Kemenag Libatkan Akademisi Asing Bahas 7 Isu Global, Terutama Krisis Kesetaraan

Acara AICIS 2024 diadakan di UIN Walisongo Semarang

Semarang, IDN Times - Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) mengadakan konferensi pendidikan islam internasional atau Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23. Bertempat di Kota Semarang, ajang tahunan AICIS diselenggarakan di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, 1-4 Februari 2024.

Selain akademisi, hadir juga para tokoh agama dari sejumlah negara. Mereka sudah dijadwalkan mendiskusikan beragam persoalan kontemporer. Tajuk utama acaranya ialah Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights Issues. 



Baca Juga: Pungutan Ma'had Gak Transparan, Mahasiswa Demo UIN Walisongo Semarang

1. Kemenag bahas tantangan kemanusiaan yang kontemporer secara global

Kemenag Libatkan Akademisi Asing Bahas 7 Isu Global, Terutama Krisis KesetaraanPara perwakilan panitia konferensi pendidikan islam internasional atau Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23. (IDN Times/Dok Humas UIN Walisongo Semarang)

Staf Khusus Menag Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo berkata untuk tahap awal panitia telah menyeleksi 1.957 artikel yang dikirim calon peserta konferensi, hingga terpilih 328 paper terbaik. 

Para penulis berasal dari 10 negara. Yaitu Afghanistan, Armenia, Mesir, Indonesia, Irak, Malaysia, Moroko, Nigeria, Pakistan, dan Sri Lanka. Mereka terbagi dalam tiga kelompok, Invited Papers (80), Open Panel (100), dan Extended Panel (148).

"AICIS bertujuan untuk mendefinisikan kembali peran agama, terutama Islam, dalam menghadapi tantangan kemanusiaan kontemporer di kancah global," katanya Selasa (30/1/2024). 

2. Sekaligus peringati hari internasional persaudaraan manusia

Kemenag Libatkan Akademisi Asing Bahas 7 Isu Global, Terutama Krisis KesetaraanSuasana konferensi pers konferensi pendidikan islam internasional atau Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23. (IDN Times/Dok Humas UIN Walisongo Semarang)

Ia menjelaskan para penulis dari kalangan akademisi tersebut akan berperan dalam menguatkan persaudaraan kemanusiaan. Gelaran AICIS bertepatan dengan momentum Hari Internasional Persaudaraan Manusia yang ditetapkan PBB sejak 2020 untuk diperingati setiap 4 Februari. 

Peringatan Hari Persaudaraan Manusia Internasional didasarkan pada momentum ditandatanganinya dokumen persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup berdampingan pada 4 Februari 2019 oleh Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb dan Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus. Sebagai kelanjutan dari itu, didirikan Zayed Award for Human Fraternity.

"Alhamdulillah, tahun ini NU dan Muhammadiyah telah ditetapkan sebagai penerima Zayed Award for Human Fraternity," tambahnya. 

3. Ada tujuh isi utama yang dibahas

Kemenag Libatkan Akademisi Asing Bahas 7 Isu Global, Terutama Krisis Kesetaraanpotret sebuah gedung yang hancur di Jalur Gaza.(unsplash.com/ Emad El Byed)

Lebih jauh lagi, Wibowo memaparkan ada tujuh isu atau sub tema yang akan dibahas. Mulai dari agama, nasionalisme, dan kewarganegaraan di Asia Tenggara, dampak isu dan ketegangan keagamaan internasional terhadap nasionalisme, kewarganegaraan, dan hak asasi manusia, krisis kesetaraan, keadilan, dan kemanusiaan, ketegangan agama dan kemanusiaan global. 

Lalu ada juga isu gender, spiritualitas, dan minoritas, fiqih Siyasah tentang perang dan damai, pasca kolonial dan kebijakan berbasis maslahah mursalah, kesetaraan, dan pemberdayaan.

"Isu besarnya adalah peran agama dalam menguatkan nasionalisme, merespons krisis keadilan dan kesetaraan, masalah gender, serta kemaslahatan umat, termasuk yang berkenaan dengan krisis iklim," jelas Wibowo.

4. 14 tokoh lintas agama juga hadir di UIN Walisongo

Kemenag Libatkan Akademisi Asing Bahas 7 Isu Global, Terutama Krisis Kesetaraanilustrasi perubahan iklim dan cuaca karena dipengaruhi oleh angin turbulen (pxhere.com)

Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag, Ahmad Zainul Hamdi merinci, ada 25 sesi panel yang disiapkan panitia untuk mendiskusikan isu-isu yang menjadi sub tema. Sejumlah akademisi, dalam dan luar negeri dijadwalkan ikut sumbang pemikiran.

Mereka adalah Dr (HC) KH Yahya Cholil Staquf (Nadhlatul Ulama Central Board), Prof. Dr. Ismail Fajrie Alatas (New York University), Prof. Rahimin Afandi bin Abdul Rahim (Universitas Malaya), Prof. Dr. Claudia Saise (Humboldt-Universität zu Berlin), Prof. Dr. Dora Marinova (Curtin University, Australia), Prof. Dr. Abdul Djamil, MA (State Islamic University Walisongo Semarang, Indonesia), Prof. Dr. Kamaruzaman (Asian Muslim Action Network), Prof. Dr. Hassanein Al-Saeed Hassanein Ahmed (Suez Canal University, Egypt), Prof. Madya Dr. Kamaluddin Nurdin Marjuni (Universiti Islam Sultan Sharif Ali Brunei Darussalam), Assistant Professor Dr. Jassim Mohammed Harjan (University of Baghdad, Iraq), Fazlur Rahman bin Kamsani (Middle East Institute National University of Singapore), dan Dr. Fatma Mohamed Mansour (Suez Canal University).

Berbeda dengan penyelenggaraan tahun lalu, AICIS 2024 akan diperkuat dengan adanya temu para pemuka dan pemimpin lembaga keagamaan atau religious leaders summit.

Sebanyak 14 tokoh agama dari berbagai negara terkonfirmasi hadir, yaitu KH. Yahya Cholil Staquf (Indonesia), Pimpinan PP Muhammadiyah (Indonesia), Prof Philip Kuntjoro Widjaja (Indonesia), Mayor Jenderal TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, S.I.P. (Indonesia), Venerable Dr. Vanh Keobundit (Laos), Venerable Dr. Yon Seng Yeath (Cambodia), Mr. Bounthavy Phonethasin (Laos), YB Datuk Dr. Hasan bin Bahrom (Malaysia), Phra Dr. Anilman Dhammasakiyo (Thailand), Pdt. Gomar Gultom (Indonesia), Romo Hery Wibowo (Indonesia), Ws. Andi Gunawan, ST (Indonesia), Dr. A. Elga J. Sarapung (Indonesia), dan Bishop Pablo Virgilio Siongco David (Philippines).

"Para tokoh ini akan ikut serta dalam membahas solusi atas serangkaian persoalan kontemporer dari perspektif keagamaan. Ini sejalan dengan COP28 di Dubai pada akhir 2023 yang juga mulai melibatkan tokoh agama dalam pembahasan krisis iklim," ujar Ahmad.

"Pertemuan mereka akan menjadi ajang berbagi perspektif dan wawasan berbasis pengalaman mereka dalam merespons isu-isu kemanusiaan dan kedamaian. Hasil pembahasan para pemuka agama dibahas dalam sesi On Stage Discussion yang menghasilkan Semarang Charter," pungkasnya. 

Baca Juga: Gakkumdu Antisipasi Kerawanan Kampanye Prabowo-Gibran di Semarang

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya