TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warga Giatkan Urban Farming di Lokasi Proyek SPAM Semarang Barat

Tangkal polusi udara dan suara dengan bercocok tanam

Ilustrasi urban farming (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Semarang, IDN Times - Warga Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang melakukan kegiatan bercocok tanam atau urban farming di sekitar rumah mereka. Upaya itu dilakukan untuk menangkal polusi udara dan suara, karena berada di lingkungan sekitar konstruksi instalasi pengolahan air minum (IPA) yang merupakan bagian dari proyek Sistem Penyaluran Air Minum (SPAM) Semarang Barat. 

Baca Juga: Debat Pilwalkot Semarang, Ditanya Tagline Semarang Hendi Lupa 

1. Warga di lingkungan proyek SPAM Semarang Barat giatkan urban farming

Warga Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang melakukan kegiatan bercocok tanam atau urban farming di lokasi proyek SPAM Semarang Barat. IDN Times/Anggun Puspitoningrum.

Sebanyak 118 keluarga di RW 02 Kelurahan Bambankerep menggiatkan kegiatan bercocok tanam dengan menanam tanaman sayur, buah, dan tanaman hias di sekitar tempat tinggal mereka. Selain itu, mereka juga memanfaatkan lahan balai RW untuk menyemai bibit dan merawat tanaman yang mereka tanam.

Dalam melaksanakan kegiatan urban farming itu mereka tidak sendiri. Ada operator, yakni Tiga Langkah yang mendampingi warga dengan memberikan pelatihan tentang bercocok tanam. Adapun, Tiga Langkah sendiri ditunjuk PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) yang menjamin proyek SPAM sebagai pelaksana program urban farming.

Direktur Tiga Langkah, Suharti Sadja mengatakan, lingkungan RW 02 di Kelurahan Bambankerep ini merupakan salah satu lokasi pembangunan konstruksi IPA dari proyek SPAM. Selain itu, lingkungan di sini juga dengan tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang. 

2. Urban farming merupakan upaya untuk menangkal polusi di tengah pembangunan konstruksi IPA dan TPA Jatibarang

Warga Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang melakukan kegiatan bercocok tanam atau urban farming di lokasi proyek SPAM Semarang Barat. IDN Times/Anggun Puspitoningrum.

‘’Sebab, lokasi di sini dekat dengan jalur sampah dan air ini, maka sangat cocok sekali untuk pengembangan urban farming. Artinya, warga perlu mendapat edukasi agar tahu bagaimana menangkal polusi udara dan suara karena hidup di tengah pembangunan konstruksi IPA dan TPA Jatibarang, apalagi cuaca disini panas dan lembab,’’ ungkapnya di sela pelatihan bercocok tanam di balai desa, Sabtu (22/11/2020). 

Melalui edukasi dan pelatihan urban farming ini ternyata warga sangat antusias mengikuti. Sejak September hingga November ini mereka sudah mengikuti enam kali pelatihan. 

Seperti Suyati, warga RT 03 RW 02 Bambankerep, dia mengaku sangat senang mengikuti kegiatan urban farming. Sebab, banyak ilmu baru yang diperoleh selama pelatihan. 

3. Warga antusias mendapat ilmu bercocok tanam

Warga Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang melakukan kegiatan bercocok tanam atau urban farming di lokasi proyek SPAM Semarang Barat. IDN Times/Anggun Puspitoningrum.

‘’Sebelumnya, warga disini memang sudah bercocok tanam di sekitar rumah dengan secara tabulampot. Kami menanam berbagai tanaman seperti binahong, serai, kemangi, terong, hingga kecubung. Namun, cara menanam kami masih asal-asalan dan akhirnya banyak gagalnya,’’ tuturnya.

Namun, lanjut dia, setelah ada pelatihan ini dia bersama warga lain semakin tahu bagaimana cara menanam yang benar, biar tidak mati. Kemudian, juga tahu cara memindahkan tanaman, mengembangbiakannya, dan mengatasi hama. 

‘’Akhirnya, kemarin bisa panen sawi. Senang rasanya bisa berhasil,’’ imbuhnya.

Suharti menambahkan, sebagai pendamping program urban farming ke depan pihaknya tidak hanya mengajari cara menanam tetapi juga mendampingi warga tentang bagaimana mendapatkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan rumah atau berwirausaha. 

Baca Juga: Umrah saat Pandemik COVID-19, Biaya dari Jateng Naik Sampai Rp15 Juta

Berita Terkini Lainnya