TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ngeri, TPA Jatibarang Semarang Overload! Harusnya Tutup 2021, Tapi...

Kalau mau dipakai lagi butuh lompatan teknologi

Puluhan pemulung memberikan penghormatan bagi bendera merah putih di TPA Jatibarang. (Dok UPTD TPA Jatibarang)

Semarang, IDN Times - Tumpukan sampah yang terus menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Semarang, rupanya menjadi persoalan tersendiri. Meski telah mengoperasikan sistem pengolahan sampah berbasis biogas untuk mereduksi sampah organik, rupanya tindakan tersebut masih belum cukup. 

Baca Juga: Angin Kencang Terjang Semarang, Volume TPA Jatibarang Naik 25 Persen

1. Daya tampung TPA Jatibarang sudah overload

Kepala UPTD TPA Jatibarang Semarang, Wahyu Heryawan mengaku, tumpukan sampah yang kini menggunung menjadi sinyal bahaya bagi pihaknya. Sebab, saat ini daya tampung pada kolam sampah di Jatibarang telah overload (penuh). 

"Saat ini tempat kita benar-benar sudah overload. Walaupun jumlah sampah yang masuk ke Jatibarang cenderung menurun saat pandemik atau sekitar 800 ton per hari, tapi sebenarnya daya tampungnya sudah diambang batas. Khawatirnya kalau dipaksakan bisa timbul masalah baru. Seperti longsoran sampah," kata Wahyu kepada IDN Times, Rabu (2/3/2022). 

2. TPA Jatibarang butuh lompatan teknologi

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Armansyah Putra)

Wahyu menjelaskan, TPA Jatibarang membutuhkan sebuah lompatan teknologi supaya tetap bisa tetap survive (bertahan). Lompatan teknologi yang dimaksud Wahyu bisa dimanfaatkan untuk mengolah gunungan sampah yang ada saat ini sehingga jumlahnya bisa dikurangi 1,3 ton atau sebesar 80 persen. 

"Dengan lompatan teknologi bisa menjawab kebuthan Kota Semarang sebagai wilayah metropolitan di Indonesia. Apalagi kan sampah di Semarang volumenya selalu meningkat soalnya ada banyak sekali mahasiswa, developer-developer (pengembang) perumahan. Jadi memang ini udah mendesak," ujar Wahyu.

3. Teknologi termal bisa kelola sampah sampai 80 persen

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Wahyu menyebut, teknologi termutakhir yang bisa mengurangi sampah di TPA Jatibarang adalah menggunakan peralatan termal atau sistem Pengolahan Sampah Proses Termal. Ia tertarik mengadopsi teknologi termal yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengolah sampah di TPA.

"Surabaya sudah pakai termal untuk mengurangi sampah di TPA-nya. Dan kita harusnya sudah pakai alat yang kayak gitu juga. Soalnya kalau kita tetap pakai mesin sampah 3T ya walaupun masih bisa digunakan, tapi kita gak akan mampu mengurai sampah secara signifikan. Itungannya kalau kita pakai PLTS biogas bisa mengurangi 10--15 persen sampah organik. Tapi kalau pakai termal bisa mengurangi sampai 80 persen," bebernya. 

4. Pemkot Semarang bisa tiru langkah Surabaya

General Manager PLN UID Jateng dan DIY Feby Djoko Priharto, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, dan Sekretaris Dinas ESDM Provinsi Jateng Boedyo Dharmawan hadir dalam acara peresmian command center dan layanan borderless zona Semarang di PLN Unit Pelaksana Pengatur Distribusi (UP2D) Semarang. IDN Times/Anggun Puspitoningrum

Dengan menggunakan peralatan termal, katanya, semua unsur sampah hasil buangan masyarakat, hotel, dan restoran bisa dikelola dengan maksimal. Alat termal juga bisa mengolah sampah menjadi energi listrik yang bisa dioptimalkan untuk kebutuhan masyarakat sekitar Jatibarang maupun wilayah yang lebih luas. 

"Kalau pakai termal, semua sampah bisa masuk. Kecuali kaca besi dan batu. Kemudian pengolahan lewat termal, energi sampahnya bisa diolah menjadi listrik. Maka kita mendorong Pemkot Semarang untuk mulai menjajaki hal ini terutama menjalin kemitraan dengan swasta karena pengalaman dari Pemkot Surabaya, mereka bisa pakai termal hasil dari kerjasama dengan investor," akunya. 

Baca Juga: Mengulik Aktivitas Peternakan Maggot, Si Belatung Pemakan Sampah Organik

Berita Terkini Lainnya