Tok Panjang Jadi Tradisi Imlek di Semarang, Jaga Kerukunan Warga  

Menikmati hidangan bersama di meja panjang

Semarang, IDN Times - Warga Kota Semarang dari berbagai etnis bersatu di meja makan untuk makan malam bersama menyambut Tahun Baru Imlek dalam acara Tok Panjang di Gang Warung, Pecinan Semarang, Kamis (8/2/2024). Tradisi ini untuk menjaga kerukunan antarumat beragama.

1. Makan bersama di meja sepanjang 200 meter

Tok Panjang Jadi Tradisi Imlek di Semarang, Jaga Kerukunan Warga  Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semarang) menyelenggarakan tradisi Ketuk Pintu sebelum menggelar Pasar Imlek Semawis 2575 di Kota Semarang pada 8–11 Februari 2024. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Ratusan tamu yang hadir menyatu di satu meja sepanjang 200 meter dan menikmati beragam hidangan yang disajikan. Menu yang disajikan antara lain kue keranjang kukus santan yang melambangkan harapan tutur kata yang baik, ayam masak garam, tujuh macam sayur hijau yang masing-masing punya filosofi dan harapan baik. Kemudian, sup lobak putih dan jeli herbal hitam.

Tradisi ini menunjukkan akulturasi antarumat beragama di Kota Semarang. Sebab selain keturunan Tionghoa, tradisi ini juga dihadiri masyarakat umum, perwakilan atau tokoh keagamaan, serta beberapa pejabat dari Pemkot Semarang.

Baca Juga: 4 Menu Makanan untuk Jamuan Tok Panjang Imlek di Pecinan Semarang, Sarat Makna

2. Wujudkan kerukunan umat beragama

Tok Panjang Jadi Tradisi Imlek di Semarang, Jaga Kerukunan Warga  Suasana kawasan Pecinan Semarang berhias lampion merah untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2575. (dok. Pemkot Semarang)

Mewakili Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, R Wing Wiyarso mengatakan, jika prosesi Tok Panjang ini rutin dilakukan di Kawasan Pecinan untuk menyambut tahun baru Imlek. Penyelenggaraannya pun selalu meriah, dengan dihadiri banyak perwakilan masyarakat.

"Ini ada filosofinya, makan bersama yang mewujudkan kerukunan umat beragama karena ada berbagai macam etnis yang ikut memeriahkan," katanya.

Akulturasi budaya itu sangat melekat di Kota Semarang dan sebagai kekuatan Ibu Kota Jateng dari segi pariwisata ataupun yang lainnya.

"Akulturasi budaya, harapannya menjadi semangat menjaga toleransi di kota ini," tuturnya.

3. Resmikan mural di Pecinan Semarang

Tok Panjang Jadi Tradisi Imlek di Semarang, Jaga Kerukunan Warga  ilustrasi masa kekaisaran Dinasti Han (Wikimedia.org/News Sina)

Sementara, Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Haryanto Halim menjelaskan, jika tradisi ini mencoba diangkat sebagai wujud keharmonisan dan kerukunan antarumat beragama. Warga sekitar, tokoh agama, tokoh masyarakat diajak duduk dan makan bersama untuk menyambut Imlek.

"Tradisi ini biasanya dilakukan orang Tionghoa di rumah orang paling tua, karena keluarga yang datang banyak, akhirnya banyak meja yang disusun memanjang," katanya.

Sementara dalam acara tersebut, juga diresmikan mural yang mewujudkan kehidupan, serta kerukunan umat beragama di Pecinan Semarang. Tujuannya lainnya adalah untuk menekan daerah kumuh di kawasan tersebut agar lebih indah.

Baca Juga: Semarang Sambut Tahun Baru Imlek 2024, Pecinan dan Pusat Kota Berhias 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya