Tekan Angka Stunting, BKKBN Kumpulkan Hasil Timbangan Bayi di Posyandu

Beri apresiasi Pemda hingga Kader BKB

Semarang, IDN Times - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) optimistis bisa menurunkan angka stunting hingga di bawah 20 persen pada tahun 2024 ini. Upaya yang dilakukan dengan mengumpulkan hasil timbangan bayi di posyandu di seluruh Indonesia. 

Langkah itu dilakukan melalui Gerakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting. 

Kepala BKKBN, dokter Hasto mengatakan, pihaknya ingin menurunkan stunting di angka 14 persen pada tahun 2024. 

“Hingga Rabu (26/7/2024), baru 78 persen data pengukuran dan penimbangan bayi di posyandu yang masuk. Minimal (harus) 95 persen terkumpul data 'by name by address' dari seluruh Indonesia, (yang akan diinput ke dalam) EPPGBM,” ungkapnya saat membuka acara Apresiasi dan Penghargaan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2024 di Hotel PO Semarang, Rabu (26/06/2024). 

Menurut dia, pada akhir Juni akan ketahuan berapa persen yang 'the real' stunting. 

Dalam upaya menyemangati para pihak yang aktif berkiprah untuk penurunan stunting ini, BKKBN memberikan apresiasi melalui program pembangunan keluarga, keluarga berencana (Bangga Kencana) dan percepatan penurunan stunting (PPS). Mereka di antaranya Pemerintah Daerah, Kampung KB, Penyuluh KB, kader Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat), kader Bina Keluarga Balita (BKB), kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP), pasangan KB Lestari, klinik swasta, bidan, dan lainnya. 

Sebanyak 19 komponen di lingkungan BKKBN menggelar 34 jenis lomba yang diadakan oleh Kementerian/Lembaga, civitas akademik atau perguruan tinggi, organisasi profesi, mitra kerja BKKBN. Lomba ini digelar menyongsong Hari Keluarga Nasional (Harganas) 29 Juni 2024.  

Hasto menjelaskan, program Bangga Kencana dan PPS ini penting untuk Indonesia maju serta SDM unggul. Sebab, saat ini Indonesia sudah memasuki puncak bonus demografi sejak tahun 2020. Karena itu, program Bangga Kencana fokus di SDM terutama stunting,” katanya.

Menurut dia, dependency ratio naik akan naik setelah tahun 2020. Maka, kalau mau kaya harus keluar dari 'middle income trap’ karena tahun 2035 sudah close window opportunity bonus demografi. 

“Sisa 10 tahun lagi kita mau keluar atau tidak dari middle income, mengingat 2035 penduduk lansia kita besar dan generasi setelahnya generasi 'strawberry' yang kurang kuat,” tandasnya.

Baca Juga: BKKBN Edukasi Kesehatan Reproduksi ke Remaja Lewat Lomba AKuKaMu

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya