TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Sopir Taksi Online Semarang: Nol Orderan, Antar Pasien COVID-19

Sempat tidak bisa kerja karena terpapar virus corona

Layanan Grab sesuai dengan protokol kesehatan COVID-19. (dok. Grab Indonesia)

Semarang, IDN Times - Angka kasus COVID-19 yang melandai dan pelonggaran aktivitas masyarakat melalui penurunan status PPKM membuat lega para pekerja lapangan di Kota Semarang. Mereka bisa kembali bekerja dan menjemput rezeki, salah satunya yang berprofesi sebagai sopir taksi daring atau online

Baca Juga: Cara Dapat Promo Gojek Obat-obatan di 15 Apotek Semarang Cek Syaratnya

1. Saat PPKM maksimal hanya dapat orderan dari 4 penumpang

Grab Lawan Corona (Dok. IDN Times)

Bagi kalangan pekerja harian seperti sopir taksi online, lonjakan kasus COVID-19 dari varian Delta dan PPKM Darurat dua bulan lalu merupakan pukulan berat bagi mereka. Tidak hanya tidak bisa bekerja, mereka juga tidak ada penghasilan pada momen tersebut.

Pengalaman itu dialami oleh sopir taksi online, Tri Panji Purnomo. Pada masa-masa sulit itu sehari nol order-an pernah ia rasakan.

‘’Sehari nggak dapat order-an pernah. Saat PPKM Darurat kemarin itu maksimal empat orderan mengantar atau menjemput penumpang sudah bagus,’’ ungkapnya saat ditemui IDN Times, Selasa (14/9/2021).

2. Bekerja saat pandemik sangat berisiko bagi sopir taksi online

Ilustrasi Taksi Online (IDN Times/Sukma Shakti)

Kondisi itu berbeda pada saat sebelum pandemik, sehari jika ia bekerja 16 jam bisa mendapat orderan hingga 19 penumpang. Tidak hanya dapat banyak penumpang, penghasilannya pun juga bertambah karena masih ada bonus dari perusahaan karena melebihi target.

‘’Namun, saat pandemik bonus malah dihapus. Jadi saya hanya benar-benar menggantungkan pendapatan dari bayaran penumpang,’’ tuturnya.

Kendati demikian, penurunan status PPKM menjadi level 2 ini kondisi keuangannya mulai membaik, karena sehari bisa mendapat 12 orderan dari mengantar atau menjemput penumpang. Ini seiring aktivitas masyarakat mulai dilonggarkan.

‘’Jadi kembali mengantar orang bepergian, seperti bekerja, sekolah, atau pergi ke mana gitu. Alhamdulillah, sekarang bisa 12 kali orderan,’’ kata warga Kenconowungu Semarang Barat itu.

Setiap hari Panji bekerja mulai pagi hingga malam atau siang hingga pagi. Biasanya jika ia berangkat siang pukul 12.00 WIB, maka akan pulang subuh sekitar pukul 05.00 WIB. Tentu, profesi sebagai sopir taksi online yang bekerja tidak mengenal waktu ini pun berisiko.

3. Tetap mengantar penumpang yang positif COVID-19 meski berisiko

Ilustarsi Ojek Online (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut pria yang sudah empat tahun bekerja sebagai sopir taksi online itu, mencari rezeki saat pandemik merupakan hal yang paling berisiko. Panji pernah terpapar COVID-19 pada masa awal pandemik COVID-19 melanda Tanah Air.

‘’Saya nggak tahu ketularannya dari mana, apakah dari penumpang atau saat berkumpul dengan sopir lain ketika menunggu orderan. Itu membuat saya tidak bisa bekerja lebih dari dua minggu, untungnya perusahaan memberikan santunan saat saya sakit. Ini membantu sekali untuk menyambung hidup,’’ katanya.

Usai sembuh dari COVID-19, risiko lain bekerja saat pandemik adalah ketika ia harus mengantar penumpang yang terinfeksi COVID-19 ke tempat isolasi terpusat maupun rumah sakit. Hal itu sangat berisiko tinggi, tetapi Panji tetap menjalankan tugasnya.

‘’Ya, bagaimanapun kan kita sebagai manusia harus menolong sesama. Jadi ketika ada orderan dari penumpang yang tujuannya ke tempat isolasi terpusat di rumah dinas wali kota atau ke rumah sakit saya harus siapkan diri juga mental,’’ jelasnya.

Baca Juga: Grab Bagikan 10 Ribu Paket Imunitas Dokter hingga Perawat di Semarang 

Berita Terkini Lainnya