TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Marak Klaster PTM, PGRI Jateng: Sekolah Langgar Prokes Harus Ditutup

Tapi juga minta kalau PTM tetap jalan terus

Ilustrasi uji coba pembelajaran tatap muka (PTM). (Dok. Humas Pemprov Jateng)

Semarang, IDN Times - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Tengah meminta kepada pemerintah provinsi untuk menutup sejumlah sekolah yang kedapatan melanggar aturan protokol kesehatan (prokes). 

Baca Juga: Suka Duka Ortu Bekali Anak dan Antar Jemput saat PTM Sekolah di Jateng

1. Sekolah langgar prokes harus ditutup

(smpdarulhikam.sch.id)

Menurut Ketua PGRI Jateng, Dr Muhdi, upaya penutupan mesti dilakukan lantaran saat ini sedang marak klaster penularan COVID-19 saat pembelajaran tatap muka (PTM).

"Kita minta kepada Pemprov Jateng supaya sejumlah sekolah yang muncul penularan COVID-19 mendingan ditutup dulu. Termasuk sekolah yang tidak patuh prokes juga harus ditutup," katanya kepada IDN Times melalui sambungan telepon, Jumat (24/9/2021).

2. Mobilitas warga Semarang tinggi memicu penularan anak sekolah

Ilustrasi Pelajar. (IDN Times/Mardya Shakti)

Pihaknya mendorong setiap sekolah untuk mengaktifkan lagi petugas pengawas guna memantau aktivitas para siswa yang sedang mengikuti PTM terbatas. Ini terutama untuk wilayah yang muncul klaster penularan COVID-19 seperti di Kota Semarang, Kabupaten Blora, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Jepara.

Ia mengungkapkan para siswa di Semarang tergolong rentan tertular COVID-19 lantaran selama ini tingkat mobilitas masyarakat setempat yang sangat tinggi. Aktivitas masyarakat yang ada sekarang, katanya justru membuat setiap keluarga berisiko menularkan virus corona kepada anak-anaknya di rumah.

"Di Semarang justru kita yang khawatir yang tidak disiplin itu dari pihak keluarganya. Sebab, mobilitas Semarang sudah tinggi juga. Kita juga harus ekstra hati-hati mengedukasi orangtua siswanya. Justru yang berisiko menularkan siswa itu dari luar sekolah," jelasnya.

3. Aturan PTM wajib diperbaiki menyeluruh

Pelajar SMP saat mengikuti PTM.IDN Times/Moch Fad

Ia menjelaskan kejadian di Kota Semarang menjadi bukti bahwa risiko penularan COVID-19 yang dialami anak-anak sangat besar baik saat berada di sekolahan maupun luar sekolah. Muhdi menyarankan kepada semua orangtua untuk memperketat pengawasan protokol 5M untuk mengurangi paparan COVID-19.

"Kalau di sekolah, yang kami awasi selama ini malahan protokol 5M sudah ketat sekali. Bahkan kesannya lebih ketat di sekolah ketimbang kantor dinas," ungkapnya.

Lebih lanjut, pihaknya berharap Pemprov mengevaluasi pelaksanaan PTM. Setiap sekolah mesti diberi pemahaman prokes secara menyeluruh dari guru dan siswa. 

"Jangan menghentikan PTM. Tapi harus diperbaiki. Kita benahi aturannya. Perlu dilihat mana sekolah yang siap dan belum. Zonasinya jua dilihat dari tingkat pendidikan yang aman dilakukan PTM," bebernya.

Baca Juga: 188 Tempat Wisata Jateng Sudah Dibuka, 4 Lokasi Ini Dipasangi Peduli Lindungi

Berita Terkini Lainnya