Kekeringan Parah, Ribuan Warga Pati Berburu Air ke Sawah dan Waduk 

Kekeringan dirasakan 5.333 yang tersebar di 30 desa 

Pati, IDN Times-Bencana kekeringan yang semakin meluas di Kabupaten Pati, benar-benar dirasakan oleh warga setempat. Saat ini, terdapat ribuan warga dari 30 desa yang berbondong-bondong mencari sumber mata air ke areal persawahan terdekat.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, Sanusi Siswoyo mengungkapkan, warga yang terdampak kekeringan saat ini tersebar di sejumlah titik. 

1. Kekeringan terparah tersebar dari Desa Sendangsuko hingga Tlogowayu

Kekeringan Parah, Ribuan Warga Pati Berburu Air ke Sawah dan Waduk IDN Times/Candra Irawan

Sanusi Siswoyo menyebut kekeringan terparah di antaranya di Desa Sendangsuko, Sarimulyo, Bumiharjo, beberapa desa di Kecamatan Winong, Tanjung Sekar, Tlogowayu, Pasuruan dan Kretek.

"Kondisi saat ini telah kita tetapkan siaga darurat bencana. Karena sesuai perkirakan BMKG, puncak kemarau akan terjadi September nanti," kata Sanusi saat dikontak IDN Times, Rabu pagi (28/8).

Baca Juga: Musim Kemarau, Perajin Ikan Asin di Tambaklorok Justru Merugi

2. Warga terdampak kekeringan mencapai 5.333 jiwa tersebar di 30 desa

Kekeringan Parah, Ribuan Warga Pati Berburu Air ke Sawah dan Waduk IDN Times/Muhamad Iqbal

Secara keseluruhan, menurutnya jumlah warga yang terdampak kekeringan mencapai 5.333 jiwa yang berada di 30 desa. Meski begitu, ia menyebut bahwa dropping air bersih baru bisa dilakukan bagi 28 desa.

"Karena dana kebencanaan kita gak mencukupi, makanya baru 38 desa yang dapat pasokan air bersih. Sisanya kita minta bantuan ke BPBD Jateng untuk mendistribusikan hampir 100 tangki air bersih dan mencari bantuan 24 tangki lewat CSR swasta," terangnya.

Baca Juga: Musim Kemarau Tiba, Waduk Berubah menjadi Daratan  

3. Malahan ada yang memakai air waduk. Juga membuat sumur bor

Kekeringan Parah, Ribuan Warga Pati Berburu Air ke Sawah dan Waduk IDN Times/Istimewa

Untuk menyiasati kekeringan yang terjadi saat ini, banyak warga memilih mencari sumber mata air ke sejumlah tempat. Bahkan beberapa warga yang memakai air waduk untuk kebutuhan rumah tangganya.

"Ada ribuan warga yang kondisi desanya benar-benar telah mengering, bahkan saat ini mencari sumber mata air ke ladang sawah terdekat. Malahan ada yang menggunakan air dari waduk untuk kebutuhan memasak dan mandi. Ini terjadi karena kekeringan masih terjadi sampai saat ini. Puncaknya pada September. Beda dengan tahun lalu hanya sampai Agustus," akunya.

Pihaknya juga melibatkan BBWS Pemali-Juwana untuk membuatkan sumur bor di lima titik guna membantu warga mendapatkan sumber air bersih. "Beberapa titik ada yang berhasil memunculkan air bersih. Tapi ada juga yang gagal mengingat resapan tanahnya sudah tidak ada airnya," ujar Sanusi.

Baca Juga: Kemarau Panjang, Suhu di Semarang Diperkirakan Tembus 38 Derajat

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya