TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Naik 5X Lipat, Anak di Jateng Banyak Kena Omicron, Jadi Kejang Muntah

Duh! Anak-anak tertular Omicron dari orang tuanya

ilustrasi COVID-19 varian Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Semarang, IDN Times - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Tengah menyatakan, kasus penularan COVID-19 varian Omicron yang meningkat pesat telah menyebabkan pergerseran dari orang dewasa ke anak-anak dan remaja. Sekretaris IDAI Jateng, Choirul Anam mengungkapkan, dengan makin masifnya penularan Omicron menyebabkan jumlah kasusnya naik 5 kali lipat hanya dalam waktu dua pekan di Jawa Tengah.

"Ini penularan Omicron yang dialami anak-anak sudah tambah banyak. Saat ini, ada 242 kasus. Jadi kenaikannya 5 kali lipat selama dua minggu terakhir. Yang menjadi perhatian lebih adalah penularan virusnya sudah bergeser menjurus ke anak muda dan remaja. Bahkan ada banyak anak usia di bawah 5 tabun yang dibawa ke rumah sakit karena terpapar Omicron," ujarnya kepada IDN Times, Senin (28/2/2022).

Baca Juga: Disdik Jateng Temukan 246 Siswa Positif COVID-19, BOR RS Naik 30 Persen

1. Anak kejang dan demam tinggi saat ketularan Omicron

ilustrasi seseorang mengalami kejang pada kasus epilepsi (pathfindersforautism.org)

Dari laporan yang diterima darii sejumlah rumah sakit--salah satunya RSUP dr Kariadi--, pasien yang terinfeksi Omicron sebagian berusia 18 tahun. Menurutnya, trasmisi lokal varian Omicron membuat anak-anake gampang sakit demam, mual sampai muntah. 

Anam bilang, sejumlah anak-anak yang dirawat di rumah sakit ada yang mengalami kejang-kejang. 

"Akhir-akhir ini seringnya karena kejang akibat demam tinggi. Gejala ini akan kita cari tahu apakah karena demamnya tinggi kemudian ada virus Omicron atau sebaliknya. Tapi ada juga lho anak yang dirujuk ke rumah sakit karena dia terpapar dan mengalami muah dan muntah-muntah. Ketika dites PCR dan sampelnya diperiksa lewat WGS, ternyata ada virus Omicron yang masuk ke tubuhnya," terangnya. 

2. Anak-anak cepat pulih saat dirawat di rumah sakit

Ilustrasi pengunjung di RSUP dr. Kariadi Semarang. ANTARA FOTO/Aji Styawan

Lebih jauh, meski angka penularannya semakin meningkat, tingkat kesembuhan anak-anak yang terpapar Omicron juga cukup cepat. 

"Saat dirawat di rumah sakit, dia sudah pulih selama tiga hari. Cuma kalau yang sesak napas, sembuhnya lebih lama," terangnya.

3. Kematian pasien anak akibat komorbid

Infografis Penyakit Kanker Paru-Paru dan Sistem Pernapasan (IDN Times/Mardya Shakti)

Sejauh ini berdasarkan catatan IDAI Jateng, Anam menyebutkan sebanyak 10 anak meninggal karena dipastikan positif Omicron. Rata-rata anak meninggal dunia karena disertai penyakit bawaan (komorbid) semacam kanker maupun ginjal. 

"Penyebab kematiannya karena komorbid yang ganas kayak kanker. Kasusnya merata di bebeberaa kota. Di wilayah Jateng selatan malah ada pasien Omicron seorang anak meninggal karena awalnya sakit ginjal. Sekarang angka kematiannya gak banyak. Beda sama Delta dulu. Tapi trennya terus naik sejak awal Februari 2022," jelasnya.

Baca Juga: Perdana! Ganjar Gunduli Kepala buat Anak Penderita Kanker di Semarang

Berita Terkini Lainnya