Disnak Keswan Jateng Kerepotan Awasi Penjualan Sapi Kurban Pemakan Sampah
![Disnak Keswan Jateng Kerepotan Awasi Penjualan Sapi Kurban Pemakan Sampah](https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20240519/1000004983-eb8ddf029b83447a20c5b52c6a32dda6_600x400.jpg)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Jawa Tengah menyarankan kepada umat Muslim yang merayakan Idul Adha 1445 Hijriyah supaya berhati-hati saat membeli sapi kurban. Medik Veteriner Disnak Keswan Jateng, Drh Slamet Kasiran mengatakan sapi kurban yang harus diwaspadai ialah yang berasal dari kandang peternakan kawasan Tempat Penampungan Akhir (TPA).
"Itu sebenarnya kalau dari imbauan maupun saran dari petugas teknis itu untuk dihindari," ujar Slamet kepada IDN Times, Sabtu (15/6/2024).
Baca Juga: Harga Beras Turun, Semarang Alami Deflasi Minus 0,21 Persen di Mei
1. Sulit membedakan sapi dari penampungan sampah
Ia mengatakan saat ini keberadaan sapi pemakan sampah TPA sudah jarang ditemukan di lapak-lapak pedagang hewan kurban.
Hanya saja ia tak memungkiri bahwa petugasnya kewalahan memantau peredaran sapi pemakan sampah TPA.
Selain para pedagang yang tidak mau jujur perihal asal muasal hewan dagangannya, secara kasat mata cara membedakan sapi pemakan sampah TPA dengan sapi yang sehat cenderung sulit dilakukan.
"Tapi kesulitan yang agak repotnya itu para takmir (masjid) itu (gak tahu) dari Semarang dijual ke daerah lain. Dan untuk sementara para takmir sudah diberi pemahaman. Kalau posisi penjualannya di pasar sudah sangat jarang. Tapi untuk keberadaan sapi dari penampungan sampah yang dijual ke lapak sulit membedakan. Karena biasanya pedagang juga tidak jujur," akunya.
2. Mengonsumsi sapi pemakan sampah bisa sebabkan tumor
Editor’s picks
Lebih lanjut lagi, ia pun mengingatkan kepada umat Muslim agar tidak membeli sapi pemakan sampah TPA. Sebab, sampah yang dikonsumsi sapi biasanya mengadung residu logam berat. Efek negatifnya bagi seseorang yang mengonsumsinya bisa menyebabkan penyakit tumor dan pengerasan hati.
"Dampaknya bisa memicu tumor, gangguan organ dalam, yang jelas menimbulkan pengerasan hati atau sirosis," terangnya.
3. Logam berat pada sapi pemakan sampah bisa berkurang dalam waktu 1,5 bulan
Kendati begitu, ia mengklaim kandungan logam berat pada sapi pemakan sampah sebenarnya bisa berkurang. Namun syaratnya sapi tersebut harus diberi pakan kombinasi berupa rumput dan sejenisnya.
"Logam berat pada sapi sampah bisa berkurang karena masuk ke darah. Residu itu 1-1,5 bulan berkurang. Kalau kita makannya tidak banyak hanya satu dua ons insyallah tidak bahaya, apalagi setahun sekali efeknya sangat kecil. Insyallah aman. Karena kandungan per daging bisa diuji laboratorium," tuturnya.
Di Jawa Tengah sendiri sapi pemakan sampah selama ini ditemukan di TPA Jatibarang Semarang dan TPA Putri Cempo Solo. Disinggung soal jumlahnya, Slamet bilang tidak terlalu banyak.
4. Peternak sapi TPA Jatibarang akui ternaknya dipakai buat Idul Adha
Sedangkan, di TPA Jatibarang Semarang ada ratusan sapi yang dibiarkan hidup liar di tumpukan sampah. Ketika sore hari, sapi-sapi tersebut kembali digiring ke kandang oleh pemiliknya. Selama sore hingga malam, kawanan sapi diberi makan rumput di kandang.
Dari pengakuan seorang pemilik sapi di TPA Jatibarang bernama Sugito, kawanan sapi di TPA Jatibarang juga turut diburu para shohibul kurban. Namun, pembelian sapi di TPA Jaribarang ini dilakukan jauh-jauh hari atau dua sampai tiga bulan menjelang Idul Adha.
"Kalau sapi sini sebetulnya untuk kurban sudah menurun drastis. Terus di sini sudah tidak ada yang langsung ke pembeli buat dikurban, karena biasanya yang beli langsung belantik, di bawa ke rumah dulu. Nah setelah itu dijual lagi buat kurban atau apa enggak tahu ya," katanya.