TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

SMA 3 Semarang Langganan Juara Olimpiade dan Tanamkan Budaya Riset ke Siswa 

Para alumninya nggak kaleng-kaleng lho!

Ilustrasi lingkungan SMA 3 Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Semarang, IDN Times - SMA Negeri 3 Semarang mempunyai cara untuk mendidik siswa dalam berproses baik secara akademik maupun membentuk karakter. Maka, tidak heran jika sekolah yang sudah berdiri sejak 1 November 1877 ini selalu menjadi favorit di Provinsi Jawa Tengah khususnya Kota Semarang. 

Baca Juga: Profil SMA Taruna Nusantara, Terkenal Sebagai Sekolah Semi Militer 

1. Terapkan sistem SKS dalam pembelajaran

Kepala SMA 3 Semarang, Yuwana (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Sekolah yang berlokasi di Jalan Pemuda No 149 Semarang ini mempunyai segudang prestasi yang diraih oleh para siswa dan guru. SMA 3 Semarang ini juga menjadi tempat impian bagi siswa lulusan SMP untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA.

Lantas, seperti apa pendidikan yang diterapkan di SMA 3 Semarang selama ini? Yuk, simak obrolan IDN Times dengan Kepala SMA 3 Semarang, Yuwana.

Menurut Yuwana, saat ini SMA 3 Semarang telah mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar di sekolah. Kurikulum yang memberikan keleluasaan pada pendidik dan siswa dalam mengakses pembelajaran ini sudah diterapkan di kelas 10.

‘’Dengan menerapkan sistem SKS (satuan kredit semester), kami bebaskan siswa memilih pelajaran sesuai minatnya. Melalui cara ini siswa bisa tuntas belajar dan akan dilayani sampai tuntas di setiap mata pelajarannya. Tidak ada istilah tidak naik kelas, meski sudah naik kelas 11 tapi kalau ada mata pelajaran di kelas 10 belum selesai tetap akan dilayani di kelas 11,’’ ungkapnya.

2. Riset sebagai budaya di sekolah

Ilustrasi lingkungan SMA 3 Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Penerapan sistem SKS di kurikulum merdeka ini hasilnya lebih baik karena siswa belajar dengan minat, bakat dan potensi mereka.

Selain itu, SMA 3 memiliki semboyan prestasi menjadi budaya. Melalui semangat ‘’SMA 3 Semarang A Research School For Better Future’’, satuan pendidikan ini ingin menjadi sekolah riset untuk generasi masa depan yang lebih baik.

Implementasi riset sebagai budaya di sekolah ini sudah dilakukan sejak tahun 2021. Sekolah mewajibkan setiap siswa harus mempunyai pengalaman menulis karya ilmiah. Siswa dikenalkan saat mereka duduk di bangku kelas 10.

‘’Akan ada bimbingan massal di kelas 10 yang dilakukan dua kali per semester atau empat kali per tahun. Di situ siswa akan dikenalkan dengan penelitian seperti membuat proposal penelitian hingga menulis hasil penelitian. Selanjutnya, mereka akan dibimbing oleh guru untuk membuat karya ilmiah dan hasilnya dikumpulkan paling lambat kelas 11 semester 2,’’ jelas Yuwana.

3. Punya jurnal ilmiah untuk menampung penelitian siswa

Ilustrasi pembelajaran di SMA 3 Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Adapun, penelitian dan penulisan karya ilmiah ini dapat dilakukan secara berkelompok maksimal dua siswa. Lalu, hasil dari karya ilmiah ini sekaligus sebagai syarat lulus dari SMA 3 Semarang.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Akademik, Saroji menjelaskan, untuk menampung hasil penelitian atau karya ilmiah siswa, SMA 3 memiliki jurnal ilmiah ‘Journey Journal For Energetic Youngers’.

‘’Jurnal ini tidak hanya bermanfaat bagi sekolah untuk menampung data karya ilmiah siswa, tetapi juga sebagai referensi sekolah lain. Jurnal ini terbuka untuk umum,’’ tuturnya.

Selanjutnya, sebagai tiga besar sekolah terbaik di Kota Semarang menurut versi Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), SMA 3 juga memiliki segudang prestasi yang diraih para peserta didik di sana. Bahkan, dalam berbagai ajang olimpiade sains nasional maupun internasional, lomba riset ISPO dan OPSI para siswa yang menjadi peserta lomba berhasil mengantongi juara.

4. Membangun mindset siswa untuk berprestasi

Ilustrasi pembelajaran di SMA 3 Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Ada strategi khusus yang diterapkan sekolah untuk mengantongi medali-medali kejuaraan di ajang kompetisi tersebut, yakni dengan membangun budaya berprestasi di sekolah.

Sekolah melakukan seleksi minat dan bakat pada siswa untuk sembilan mata lomba Olimpiade Sains Nasional antara lain, biologi, kimia, fisika, matematika, kebumian, geografi, ekonomi astronomi, dan komputer/informatika.

Kemudian, siswa akan dibimbing oleh guru, pelatih dari alumni, hingga dosen di perguruan tinggi untuk belajar. Di sana mindset siswa secara kognitif dibangun sehingga muncul budaya berprestasi.

Baca Juga: Lulus SMA Pengin Kuliah di Singapura? Coba Ikut Summer Camp 5 Hari

Berita Terkini Lainnya