Film Pilihan, Kisah Pekerja Indonesia Terjebak Teroris

Seorang pekerja migran beri pengakuan soal jaringan teroris

Perempuan Pekerja Migran Indonesia (PMI) dihadapkan pada berbagai kondisi batin yang bisa mengubah nasibnya ke depan.

Jika salah langkah, mereka bisa tergelincir hingga terjerat kasus hukum. Terorisme salah satunya.

Di era digital saat ini, di mana media sosial jadi makanan sehari-hari, sangat mempengaruhi kehidupan PMI di negeri seberang. Keputusan kecil menentukan arah hidup mereka selanjutnya. Pesan itu disampaikan pada film dokumenter bertajuk “Pilihan”, karya perdana dari Ruangmigran.

 

Baca Juga: Pekerja Rentan Jateng yang Tercover BPJS Ketenagakerjaan Baru 12 Persen

1. Film berjudul 'Pilihan' ditonton ratusan orang pekerja migran

Film Pilihan, Kisah Pekerja Indonesia Terjebak TerorisPara pekerja migran Indonesia yang nonton film Pilihan saat foto bareng di kedutaan Singapura. (IDN Times/Dok Manajemen Film Pilihan)

Film ini berdurasi 21 menit 46 detik. Produsernya Ani Ema Susanti juga merupakan mantan PMI di Hong Kong. Film itu diputar di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura, Minggu (25/2/2024) siang waktu setempat. Noor Huda Ismail jadi Eksekutif Direktur di film itu. Ada sekira 250 orang PMI yang hadir menonton dan berdiskusi tentang film itu.

“Jujur saya sekarang masih minder kalau ngomongin dulu pernah jadi pekerja migran, yang saya rasakan, saya itu rendah diri. Kenapa? Karena di keluarga besar saya nganggep, saya pergi ke luar negeri ke Hong Kong itu bekerja tidak layaknya orang pada umumnya bekerja,” kata Ani Ema produser yang juga jadi karakter di film itu.

Stigma negatif sosok perempuan PMI mengganggu Ani.

“Saya (dianggap) dapat gaji tinggi karena saya jual diri. Itu beneran membuat harga diri saya, mental saya, beneran jatuh gitu. Dan itu lama, proses menjadi normal, menjadi manusia yang sediakala itu lama,” sambung perempuan asli Jombang, Jawa Timur, tersebut.

2. Ani ikut terlibat sejumlah pembuatan film

Film Pilihan, Kisah Pekerja Indonesia Terjebak Teroris

Namun demikian, Ani tetap bertekad melanjutkan pilihannya. Dia ingin nantinya setelah pulang ke Indonesia, bisa hidup lebih nyaman dengan taraf ekonomi yang naik.

Akhirnya Ani memutuskan kuliah, membangun relasi baru, belajar perfilman. Dari awalnya masih minder untuk presentasi film, akhirnya saat ini beberapa film telah dibuatnya. Dia juga menjadi pemenang Piala Citra (FFI) tahun 2011 untuk film dokumenter terbaik berjudul “Donor ASI”.

Dia juga senang ketika beberapa kali kembali ke Hong Kong melihat teman-temannya PMI sudah berkuliah online. Media sosial memungkinkan hal itu. Ani kembali ke Hong Kong tentu bukan lagi sebagai PMI, melainkan untuk kesibukannya di dunia film. 

Beberapa film dokumenter di mana Ani terlibat di dalamnya, di antaranya; Pengantin (2018) tentang 3 perempuan PMI yang terjerat kelompok ISIS, Kembali ke Titik (2023) film tentang mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) yang tobat karena rasa cinta kepada ibu. Ani juga menggarap film layar lebar bertajuk “Glo Kau Cahaya” (2023) tentang perjuangan seorang difabel yang jadi atlet renang.

“Film ini dan Ruangmigran Ini jadi piranti edukasi kreatif bagi para PMI dalam melawan ekstremisme di dunia maya dan pendidikan adalah salah satu cara memutus mata rantai kemiskinan,” beber Ani Ema yang juga pendiri Ruangmigran.id itu.

Sementara itu, pasca-pemutaran film dan diskusi, ratusan PMI itu mendapat pelatihan kewirausahaan dari 4 dosen Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

“Melatih kewirausahaan ayam dan telur untuk para PMI di Singapura, jadi ada manajemen, literasi keuangan dilatihkan ke mereka. Tujuannya agar mereka sudah punya keterampilan saat purna menjadi PMI dan kembali ke Indonesia,” tambah Noor Huda Ismail.

3. Berkisah tentang perempuan yang pernah masuk ISIS

Film Pilihan, Kisah Pekerja Indonesia Terjebak Teroris

Jaya, Lis akhirnya bebas dari LPP Semarang. Dia menemukan pertobatan di sana, bertekad untuk memperbaiki masa lalunya. Hidup tenang di Kabupaten Kendal.

“Saya waktu bebas dari LPP Semarang tak menyangka (bisa bebas), saya langsung sujud syukur,” ungkapnya.

4. Ada ratusan warga Indonesia yang terlibat jaringan teroris

Film Pilihan, Kisah Pekerja Indonesia Terjebak TerorisTim Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap seorang terduga teroris di Desa Semen, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. IDN Times/ Riyanto

Warga Negara Indonesia (WNI), termasuk PMI yang terpapar medsos dan ingin bergabung kelompok radikal teror di Suriah mencapai ratusan. Data Kementerian Luar Negeri Indonesia, ada 430 WNI yang dideportasi dari Turki karena akan bergabung kelompok radikal teror di Suriah antara tahun 2015 – 2017. Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) mencatat pada periode yang sama, sekira 43 WNI di Hong Kong terpapar paham radikal teror.

Chapter selanjutnya bercerita tentang PMI asal Malang, Jawa Timur. Dia sudah purna jadi PMI di Singapura. Namanya Masyitoh, sapaannya Mosquito.

Keberangkatannya ke luar negeri karena awalnya sang ibu yang akan berangkat. Dia berpikir, jika ibunya yang berangkat, kasih sayang ibu kepada saudara-saudaranya siapa yang menggantikan.

Tekad kuat mengubah nasib membuatnya semangat bekerja di sana. Tak hanya cari uang, Masyitoh juga melanjutkan pendidikan Paket C dan mengambil Diploma. Dia mengikuti berbagai kursus, belajar bahasa Inggris, hingga belajar berjualan melalui media sosial. Semua yang dijalani mengubah nasibnya.

“Di sana itu semua tersedia, mau belajar bahasa Cina, bahasa Inggris, memasak, membuat roti (di Singapura) tinggal kita sendiri maunya gimana. Kan kita nggak akan selamanya kerja ikut orang,” kata Masyitoh.

5. Film 'Pilihan' jadi momen mengulik kehidupan pekerja migran

Film Pilihan, Kisah Pekerja Indonesia Terjebak TerorisTKW NTB korban TPPO. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Sementara, Sutradara Film Pilihan, Ridho Dwi Ristiyanto, mengatakan film itu mengikuti perjalanan Ani Ema Susanti dari mantan PMI yang alih profesi jadi sutradara film yang mencoba memahami fenomena radikal teror di media sosial di kalangan PMI.
“Melalui sudut pandang perjumpaan Ani dengan Listyowati, Masyitoh, film ini menggali kompleksitas kehidupan migran dan dampak media sosial,” tandas Ridho.

Baca Juga: Polda Jateng Bongkar Jaringan Pengedar Lintas Pulau, Pelakunya Empat Orang

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya