TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bergejala COVID-19 Gak Dapat Rujukan, Warga Salatiga Diminta di Rumah

Rujukan rumah sakit di Semarang, Salatiga, dan Yogya penuh

ilustrasi pasien COVID-19 (IDN Times/Sukma Shakti)

Salatiga, IDN Times - Seorang pasien positif COVID-19 di Salatiga, Jawa Tengah kesulitan mendapatkan rujukan untuk perawatan di rumah sakit. Sejumlah rumah sakit di tiga daerah menyatakan telah penuh dengan pasien virus corona.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Wonosobo Naik, Rumah Sakit dan 3 Gedung Isolasi Penuh

1. Rumah sakit di Salatiga, Semarang, dan Jogja penuh

Ilustrasi personel Satgas Mobile COVID-19 memeriksa kondisi pasien diduga terjangkit virus Corona (COVID-19) di ruang isolasi Rumah Sakit Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (11/3). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Sulitnya mendapat rujukan dialami oleh Angga Widitama, warga Salatiga, Jawa Tengah. Ia adalah pasien positif COVID-19 dengan gejala sesak, batuk, dan mual.

Saat ini Angga menjalani isolasi mandiri di rumah, dengan dukungan peralatan kesehatan seadanya. Sebab rumah sakit di Salatiga, Semarang, dan Yogyakarta telah penuh pasien.

Secara khusus, Angga berkisah kepada IDN Times apabila dirinya pada 13 September 2020 mengalami demam, badannya nyeri, batuk, sesak napas, disertai mual. Pria 30 tahun itu berinisiatif memeriksakan diri di sebuah rumah sakit swasta di Salatiga. Oleh tenaga kesehatan dirinya diminta untuk melakukan rapid test pada hari selanjutnya.

Kemudian 14 September 2020 dirinya melakukan rapid test di RSUD Salatiga. Hasilnya non-reaktif.

2. Untuk bisa dirawat di RSUD Salatiga harus pakai rujukan puskesmas

Ilustrasi petugas kesehatan menunjukkan alat tes usap atau swab test di Puskesmas Andalas Padang, Sumatera Barat. ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi

Angga mengatakan kepada dokter di rumah sakit milik Pemerintah Kota Salatiga itu apabila dirinya mengalami sesak napas dan memerlukan sekali untuk masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ia juga begitu membutuhkan oksigen atas sesak napas yang diderita.

Sayang, pihak rumah sakit menyatakan jika Angga harus mendapatkan rujukan terlebih dahulu dari puskesmas, untuk bisa masuk ke RSUD.

"Saya tidak tahu apakah prosedur di RSUD Salatiga harus ke puskesmas dulu. Tapi dengan keluhan saya, batuk dan sesak nafas berat, saya tidak bisa diterima di IGD? Harus ke puskesmas dulu?" katanya, Selasa (22/9/2020).

Selanjutnya 15 September 2020, Angga memeriksakan diri di salah satu puskesmas yang ada di Kota Salatiga. Dokter Puskesmas menyarankan untuk dilakukan swab test. Ia menjalani swab pertama pada 17 September 2020 dan 18 September 2020 adalah swab keduanya.

3. Isolasi mandiri dengan peralatan kesehatan pendukung seadanya

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Ketika melakukan swab kedua, badan Angga menggigil, sesak napas, tetapi tidak demam. Ia meminta kepada dokter puskesmas untuk mencarikan rumah sakit rujukan lantaran sudah tak kuat dengan sakit yang diderita.

Namun dokter puskesmas menyatakan apabila ruang isolasi di rumah sakit yang ada di Salatiga penuh. Angga pun bertahan melakukan isolasi mandiri di rumah dengan menggunakan oksigen portable, sesuai anjuran dokter tersebut.

"Saya merasa clueless (red: tidak mengerti) saja. Prosedur belum jelas, terutama bagi yang suspek. Misal kalau tidak bisa isolasi mandiri harus ke mana? Menghubungi siapa? Tidak jelas. Puskesmas hanya menyarankan ya di rumah saja. Kebetulan saya di rumah hanya dengan pembantu. Puskesmas bilang pembantu jangan boleh datang. Tapi kan saya sulit untuk mobile," ungkapnya kepada IDN Times.

Senin, 21 September 2020 gejala yang sama muncul seperti yang dialami pada 18 September 2020. Lantaran di Salatiga rumah sakit rujukan COVID-19 hanya ada dua, ia berinisiatif untuk mencari di Semarang.

Baca Juga: COVID-19 di Semarang Tinggi, Ruang ICU Habis, Rumah Sakit Cari Donasi

Berita Terkini Lainnya