Senior PPDS Anestesi RS Kariadi Ungkap Tradisi Patungan Rp10 Juta untuk Beli Makanan

Senior dokter ARL ungkap fakta di RS Kariadi

Sejumlah senior PPDS anestesi membeberkan sejumlah fakta terkait pelaksanaan program dokter anestesi yang berlangsung di RSUP dr Kariadi Semarang. Angga Rian, seorang dokter PPDS anestesi semester 7 di RS Kariadi mengaku memang ada kegiatan mengumpulkan uang dari para juniornya untuk membelikan makanan bagi seniornya yang bertugas di PPDS anestesi. 

"Sementara residen ini posisinya masih di kamar operasi menjalani pembiusan. Satu sistemnya adalah kita dibelikan makanan dan itu akan berlanjut seperti itu terus sampai program operasinya bisa selesai," kata Angga di FK Undip

Baca Juga: Mahasiswa PPDS Undip Akui ada Iuran, Digunakan Untuk Makan

1. Tindakan operasi di RS Kariadi 24 jam

Senior PPDS Anestesi RS Kariadi Ungkap Tradisi Patungan Rp10 Juta untuk Beli MakananSuasana RSUP dr Kariadi Semarang saat jam aktivitas siang hari. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Angga mengklaim, pemberian makanan untuk para senior bersifat gotong royong. Sebab tindakan itu dilakukan untuk menyiasati layanan operasi di RS Kariadi yang berlangsung 24 jam. Dia menyebut para dokter residen anestesia tidak disediakan makan malam oleh pihak rumah sakit.

 "Jadi memang pembagian makan itu dibantu adik junior paling kecil agar yang di kamar operasi tetap bisa di kamar operasi menjalani pembiusan," ungkapnya.

2. Ada kegiatan patungan dari junior PPDS anestesi Rp10 juta

Senior PPDS Anestesi RS Kariadi Ungkap Tradisi Patungan Rp10 Juta untuk Beli Makanan

Selain itu, uang yang dihimpun digunakan untuk membeli makanan seluruh dokter residen anestesi. Ia mencontohkan satu mahasiswa junior bisa patungan sebesar Rp10 juta per bulan. 

"Tapi ini tidak tentu. Kadang-kadang saya tidak iuran juga karena uang kasnya masih penuh," ujarnya. "Dan kalau masih ada sisa (kas), itu dikembalikan," cetusnya. 

3. Tindakan operasi bisa 140 kali sehari

Senior PPDS Anestesi RS Kariadi Ungkap Tradisi Patungan Rp10 Juta untuk Beli Makananilustrasi suntik Botox (pexels.com/SHVETS production)

Sedangkan saban harinya di kamar operasi RS Kariadi bisa melakukan program pembiusan antara 120-140 kali. Tak cuma itu saja, diluar kamar operasi pun masih ada kegiatan pembiusan sebanyak 20-30 kali. 

Angga berkata mahasiswa yang tidak membayar iuran untuk seniornya juga tidak dibullying. Ia mengungkapkan bahwa iuran yang dikeluarkan mahasiswa junior berlangsung selama satu semester. "Jadi ketika next semester, kita tidak mengeluarkan iuran lagi. Karena yang membelikan kita makan yang juniornya," katanya. 

Angga pun membantah kabar bahwa mahasiswa PPDS anestesia semester satu tidak boleh berkomunikasi dengan mahasiswa senior yang sudah berada di semester tiga ke atas, termasuk hanya boleh memberi jawaban afirmatif seperti Siap, Mas atau Mbak. 

"Dulu kebetulan saya dapat yang sangat terbuka. Itu terserah saja," akunya. 

4. Dekan FK buka investigasi seluas-luasnya

Senior PPDS Anestesi RS Kariadi Ungkap Tradisi Patungan Rp10 Juta untuk Beli MakananAcara solidaritas pendidikan bermartabat yang diadakan FK Undip. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Dekan FK Undip, dr Yan Wisnu Prajoko, mengatakan Undip membuka diri untuk terhadap proses investigasi terkait adanya praktik pemalakan terhadap ARL.  "Saya mengulang yang disampaikan Pak Rektor. Jadi Undip berkomitmen untuk membuka investigasi seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, seluruhnya," ujar Yan. 

Baca Juga: FK Undip Minta Kemenkes Ungkap Siapa yang Memeras Dokter PPDS

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya