Ibunda Dokter PPDS Kariadi ARL Tuntut Keadilan: Bantulah Saya

Undip dan RS Kariadi sebelumnya kompak bungkam

Intinya Sih...

  • Ibunda dokter ARL meminta keadilan dari pihak kepolisian atas kasus bullying yang menyebabkan kematian putranya.
  • Undip dan RS Kariadi mengakui kasus bullying setelah anaknya meninggal, dan ibunda korban meminta kedua instansi itu membantunya mencari keadilan.
  • Kuasa hukum keluarga dokter ARL menyarankan Kemenkes menjadikan tanggal meninggalnya sebagai Hari Stop Bullying Nasional.

Semarang, IDN Times - Ibunda dokter ARL, Nuzmatun Malina meminta pihak kepolisian untuk memberikan keadilan bagi pihaknya atas kejadian bullying yang menyebabkan anaknya meninggal dunia.

Nuzmatun bilang hatinya dirundung duka mendalam karena setelah anaknya meninggal, suami tercintanya pun turut menghadap ke rahmatullah. 

"Dengan kasus ini saya menuntut keadilan yang seadil-adilnya," kata perempuan yang tercatat sebagai Plt Kepala Dinas Arpusda Kabupaten Tegal ini, Rabu (18/9/2024). 

Baca Juga: Kuasa Hukum ARL Sebut Kaprodi Anestesi FK Undip Abaikan Bullying PPDS

1. Nuzmatun lega dengan sikap Undip

Ibunda Dokter PPDS Kariadi ARL Tuntut Keadilan: Bantulah SayaIlustrasi bullying (pexels.com/ Mikhail Nilov)

Ia sebenarnya lega setelah pihak FK Undip dan jajaran RSUP dr Kariadi Semarang menyadari adanya kasus bullying. Karena sejak anaknya meninggal dunia, Undip dan RS Kariadi sama-sama berusaha menutup-nutupi kasus tersebut. 

Sebab itulah, karena dianggap sudah menyadari kesalahan, maka ia minta kedua instansi itu turut serta membantunya. 

"Memang awalnya dari Undip tidak mau mengakui tapi pas kesini kesini juga sadar dan bantulah saya," terangnya. 

2. Nuzmatun meratapi kematian putrinya

Ibunda Dokter PPDS Kariadi ARL Tuntut Keadilan: Bantulah SayaPintu masuk bangsal IGD RSUP dr Kariadi Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Saat konferensi pers di PO Hotel, ia tampak berulang kali menangis sejadi-jadinya tatkala sejumlah pertanyaan ditujukan kepada dirinya. 

Nuzmatun meratapi kematian putri kesayangannya. Terlebih lagi tak berselang lama suaminya juga meninggal. 

"Anak saya sudah tidak ada. Anak saya tadinya sekolah mencari ilmu tapi sudah tidak ada. Saya suruh sekolah cari ilmu, tapi apa yang terjadi. Suami saya juga tidak ada. Bantu saya cari keadilan. Suami saya yang harusnya mendampingi saya tapi juga tidak bisa," katanya dengan tangis sesenggukan. 

3. Dokter ARL dekat dengan sang ayah

Ibunda Dokter PPDS Kariadi ARL Tuntut Keadilan: Bantulah SayaIlustrasi Facebook (pexels.com/Juan Pablo Serrano)

Ia pun mengenang sebelum ditemukan meninggal di kos-kosan, dirinya masih sempat ngobrol dengan anaknya di Semarang tanggal 16 Juli 2024. Semula ia berkomunikasi melalui aplikasi Whatsapp. 

"Di 16 Juli masih komunikasi lewat WA. Lalu tanggal 16 Julinya juga saya bertemu anak saya di Semarang. Itu kejadiannya sebelum dia dioperasi, karena jadwal operasinya dia kan tanggal 26 Juli, operasi kedua di Rumah Sakit Sultan Agung," akunya. 

Selain itu, hari-hari anaknya juga dihabiskan dengan berbincang bersama sang ayah. Anaknya memang dekat dengan sang ayah. Termasuk sering menelepon dan ngobrol berdua saat mau pulang ke rumah maupun berangkat kerja ke Semarang 

"Kalau setiap hari ngobrol sama papanya. Selalu nelepon papanya. Ketika pulang selalu ditunggu papanya. Pas berangkat juga diantar papanya," tandasnya. 

4. Tanggal 12 Agustus bisa ditetapkan jadi Hari Stop Bullying

Ibunda Dokter PPDS Kariadi ARL Tuntut Keadilan: Bantulah SayaMisyal Ahmad kuasa hukum keluarga dokter ARL saat di PO Hotel Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Sedangkan Misyal Ahmad, kuasa hukum keluarga dokter ARL menyarankan supaya Kemenkes menjadikan tanggal meninggalnya kliennya pada 12 Agustus sebagai peringatan Hari Stop Bullying Nasional. 

Karena aksi bullying terbukti telah menimbulkan korban jiwa yaitu seorang dokter yang sedang menempuh PPDS anestesi di RSUP Kariadi. RS Kariadi sendiri merupakan rumah sakit negeri yang bernaung di bawah Kemenkes. "Tentunya perlu ditetapkan 12 Agustus sebagai Hari Stop Bullying bukan untuk Semarang tapi secara nasional untuk seluruh Indonesia," tegasnya. 

Baca Juga: Ibunda ARL: Anak Saya Kecapekan saat PPDS, Lagi Sakit Dibentak-bentak

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya