Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Demak, IDN Times - Sebanyak 99 desa yang tersebar 14 kecamatan di Kabupaten Demak terancam kekeringan pada tahun ini. Pasalnya, berdasarkan analisa BPBD Kabupaten Demak kekeringan terjadi jika pintu air Waduk Kedung Ombo ditutup.
Baca Juga: 700 Pedagang Bakso Pilih Layanan Mudik Gratis, Pesan 14 Bus Tujuan Wonogiri
1. Kekeringan di Demak dipengaruhi suplai air dari Waduk Kedung Ombo
Waduk Kedung Ombo. www.surakarta.pro Kepala BPBD Demak, Agus Nugroho mengaku kemarau bakal muncul mulai akhir Mei atau awal Juni.
Menurutnya Waduk Kedung Ombo yang memiliki peran yang vital sebagai sumber pengairan bagi warga sekitar juga memiliki kapasitas aliran air baku untuk menyuplai kebutuhan PDAM dan Program Pembinaan Air kepada Masyarakat atau Pamsimas.
"Kalau Demak kekeringan diawali dengan tutupnya saluran air dari Waduk Kedung Ombo. Jadi selama masih dibuka, ya masih bisa mencukupi. Karena sumber air dari Pamsimas, PDAM air bakunya dari Waduk Kedung Ombo, atau dari sumber air sungai," bebernya, Sabtu (25/3/2023).
2. BPBD klaim lakukan pemberitahuan sebelum Waduk Kedung Ombo ditutup
Regu gabungan Basarnas berjibaku mengevakuasi korban perahu tenggelam di Waduk Kedung Ombo Boyolali. Dok Humas Basarnas Semarang Ia memperkirakan penutupan Waduk Kedung Ombo biasanya dilakukan pada Juli sampai Oktober. Jika kondisi tersebut benar-benar terjadi, maka hampir semua desa di Demak akan mengalami kekeringan yang panjang.
Agar resiko kekeringan dapat diantisipasi, pihaknya nantinya akan menggencarkan sosialisasi bagi masyarakat.
Salah satu sosialisasinya dengan menyebar informasi pemberitahuan sebelum Waduk Kedung Ombo ditutup. Selain ktu, warga juga disarankan menggunakan sumber pasokan air lainnya dari sumur bor milik BPBD.
"Nanti ada pemberitahuan sebelum penutupan waduk. Memang sedikit terganggu dengan sumber air bakunya. Cuman masih ada sumber air lain yang bisa dipakai, salah satunya di sumur BPBD Demak, sumur itu, alhamdulillah, selama saya delapan tahun di BPBD, sumur itu tak pernah kering. Jadi masih bisa suplay ke masyarakat," sambungnya.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Para petani Demak diimbau tanam palawija
Lebih lanjut, menurut Agus, warga Dsmak perlu mulai bijaksana dalam menggunakan air bersih.
Bagi para petani di sejumlah sentra penghasil padi, ia mengimbau supaya selama Juli-Oktober beralih menanam palawija agar tidak menanggung kerugian.
"Jadi saat Juli-Oktober, pas tanaman Palawija tidak butuh air. Jangan tanam padi, karena padi pasti butuh air dari Waduk Kedung Ombo. Warga juga harus mulai gunakan air dengan bijaksana, mumpung masih musim hujan, bisa menampung air di tandon," bebernya.
4. Kemarau paling lama di Jateng selama 220 hari
Ilustrasi kemarau. Tanah tambak mengering di Kecamatan Mangara Bombang, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019) (ANTARA FOTO/Arnas Padda) Terpisah, BPBD Jateng telah memetakan sejumlah daerah yang terdeteksi rawan mengalami kekeringan berkepanjangan tahun ini. Dari pengakuan Kabid Penanganan Darurat, BPBD Jateng, Dikki Ruli Perkasa, musim kemarau paling lama akan mencapai 22 dasarian atau 220 hari. Sedangkan paling rendah hanya 10 dasarian atau 100 hari.
"Mengenai daerah yang perlu waspada, patokan kami di panjang musim. Misalnya paling tinggi 22 dasarian, lebih dari itu, cukup panjang," akunya saat dikonfirmasi terpisah.
Baca Juga: Wagub Jateng Ungkap Daftar Ikan Budidaya yang Jadi Unggulan Ekspor