TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warga Muhammadiyah Jateng Diminta Hindari Kampanye Partisan di Masjid

Kampanye kebangsaan yes, kampanye milih calon no!

Ilustrasi jemaah meninggalkan Masjid Nasional telah melaksanakan salat Jumat pada 13 Maret 2020 (ANTARA FOTO/Reuters/Lim Huey Teng)

Semarang, IDN Times - Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah menyarankan kepada warga persyarikatan Muhammadiyah daerah supaya menghindari agenda kampanye di dalam masjid yang bersifat partisan, menjelang kontestasi Pemilu 2024.

Pasalnya, masjid hanya boleh digunakan untuk kampanye kebangsaan untuk mengajak masyarakat Indonesia tidak golput saat proses pencoblosan. 

"Kalau kampanye kebangsaan di tempat ibadah bagi kita boleh-boleh saja. Mau kampanye di masjid misal untuk menggaungkan betapa pentingnya Pilpres 2024, ya silakan. Yang tidak boleh itu kalau ada kampanye yang sifatnya partisan," kata Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jateng, Dr H Tafsir, saat dihubungi IDN Times, Senin (27/2/2023). 

Baca Juga: Ketemu Wagub Jateng, Pelajar Muhammadiyah Ungkapkan Cara Cegah Pernikahan Dini

1. Ketua PWM Jateng sarankan hindari kampanye partisan di masjid

Ratusan partisan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Gerindra mulai berdatangan ke Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Jakarta Pusat. (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Kampanye partisan merupakan tindakan yang dilarang oleh pihaknya karena jemaah masjid berpotensi digiring untuk memilih calon-calon tertentu.

"Silakan masjid jadikan kampanye politik tapi politik yang universal. Bukan partisan. Yang harus dihindari kampanye memilih calon A, calon B," tambahnya. 

2. Para khotib bisa khotbah untuk tingkatkan partisipasi pemilih

Para jemaah jaga jarak saat mendengarkan khotbah salat Jumat di Masjid Kauman Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Agar dapat mencegah agenda kampanye partisan di lokasi masjid, pihaknya meminta supaya para khotib rutin berkhotbah yang mengusung tema kebangsaan dan ajakan berpartisipasi aktif pada Pemilu 2024.

Dengan menggaungkan kampanye kebangsaan, bisa mengajak para pemilih untuk tidak golput sehingga bisa meningkatkan partisipasi masyarakat saat hari H coblosan. 

"Kalau perlu khotib besok mendekati Pemilu menyuarakan khotbahnya mengenai betapa pentingnya memilih caleg dan memilih presiden. Itu sah-sah saja. Kalau perlu dibuatkan tema khotbanya pentingnya memilih saat Pemilu. Jadi biar meningkatkan partisipasi pemilih. Dan pengawasannya diserahkan saja kepada pihak MUI dan par pengawas pemilu. Sehingga akan kelihatan mana yang partisan, mana yang kebangsaan universal. Itu tugasnya mereka," ungkapnya. 

3. Jangan mau jadi partisan

Ilustrasi kampanye (IDN Times/Galih Persiana)

Pihak Muhammadiyah Jateng sementara ini belum merumuskan secara formal mengenai pola kampanye yang aman di tempat ibadah. Akan tetapi Tafsir menjelaskan nantinya akan dikaji bersama para pengurus masjid. 

"Secara moral akan disampaikan di forum. Bagaiman kita aktif pemilu, bagaimana caranya supaya tidak golput. Jangan mau jadi partisan saja," kata Tafsir.

Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan 23 Maret 2023 Sebagai Awal Puasa  

Berita Terkini Lainnya