TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gak Ada Sinyal, Murid SD di Magelang Tak Bisa Belajar Online

Terpaksa guru harus mendatangi rumah mereka di pegunungan

Ilustrasi guru mendatangi rumah siswa untuk memberikan materi pelajaran. ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Magelang, IDN Times - Henricus Suroto terpaksa harus mendatangi rumah murid-muridnya untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Hal itu harus dilakukan lantaran pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring saat pandemik virus corona (COVID--19) terkendala akses internet.

1. Banyak siswa terkendala akses internet karena tinggal di pegunungan

Ilustrasi belajar online di rumah. Dok. VOI

Suroto adalah guru SD Kanisius Kenalan, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sekolah tersebut berada di kawasan Pegunungan Menoreh.

Pihak sekolah sudah melaksanakan anjuran pemerintah untuk melakukan PJJ. Namun banyak siswa yang tak bisa mengakses internet karena kondisi medan di daerah pegunungan.

"Selain itu, ada juga orang tua siswa yang tidak memiliki (gawai) android sehingga tidak bisa untuk melakukan pembelajaran secara daring, terpaksa saya mengunjungi rumah murid untuk melakukan pembelajaran langsung," katanya.

Baca Juga: 4 Arah Mata Angin Jadi Jurus SLB di Kendal Jaring Siswa Baru

2. Pembelajaran tatap muka mematuhi protokol kesehatan COVID-19

ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Meskipun melakukan pembelajaran tatap muka, pria 59 tahun itu tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, selalu mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. 

Suroto berkisah, sekitar satu minggu setelah siswa belajar di rumah pada pertengahan Maret 2020 lalu, pihaknya bersama teman-teman guru lain memutuskan untuk mendatangi rumah murid untuk belajar bersama. Sebab kalau tidak dilakukan, anak-anak tidak akan bisa belajar.

"Selain kendala sinyal telepon seluler, orangtua juga kurang memahami. Banyak sekali yang tidak paham materi yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran daring sehingga dengan kedatangan kami, orang tua sangat senang karena bisa menjelaskan materi yang tidak dipahami siswa. Anak pun juga merasa senang karena bisa ketemu dengan gurunya dan jika ada kesulitan langsung bisa ditanyakan," ungkapnya.

3. Pembelajaran tatap muka menjadi inisiatif guru sebagai tanggung jawab kepada murid

ilustrasi belajar online. IDN Times/Mela Hapsari

Ia menambahkan, inisiatif mendatangi rumah siswa tidak atas perintah kepala sekolah, melainkan inisiatif sendiri dari Suroto bersama guru lainnya yang peduli terhadap hak pendidikan anak.

"Saya yang mendampingi anak, kalau hanya secara daring terus sepertinya kurang maksimal dalam arti bahwa anak itu hanya mendapat tugas-tugas terus, padahal belum tentu mereka memahaminya," katanya.

Dalam pelaksanaannya, pertemuan tatap muka dilakukan secara berkelompok. Siswa dalam satu dusun, sekitar dua hingga tiga anak belajar bersama. Tapi ada juga yang hanya mendatangi satu anak lantaran tempat tinggalnya yang berjauhan dengan siswa yang lain.

"Agar bisa dikelompokkan sehingga orangtua harus mengantarkan anaknya di suatu tempat yang sudah ditentukan untuk pertemuan. Dalam satu hari saya bisa mendatangi dua kelompok untuk melakukan pembelajaran dua hingga tiga jam setiap kelompok," jelasnya melansir Antara, Rabu (22/7/2020).

4. Ia juga mengajarkan siswa yang tinggal di Yogyakarta

ANTARA FOTO/Anis Efizudin

SD Kanisius Kenalan di Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah berada di Kawasan Pegunungan Menoreh. Letaknya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga beberapa siswanya juga berasal dari Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo.

Suroto sendiri sudah 35 tahun mengajar di sekolah tersebut. Setiap hari, tak kurang harus menempuh sekitar 6 kilometer mendatangi rumah para siswa. Guru kelas 3 tersebut mengampu 15 anak, yang terdiri atas 10 anak dari wilayah Kecamatan Borobudur dan lima anak dari wilayah Kalibawang.

"Kendala yang dihadapi melakukan pembelajaran dengan mengunjungi siswa ini waktu musim hujan kemarin sering kehujanan, bahkan waktu mau ke rumah siswa juga pernah mengalami ban bocor," keluhnya.

Baca Juga: Daftar 29 SMP Negeri di Purbalingga yang Kekurangan Siswa

Berita Terkini Lainnya