Sebagai warga Indonesia, kita patut bersyukur karena dianugrahi alam yang subur dengan banyak tanaman yang bermanfaat bagi manusia.
Salah satu manfaat yang bisa kita ambil adalah untuk kesehatan kita.
Berikut 5 tanaman obat yang dapat mencegah hepatitis dan meningkatkan kesehatan hati kamu dan keluarga.
Dilansir dari Healthline, gingseng merupakan tanaman obat yang memiliki efek anti peradangan yang kuat.
Gingseng dapat melindungi liver dari kerusakan yang diakibatkan oleh virus, toksin dan alkohol. Selain itu juga dapat meningkatkan regenerasi sel liver setelah pembedahan.
Dalam Studi food and nutrition pada tahun 2020 terhadap 51 laki-laki dewasa dengan peningkatan Alanin Transaminase (ALT), ditemukan bahwa pemberian 3 gram ekstrak gingseng fermentasi selama 12 minggu dapat menurunkan tingkat ALT secara signifikan.
Selain itu, Gamma-glutamyl transferasi (GGT), penanda kerusakan liver, juga mengalami penurunan yang signifikan setelah pemberian ekstrak gingseng fermentasi.
Kunyit adalah tanaman obat yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai salah satu bumbu masak. Selain sebagai bumbu masak, kunyit memiliki manfaat kesehatan yang berguna untuk melindung kesehatan liver.
Manfaat itu didapat dari kandungan zat aktif curcumin. Curcumin memiliki efek antiinflamasi, antioksidan dan antiinflamasi yang sangat kuat. Sehingga kunyit dimasukan sebagai tambahan terapi bagi pasien dengan penyakit liver.
Dilansir dari penelitian Journal of Cell Biochemistry, pasien dengan NAFLD ( penyakit liver nonalkoholik) yang diberikan 500 mg curcumin selama 8 minggu mengalami penurunan enzim liver AST (Aspartate Aminotansferase) dan ALT ( Alanin Aminotransferase) dan kadar lemak.
Dilansir dari Healthline, bawang putih dikenal sebagai bumbu masakan yang membuat makanan menjadi lebih sedap. Selain itu, bawang putih memiliki manfaat kesehatan yang tidak kalah efektifnya dengan suplemen makanan.
Bawang putih mengandung zat aktif allicin,aliin dan ajoene yang dipercaya dapat mendukung kesehatan liver melalui efek antiinflamasi dan anti oksidan yang dimilikinya.
Dalam penelitian yang dilakukan Diabetes Metabolic Syndrome and Obesity pada tahun 2020 pada 98 pasien dengan NAFLD yang mendapat serbuk bawang putih sebanyak 800 mg selama 15 hari mengalami penurunan enzim hati, LDL dan trigliserida yang signifikan.
Selain itu dari penelitian yang dilakukan Universitas Islam Bandung tahun 206 pada tikus dengan kerusakan liver ditemukan pemberian ekstra bawang putih yang menurunkan peradangan pada liver tikus.
Penelitian ini melakukan evaluasi dengan pemeriksaan jaringan liver tikus di bawah mikroskop.
Jahe dikenal sebagai bahan kuliner populer dan juga digunakan sebagai tanaman obat untuk berbagai penyakit, salah satunya penyakit liver. Jahe mengandung komponen kuat, seperti gingerol dan shogaol yang membantu menghambat peradangan dan melindungi sel dari kerusakan. Efek ini membantu menjaga kesehatan hati serta melindungi hati dari toksin seperti alkohol.
Dilansir dari penelitian yang dilakukan Clinical and Experimental Gastroenterology tahun 2020, 46 pasien dengan penyakit hati NAFLD yang diberikan serbuk jahe sebanyak 1500 mg mengalami penurunan kadar enzim hati dan zat radang CRP. Tidak hanya itu, jahe membantu penderita diabetes dan kolestrol dalam menurunkan gula darah puasa serta kolestrol jahat.
Daun kelor dikenal sebagai sayuran yang memiliki segudang manfaat kesehatan, seperti antioksidan, anticancer, antiinflamasi, neuroprotektor, menurunkan gula darah dan lemak darah serta mencegah penyakit liver.
Manfaat kesehatan ini didapat dari kandungan fitokimia yang tinggi seperti falvonoid, glukosinolat, isothiosianat dan asam fenolik.
Dilansir dari penelitian yang dipublikasikan Springeropen tahun 2020, pemberian ekstrak daun kelor pada tikus yang mengalami kerusakan hati menunjukan efek perlindungan pada jaringan hati.
Hasil ini dibuktikan dari jaringan hati yang mengalami penurunan derajal inflamasi yang dilihat dibawah mikroskop.
Walaupun banyak manfaat kesehatan, sebaiknya kamu tidak mekonsumsi tanaman ini dengan cara dan jumlah yang sembarangan.
Kamu tetap perlu berkonsultasi dengan ahli gizi atau tenaga kesehatan lain terkait jumlah serta cara konsumsi yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan kamu. Semoga info ini membantu ya.