Keraton Solo Kembali Gelar Malam Selikuran

Akan digelar pada tanggal 31 Maret 2024

Surakarta, IDN Times - Keraton Kasunanan Surakarta Hadinigrat kembali menggelar peringatan malam selikuran sebagai bagian dari upacara menyambut malam Lailatul Qadr atau malam seribu bulan.

Baca Juga: Aqua Ramaikan Iftar Ramadan di Masjid Syeikh Zayed Solo

1. Digelar pada tanggal 31 Maret

Keraton Solo Kembali Gelar Malam SelikuranTradisi Malam Selikuran. (Kompas.com)

Tradisi yang ditandai dengan mengarak tumpeng sewu (seribu) dan lampion dari keraton ke Masjid Agung Solo ini sebagai lambang berkah.

Kerabat Keraton Kasunanan Surakarta yang juga menjabat sebagai Ketua Eksekutif LDA, KPH Eddy Wirabhumi mengatakan jika acara adat Malam Selikuran kembali akan digelar pada bulan tanggal 31 Maret 2024 mendatang.

"Acara digelar tanggal 31 Maret, nanti ada kirab sampai Masjid Agung Solo," jelasnya kepada IDN Times, Rabu (27/3/2024).

Istilah "Malam Selikuran'' sendiri berasal dari bahasa Jawa "Selikur", yang artinya dua puluh satu, mengacu pada malam ke-21 dalam bulan Ramadan. Malam ini juga diperingati sebagai saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali dalam bentuk ayat Al Quran.

2. Sejarah Malam Selikuran

Keraton Solo Kembali Gelar Malam SelikuranTradisi Malam Selikuran. (Kompas.com)

Sejarah tradisi Malam Selikuran sendiri merupakan tradisi unik di Keraton Surakarta yang diadakan untuk menyambut kedatangan lailatul qadar, yang dianggap istimewa bagi umat Islam tetutama pada saat bulan Ramadhan.

Tradisi ini awalnya diperkenalkan oleh Sultan Agung, namun mengalami variasi sepanjang sejarahnya. Di era Pakubuwana IX, kegiatan ini dihidupkan kembali dan mencapai puncaknya pada masa Pakubuwana X. Kegiatan Malam Selikuran biasanya berlangsung pada tanggal 20 atau 21 Ramadan setiap tahunnya.

Pada zamam dulu, Malam Selikuran melibatkan prosesi mengarak tumpeng dari Keraton ke Masjid Agung Surakarta, disertai dengan lampu ting atau pelita. Lampu ting melambangkan obor yang dibawa oleh sahabat Nabi Muhammad SAW ketika mereka menjemputnya setelah menerima wahyu di Jabal Nur.

Ada yang berpendapat jika Malam Selikuran sudah berlangsung sejak zaman Walisongo, yang mengindikasikan kegiatan spiritual mendekatkan diri kepada Allah pada malam-malam terakhir bulan Ramadan.

3. Makna Malam Selikuran

Keraton Solo Kembali Gelar Malam SelikuranTradisi Malam Selikuran. (Dok/Surakarta.go.id)

Bagi masyarakat Jawa Selikuran (21 Ramadan) dianggap momen yang memiliki makna khusus. Tradisi Malam Selikuran merupakan perpaduan antara budaya dan agama yang kaya akan signifikansi.

Saat Ramadan menurut ajaran Islam dimaknai istimewa karena dalam sejarah awal Islam, Rasulullah Saw memulai beri'tikaf. Beri'tikaf, yang dalam bahasa sederhana berarti berdiam diri.

Hal ini merupakan sebuah ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan di masjid, terutama pada bulan suci Ramadhan, dan lebih khususnya lagi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk mencari malam Lailatul Qadar. 

Baca Juga: Survei Pilkada Solo 2024: Wakil Gibran Teratas, Kaesang Lebih Populer

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya