TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Potret Pemanfaatan Pohon Aren Khas Hutan Hujan Tropis Pekalongan

Semua proses tradisional sampai pengeringan pakai Matahari

Foto hanya ilustrasi (IDN Times/Dhana Kencana)

Pekalongan, IDN Times - Bagi sebagian orang masih bingung membedakan antara gula aren dengan gula merah. Perbedaan mendasar sebenarnya adalah gula merah bahannya berasal dari sari pohon kelapa atau getah palma sedangkan gula aren dibuat dari nira pohon Aren (Arenga pinnata) yang proses pengolahannya secara tradisional.

Perbedaan lain yang paling kentara gula merah dan gula aren berasal dari warna. Gula aren lebih terang dengan karakter warna khas kekuningan dan kemerahan pekat serta gelap daripada gula merah. Lalu tekstur gula aren juga lebih empuk sehingga mudah hancur. Gula aren bermanfaat bagi kesehatan karena pas dikonsumsi bagi penderita diabetes karena tidak mengandung insulin melainkan kalium yang tinggi dari jenis gula lainnya.

Pohon Aren mempunyai fungsi ekologi dan bernilai ekonomi tinggi sehingga potensial dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi tanah dan air, khususnya hutan Petungkriyono, di Pekalongan, Jawa Tengah. IDN Times mendapatkan kesempatan melihat langsung pemanfaatan gula aren satu-satunya di hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa di Pulau Jawa tersebut.

1. Tanaman Aren meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pelestarian hutan Petungkriyono

IDN Times/Dhana Kencana

Nira yang diambil ada nira yang bening berair dan tidak berlendir untuk diolah menjadi gula aren.

2. Hutan yang terjaga memiliki simpanan air yang bagus sehingga berpengaruh pada hasil nira

Pepohonan di hutan hujan tropis Petungkriyono di Pekalongan. IDN Times/Dhana Kencana

Air tanah di hutan Petungkriyono berpengaruh pada kualitas nira pohon Aren.

3. Salah satu petani aren di hutan Petungkriyono adalah Damuri

IDN Times/Dhana Kencana

Ia menyadap nira setiap hari, saat pagi pukul 06.00 WIB dan sore pukul 15.00 WIB.

Baca Juga: 12 Potret Konservasi Hutan Hujan Tropis di Pekalongan dengan Kopi Owa

4. Damuri sebelumnya seorang pemburu satwa dan kayu pohon hutan sejak 1997

IDN Times/Dhana Kencana

Bapak tiga anak itu berburu burung Cucak Hijau (Chloropsis sonnerati) juga menebang pohon dengan upah Rp2 ribu untuk tiap balok pohon berukuran 4 meter. Ia berhenti berburu pada 2007.

5. Jika musim penghujan nira yang dihasilkan cukup banyak

IDN Times/Dhana Kencana

Nira saat musim panas akan lebih sedikit sehingga memengaruhi jumlah produksi gula aren.

6. Seluruh tahapan pengolahan gula aren dilakukan secara tradisional

IDN Times/Dhana Kencana

Dulu cuma dibuat gula aren cetak. Sekarang dikembangkan membuat gula semut, dengan dua varian rasa, gula original dan gula jahe.

7. Ayakan masih memakai peralatan manual

IDN Times/Dhana Kencana

Termasuk saat membuat gula semut dan gula cetak sehingga minim akan kontaminasi bahan atau senyawa kimia.

8. Dalam memasak gula aren menggunakan api kayu

IDN Times/Dhana Kencana

Proses pembuatan dilakukan sejak pukul 06.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB setiap hari. Mulai dari perebusan sampai pengeringan.

9. Proses pengeringan membutuhkan cahaya Matahari

IDN Times/Dhana Kencana

Dalam satu bulan, Mbah Damari rata-rata membuat 60 kilo gula aren, baik gula cetak dan gula semut. Sehari sekitar produksinya mencapai 2 kilogram.

Baca Juga: Hutan Petungkriyono, Surga Tersembunyi Bak Kisah Nyata Jurassic Park

https://www.youtube.com/embed/2PxghEdJGOI
Berita Terkini Lainnya