BBWS Pemali-Juana Deteksi Titik Tanggul Kritis, Warga Diminta Bersiaga

BBWS petakan kerawanan banjir

Intinya Sih...

  • BBWS Pemali-Juana mendeteksi 50 km tanggul sungai kritis di sejumlah titik tanggul sungai.
  • Perbaikan dan penguatan tanggul kritis belum bisa dirampungkan karena keterbatasan anggaran, ditargetkan selesai tahun 2027.
  • BBWS Pemali-Juana memfokuskan pekerjaan pada penanggulangan banjir di Semarang, Demak, Kudus, dan Jepara serta mengimbau warga bantaran sungai untuk ekstra waspada.

Semarang, IDN Times - Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana mendeteksi sejumlah titik tanggul sungai yang termasuk kategori kritis. Menurut pendataan dari BBWS, tanggul kritis membentang sejauh 50 kilometer. 

Harya Muldianto, Kepala BBWS Pemali Juana mengatakan perbaikan dan penguatan tanggul kritis belum bisa dirampungkan seluruhnya karena keterbatasan anggaran. "Kita kurang lebih menangani 50-'an kilometer pada tanggul yang kritis dengan langkah perbaikan rutin. Tentunya juga ada proses merehabilitasi. Kita akui belum semuanya bisa tertangani baik saat perbaikan tanggul maupun penguatan. Makanya saat hujan lebar pasti tetap ada resiko," tuturnya saat dihubungi IDN Times, Kamis (4/7/2024). 

Baca Juga: Pemkab Brebes, Demak dan Kendal Tiru Program Tuku Lemah Oleh Omah

1. Perbaikan tanggul masih berjalan

BBWS Pemali-Juana Deteksi Titik Tanggul Kritis, Warga Diminta BersiagaPencarian jasad korban bocah 8 tahun hanyut di sungai Belawan Medan (Dok. Tim Humas Basarnas Medan)

Ia menjelaskan perbaikan tanggul kritis memang belum bisa kelar karena beberapa proses kini masih berjalan. Seperti penambalan tanggul Sungai Sriwulan Demak ditargetkan rampung sekitar tahun 2027 mendatang. 

Kemudian penguatan tanggul Sungai Sayung Demak-Wedung Jepara saat ini baru sebatas pemetaan desain oleh Dinas Pusdataru Jawa Tengah. Pun dengan Sungai Tuntang juga belum dikerjakan penguatan apapun. 

"Kayak di Sriwulan baru selesai 2027. Di titik aliran Sungai Sayung-Wedung juga belum selesai. Sedang didesain Pusdataru Jateng. Kali Tuntang juga ada resikonya. Karena belum ada tanggulnya. Kami tetap bersiaga agar tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan," terang Harya. 

2. BBWS antisipasi banjir di sejumlah jalan Kota Semarang

BBWS Pemali-Juana Deteksi Titik Tanggul Kritis, Warga Diminta BersiagaBanjir di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Rabu (26/6/2024). Dok. BPBD Bolmong

Untuk pertengahan tahun ini, katanya BBWS Pemali-Juana memfokuskan pekerjaan pada penanggulangan banjir di Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus dan kabupaten Jepara. 

Di Semarang, tahapan perbaikan Sungai Tenggang dan Sringin sedang dilelang. Ini untuk mengantisipasi resiko banjir di Jalan Muktiharjo, Jalan Kaligawe, wilayah Kecamatan Genuk dan Jalan Wolter Monginsidi Kecamatan Pedurungan. 

"Paling lambat ahir Juli dan Agustus untuk siapkan lelang. Kita juga tangani penguatan tanggul di Sungai Loji dan Banger Pekalongan," tuturnya. 

3. Warga bantaran sungai diminta ekstra waspada

BBWS Pemali-Juana Deteksi Titik Tanggul Kritis, Warga Diminta BersiagaIlustrasi banjir (Dok: istimewa)

Khusus Semarang hingga perbatasan Demak seperti Sayung dan Sriwulan akan ditangani tim BPJN Bina Marga dengan dikerjakan tanggul laut.

Lebih lanjut, pihaknua mengimbau kepada warga bantaran sungai supaya ekstra waspada menghadapi resiko banjir saat musim hujan tahun ini. Sebab, bantaran bukanlah tempat pemukiman. Melainkan kawasan penampungan air banjir dari limpasan sungai. 

"Bantaran bagian dari sungai. Di situ tempat parkirnya banjir. Makanya kalau ada warga di bantaran harus siap-siap kalau terjadi kenaikan muka air. Tanggul juga jangan dijadikan tempat bercocok tanam karena jadi gembur dan tidak kuat menahan banjir," jelasnya. 

4. Pemda harus edukasi warga

BBWS Pemali-Juana Deteksi Titik Tanggul Kritis, Warga Diminta BersiagaPembersihan saluran drainase dan sungai untuk mengantisipasi banjir di Kota Semarang. (dok. DPU Kota Semarang)

Di samping itu, sistem drainase kawasan yang ada di tiap kabupaten/kota harus diperhatikan serius karena memerlukan proses normalisasi aliran sungai. 

Pemda juga harus mengedukasi warganya agar berhenti membuang sampah ke sungai dan drainase. 

"Masing-masing kepala daerah kami minta melakukan normalisasi agar aliran air masuk ke drainase utama. Jangan nanti banjir karena drainase penuh sampah. Warga jangan buang sampah ke sungai. Buang sampah ke TPS TPA jangan ke saluran air. Karena yang jadi masalah ketika sampahnya naik lalu nyangkut ke jembatan akan hambat aliran banjir. Dan akhirnya meluber ke kanan kiri pemukiman," kata Harya. 

Baca Juga: 95,3 Persen Sumber Energi untuk Industri di Jateng dari Fosil Batubara

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya