BMKG Ungkap Siklus Perigi dan Hujan Ekstrem Sebabkan Semarang Kebanjiran

BMKG ingatkan cuaca ekstrem akan sering terjadi

Semarang, IDN Times - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan banjir yang melanda Kota Semarang dipicu oleh berbagai fenomena alam yang terjadi secara bersamaan.

Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, perubahan dinamika atmosfer Madden Julien Oscillation (MJO) merupakan kejadian pertama yang mempengaruhi curah hujan di Semarang. 

"Setelah terjadinya MJO lalu bersamaan juga ada efek air pasang maksimum atau perigi. Jadi mereka ini bergerombol menjadi satu menyebabkan fenomena cuaca ekstrem di Jawa Tengah dan Semarang. Itulah kenapa sampai Semarang curah hujannya tinggi," kata Dwikorita saat rakor penanganan kesiapan bencana di Lantai V Gedung B Kompleks Kantor Gubernur Jateng, Senin (18/3/2024).

Baca Juga: Pasca Banjir di Semarang, Pemkot Fokus ke Pembersihan Sampah

1. Curah hujan saat kejadian banjir 230 milimeter per hari

BMKG Ungkap Siklus Perigi dan Hujan Ekstrem Sebabkan Semarang KebanjiranTim BNPB bersama BMKG dan sembilan kepala daerah mendengarkan paparan analisa kebencanaan dari Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Ia menyampaikan bencana banjir yang terjadi di Semarang semakin diperparah dengan munculnya curah hujan yang ekstrem. Bahkan ia menyebutkan hujan ekstrem di Ibu Kota Jateng mencapai lebih dari 230 milimeter per hari atau lebih tinggi ketimbang curah hujan pada umumnya. 

"Dan juga karena ada curah hujan ekstrem 230-an milimeter lebih per hari. Karena Ada pengaruh gerombolan tadi, ada bibit siklon, lalu lari ke laut dihadang air pasang. Jadi bencana yang solid dan ada sinergi sinergi. Dengan kondisi ekstrem ini menuntut kita untuk mengupayakan penanggulangan," tuturnya. 

2. BMKG ingatkan cuaca ekstrem akan sering terjadi di Jateng

BMKG Ungkap Siklus Perigi dan Hujan Ekstrem Sebabkan Semarang KebanjiranKepala BMKG Dwikorita Karnawati membeberkan fakta-fakta mengejutkan mengenai kejadian banjir di Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Lebih lanjut lagi, Dwikorita juga meminta masyarakat Jawa Tengah mewaspadai cuaca ekstrem karena diperkirakan akan sering terjadi pada masa mendatang.

Terlebih lagi, katanya kondisi cuaca wilayah Jawa Tengah juga sering dilanda perubahan iklim sehingga nantinya mempengaruhi curah hujan yang sangat ekstrem. 

"Dan fenomena ini akan lebih sering terjadi apalagi dari sisi studi memang ada dampak amplifikasi fenomena cuaca ekstrem. Maka dari itu, ini nanti akan sangat sering. Ini akan membuat kita menjadi selalu sibuk. Jadi poinnya upaya yang perlu kita lakukan ya semestinya semakin ekstrem. Karena alamnya semakin ekstrem. Gangguan manusianya juga semakin ekstrem," kata Dwikorita. 

3. Demak akan dilanda hujan lebat lagi

BMKG Ungkap Siklus Perigi dan Hujan Ekstrem Sebabkan Semarang KebanjiranBanjir di wilayah Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Kamis (14/3/2024). (Dok. BPBD Kabupaten Demak)

Saat memaparkan prakiraan cuaca beberapa hari ke depan, tanggal 18-19 Maret potensinya hujan sedang dan lebat yang kemungkinan terjadi di Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Purbalingga.

Di tanggal 23 Maret 2024, Kabupaten Demak masih berpeluang terkena hujan sedang hingga lebat. "Demak masih kena pak. Tapi semoga doa kami ini meleset karena pakai TMC. Karena BMKG dan BNPB akan melakukan TMC," akunya. 

Sedangkan mulai April 2024 sejumlah kabupaten/kota diperkirakan mulai kemarau. Kemarau mulai terjadi bertahap dari Pekalongan, sebagian Jepara, sebagian Pati, sebagian Demak, sebagian timur Blora dan timur laut Tegal.

"Kabupaten kabupaten ini harus bersiap meski sekarang kena banjir tapi 10 hari ke depan akan terjadi kemarau. Tetapi bula April ini masih transisi pancaroba. Kemaraunya bertahap. Puncak kemarau akan terjadi Juni dan Agustus. Nah, baru menginjak Oktober akan berubah menjadi pancaroba yang mendadak," paparnya. 

4. Para petani diminta panen air hujan

BMKG Ungkap Siklus Perigi dan Hujan Ekstrem Sebabkan Semarang KebanjiranTalut saluran irigasi di dusun Kuren desa Dadi kecamatan Plaosan Magetan ambrol terjang sawah dan rumah warga. IDN Times/ Riyanto

Pihaknya pun meminta kepada para petani yang daerahnya menuju kemarau supaya senantiasa melakukan persiapan. Salah satu yang harus dilakukan petani bisa dengan memanen air hujan. Caranya dengan menampilkan air hujan di waduk maupun tandon-tandon air di rumah. 

"Poinnya ke petani bahwa pesannya karena sekarang mumpung masih hujan kami mohon memanen hujan bisa ditandon ke waduk atau ke rumah rumah," kata Dwikorita. 

Baca Juga: BNPB Gelar Operasi Modifikasi Cuaca Tanggulangi Bencana di Jateng

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya