinya menganggap bila adanya penurunan pasokan beras karena dipengaruhi perpindahannya musim. 

Jika semula musim panen terjadi Januari sampai Maret, untuk kondisi tahun ini musimnya bergeser ke bulan Maret sampai Mei. 

"Artinya bukan turun tapi pindah musim. Yang harusnya Januari Maret, ini menjadi Maret Mei. Pindah sehingga barangnya langka, barangnya sulit maka harganya naik gitu kira-kira sebabnya beras premium beras lokal," terangnya. 

3. Mahalnya beras disiasati dengan membanjiri beras SPHP

Beras Makin Mahal, Zulhas Sebut Gegara Pindah Musim TanamBulog salurkan kembali bantuan pangan beras pasca masa tenang pemilu

Walau begitu, Zulhas menyampaikan supaya bisa mengatasi lonjakan harga beras maka pihaknya memutuskan menggelontorkan beras standar SPHP di pasar tradisional. 

Beras SPHP yang identik dengan beras bersubsidi dijual di pasar seharga Rp10 ribu sampai Rp11 ribu per kilogram. Adanya beras standar SPHP ini, katanya bisa menjadi opsi bagi masyarakat yang kesulitan menyiasati harga beras yang semakin mahal belakangan ini. 

"Maka pemerintah membanjiri pasar dengan SPHP. SPHP itu beras dari Bulog yang disubsidi, yang dijualnya Rp10 ribu, Rp11 ribu. Jadi konsumen, masyarakat bisa cari alternatif kalau ini mahal sekali dia bisa beli beras yang subsidi yang kualitasnya gak kalah. Maka Bulog membanjiri beras subsidi di ritel ritel modern dan pasar dengan beras kualitas SPHP," akunya. 

4. Zulhas ungkap penyebab ritel emoh jual beras premium

Beras Makin Mahal, Zulhas Sebut Gegara Pindah Musim TanamRak beras di Superindo (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Sedangkan dari pantauan yang ia lakukan selama ini, di sejumlah ritel modern cenderung tidak lagi menjual beras premium karena patokan Harga Eceran Tetap (HET) sudah diluar jangkauan mereka. Pasalnya, dengan besaran HET yang sudah dibanderol Rp69 ribu lebih dan harga belinya di atas Rp70 ribu, banyak peritel yang enggan menjual beras premium. 

"Sementara di ritel moden ada yang jual beras lokal, ada yang tidak jual. Yang tidak jual alasannya HET-nya Rp69 ribu sekian lalu belinya di atas Rp70 ribu, mereka yang tidak mau jual, tidak mau langgar aturan akhirnya belinya beras SPHP. Ritel modern ada yang jual diatas HET. Maka ada kenaikan harga ini sebabnya karena pindah musim akibat El Nino," kata Zulhas. 

Baca Juga: BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem di Jateng Hujan Lebat Hingga Angin Kencang

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya