Ada 36 Kasus Demam Berdarah di Semarang, Dinkes Genjot Pencegahan

Tekan jumlah kasus DBD dengan berbagai program

Semarang, IDN Times - Dinas Kesehatan Kota Semarang mencatat pada awal tahun 2024 ini sudah ada 36 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Semarang. Berbekal peta kerentanan dan potensial DBD, Dinkes melakukan antisipasi melalui berbagai program pencegahan.

1. Jumlah kasus DBD alami penurunan

Ada 36 Kasus Demam Berdarah di Semarang, Dinkes Genjot PencegahanIlustrasi pasien terjangkit DBD. IDN Times/ Riyanto

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M Abdul Hakam mengatakan, total jumlah kasus DBD di Kota Semarang per tanggal 17 Februari 2024 ada 36 kasus.

"Meski ada kasus, Alhamdulillah tidak ada yang meninggal. Kami berharap semoga tidak ada yang korban jiwa karena DBD," ungkapnya saat dikonfirmasi, Kamis (22/2/2024).

Kendati demikian, jumlah kasus DBD per tahun mengalami penurunan. Dalam catatan Dinkes Kota Semarang, kasus DBD tahun 2022 mencapai 865 kasus dengan angka kematian sebanyak 33 orang.

Baca Juga: Puskesmas Semarang Diminta Pantau Kesehatan Petugas Rekapitulasi Suara

2. Dinkes buat peta kerentanan DBD

Ada 36 Kasus Demam Berdarah di Semarang, Dinkes Genjot PencegahanFogging diarea yang berkasus DBD di Banjarmasin.

Namun pada 2023, angka kasus DBD turun signifikan menjadi 404 kasus. Sementara, kasus kematian akibat DBD juga mengalami penurunan menjadi 16 orang. Untuk tahun 2024 ini, ada 36 kasus DBD dan tidak ada kasus kematian.

"Setiap tahun kami membuat prediksi kasus DBD tingkat Kota Semarang. Kami juga punya peta kerentanan dan potensial dampak," ujar Hakam.

Dari peta kerentanan dan potensial DBD itu, Dinkes kemudian melakukan antisipasi khususnya di daerah padat penduduk berpotensi.

"Daerah padat seperti Tembalang, Banyumanik, Semarang Utara itu termasuk wilayah rentan kasus," tuturnya.

3. Gerakkan program pemberantasan sarang nyamuk

Ada 36 Kasus Demam Berdarah di Semarang, Dinkes Genjot PencegahanPixabay

Dengan demikian, Dinkes telah melakukan langkah pencegahan dan penanganan penyakit DBD agar tidak makin meningkat. Terlebih, di musim hujan seperti saat ini.

"Sekarang kita sudah tahu peta daerah-daerah rentan DBD, itu yang kita perintahkan kepada jajaran di kelurahan dan puskesmas untuk melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) atau PJN (Pemberantasan Jentik Nyamuk). Itu yang efektif sekali," jelas Hakam.

Untuk diketahui, PSN dan PJN ini dilakukan dua kali seminggu, sehingga pertumbuhan dan jumlah nyamuk tidak akan banyak. Ada pula upaya 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.

Bahkan, lanjut Hakam, Dinas Kesehatan juga menggandeng Dinas Pendidikan untuk memberdayakan anak-anak sekolah melalui program Si Centik (Siswa Cari Jentik).

"Kader-kader PKK turun secara intens melakukan PJN dan PSN. Adik-adik di sekolah melakukan program Si Centik juga jalan dengan baik. Peta kerawanan ini mulai kami gerakkan dari tingkat RT hingga RW juga," tandasnya.

Baca Juga: Kasus TBC di Semarang Tembus 6.527, Tahun 2028 Ditargetkan Zero Pasien

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya