Kisah Para Napi Wanita Pembuat Stola Paus Fransiskus: Kami Happy

Lapas Bulu dapat kepercayaan dari Kemenkumham

Intinya Sih...

  • Paus Fransiskus membawa berkah bagi umat Katolik di Indonesia
  • Narapidana perempuan Lapas Bulu menciptakan kain stola berdesain menarik
  • Lapas Bulu memiliki program bimbingan kerja yang melibatkan pembuatan kerajinan sebagai kegiatan narapidana

Semarang, IDN Times - Kedatangan Paus Fransiskus belum lama ini tak cuma membawa berkah bagi umat Katolik di Indonesia. Tetapi kasihnya secara nyata dirasakan umat Katolik yang ada di tiap daerah.. 

Bahkan, Paus Fransiskus seolah mampu menggerakkan kreativitas para narapidana perempuan untuk menciptakan selembar kain stola berdesain menarik. Seperti yang dirasakan Maria, seorang narapidana perempuan yang mendekam di Lapas Kelas IIA Wanita di kawasan Bulu, Kota Semarang. 

Sore itu jari jemari Maria tampak cekatan menggoreskan warna pada selembar kain. Ia bilang datangnya Paus Fransiskus ke Jakarta membawa dampak yang nyata bagi dirinya dan teman-temannya di lapas. 

"Karena Minggu kemarin pas bapa Paus datang ke Jakarta kami yang membuatkan stola yang dipakai beliau, jadinya sekarang kami dapat pesanan lagi dari salah satu gereja yang minta dibuatin stola mirip yang dipakai bapa Paus," kata wanita 34 tahun tersebut saat berbincang dengan IDN Times, Rabu (11/9/2024). 

Menangguk untung dari membuat stola

Kisah Para Napi Wanita Pembuat Stola Paus Fransiskus: Kami HappyDesain stola yang mirip dipakai Paus Fransiskus. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Maria berkata stola pesanannya sepanjang 2 meter. Ia bersama lima temannya di Lapas Bulu mengerjakan orderan stola selama dua pekan. 

Maria kebagian tugas memberikan pewarnaan pada seluruh motif stola tersebut. Desainnya sudah ditentukan oleh seorang perancang busana yang bermitra dengan Kemenkumham. 

Kemudian pada bagian lain, seorang temannya kebagian tugas nembok pada kain stola. 

"Senang rasanya ikut membuatkan stola pesanan gereja. Soalnya desainnya ini juga sama yang dipakai bapa Paus Fransiskus. Ini saya lagi nembok. Yang susah itu harus rapi biar warnanya gak gampang pudar," timpal seorang narapidana lain yang ikut menggarap pesanan stola.

Enam bulan belajar membatik

Kisah Para Napi Wanita Pembuat Stola Paus Fransiskus: Kami HappySeorang narapidana perempuan saat nembok kain stola pesanan gereja. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Bagi Maria sendiri, membuat stola menjadi aktivitas barunya selama menghuni Lapas Bulu. Ibu satu anak ini divonis kurungan badan 16 tahun karena terindikasi terlibat peredaran obat-obatan terlarang. 

Maria asli Jakarta. Hampir delapan tahun lamanya ia menjalani pidana di beberapa lapas. Kemudian baru enam bulan terakhir Maria dipindahkan ke Lapas Bulu. 

"Baru enam bulan belakangan belajar membatik di sini. Setiap hari saya ikuti prosesnya. Dari nyantingnya, nemboknya sampai memoles dengan warna-warna yang terang," kata Maria. 

Karenanya hatinya senang tak terhingga saat mendapat kepercayaan dari Kemenkumham untuk membuatkan stola. "Happy senang banget rasanya," kata Maria. 

Ada 242 napi perempuan Lapas Bulu

Kisah Para Napi Wanita Pembuat Stola Paus Fransiskus: Kami HappyKristiani Hambawani, Kepala Lapas Bulu Semarang dan Dirjen HAM Dhahana Putra. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Kristiani Hambawani, Kepala Lapas Bulu Semarang mengakui memang keterampilan membatik menjadi salah satu keunggulan program bimbingan kerja yang dijalankan di lapasnya selama ini. 

Banyak narapidana perempuan yang hari-harinya dihabiskan dengan membatik. Secara keseluruhan ada 242 narapidana yang menghuni lapasnya dan puluhan di antaranya berstatus tahanan titipan. 

"Ada 242 narapidana perempuan di sini, yang terbagi 210 orang berstatus warga binaan, sisanya tahanan. Lalu masih ada dua anak bayi. Waktu bapa Paus ke Jakarta, teman-teman warga binaan di sini yang membuatkan stola sama pouch bag," kata Kristin. 

Baca Juga: Ekonom FEB UI: Kunjungan Paus Fransiskus Momentum Tekan Kesenjangan

Lapas Bulu dilengkapi fasilitas posyandu

Kisah Para Napi Wanita Pembuat Stola Paus Fransiskus: Kami HappyKristiani Hambawani, Kepala Lapas Bulu Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Di lapasnya, mayoritas narapidana memilih menghabiskan waktu dengan menekuni pembuatan kerajinan demi mengusir rasa jenuh. Untuk program bimbingan kerja (binker) lapasnya menyediakan unit pelatihan membatik, pembuatan roti, menyulam, drum band sampai pembuatan makanan olahan. 

Karena itulah, saat Dirjen HAM Dhahana Putra menengok langsung kegiatan narapidana perempuan di lapasnya, semua fasilitas penunjang diperlihatkan secara utuh. Termasuk adanya posyandu khusus ibu dan bayi. 

"Fasilitas-fasilitas yang ada di sini sudah lengkap semua. Kami sediakan posyandu, unit pelatihan UMKM. Beliau juga langsung mengecek yang punya bayi, yang melahirkan. Dan kami sudah empat kali memperoleh penghargaan P4 HAM. Yang agak berat itu stampel cap bagi narapidana perempuan ketika kembali ke masyarakat. Terutama pas kembali kerja," akunya. 

Baca Juga: Paus Fransiskus Peluk Penyandang Disabilitas Saat Berkunjung ke KWI

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya