TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Desa di Magelang Dinikahkan untuk Minimalkan Ancaman Gunung Merapi

Pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat

Pengunjung berada di kawasan gardu pandang Gunung Merapi, Kalitalang, Balerantai, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (20/8/2019). Bedasarkan data pengamatan Balai Penyelidikan Dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) periode (20/8/2019) pukul 06.00 WIB - 18.00 WIB terjadi guguran lava sebanyak 12 kali dengan jarak 350-800 meter arah Kali Gendol. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Magelang, IDN Times -  Ada sebuah kebiasaan unik di kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Agar bisa saling melindungi saat terjadi bencana letusan Gunung Merapi, suatu desa harus melamar ke desa penyangga. Hal ini dilakukan agar warga yang mengungsi dapat diterima di desa lainnya (desa penyangga). 

Konsep unik tersebut merupakan bagian dari inovasi Paseduluran Deso (PASESO) yang diciptakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magelang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Baca Juga: Kebakaran Hutan di Taman Nasional Gunung Merapi Dapat Diatasi  

1. Konsep sederhana layaknya seorang pengantin

twitter.com/kempanrb

Konsep tersebut diterapkan Pemkab Magelang dengan harapan dapat memberikan nuansa seolah-olah mereka mengungsi di rumah saudaranya.

"Sehingga bisa merasa sedikit lebih nyaman, walaupun tidak senyaman di rumah sendiri sebagai pasangan pengantin yang harmonis," jelas Bupati Magelang, Zaenal Arifin saat mempresentasikan program yang masuk dalam Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2019 ini, di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), demikian dikutip IDN Times dari keterangan tertulis yang diterima, Rabu (4/9).

2. Inovasi sister village untuk penanganan bencana

twitter.com/humaskabmgl

Menurut Zaenal, paradigma penanggulangan bencana telah bergeser dari respon darurat atau responsif, ke arah preventif dengan menekankan pengurangan risiko bencana berbasis pemberdayaan masyarakat.

PASESO atau disebut juga dengan sister village adalah inovasi dari Kabupaten Magelang terkait penanganan pengungsi letusan Gunung Merapi. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan membentuk persaudaraan antar-desa untuk pengurangan risiko bencana.

3. Upaya meminimalkan korban

ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Zaenal menjelaskan, secara umum, inovasi ini memperbesar skala pengungsian dari rumah ke rumah menjadi desa ke desa.

"Dengan adanya sister village ini maka saudara-saudara kita yang berada di kawasan rawan bencana sudah memiliki suatu kepastian untuk bagaimana mengungsi. Ini merupakan langkah kita dalam penanganan pra bencana, bagaimana kita mencoba untuk melindungi dan meminimalkan korban atau zero korban," kata Zaenal.

4. Sudah terbentuk 19 pasang desa bersaudara

ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Setelah diterapkannya PASESO, sudah terbentuk 19 pasang desa bersaudara dengan memanfaatkan Sistem Informasi Desa (SID) di Kawasan Rawan Bencana. Sehingga, dengan keberadaan pasangan desa tersebut, penanganan pengungsi lebih tertata dan korban dapat diminimalisir.

Sebelum adanya PASESO, jika mengungsi terjadi kesemrawutan dan ketidakpastian tempat mengungsi. Adanya PASESO dikuatkan dengan Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman kedua belah pihak, lengkap dengan buku nikah layaknya sepasang pengantin.

Baca Juga: Selama Agustus, Merapi Keluarkan Lava Pijar Lebih dari 900 kali

Berita Terkini Lainnya