5 Fakta Seriwang Sangihe, Burung Langka yang Sempat Dianggap Punah

Sempat dianggap punah sebelum ditemukan kembali tahun 1998  

Intinya Sih...

  • Seriwang Sangihe, burung langka endemik Pulau Sangihe, kini dikategorikan sebagai spesies Kritis oleh IUCN.
  • Habitat hutan primer Pegunungan Sahendaruman menjadi rumah bagi Seriwang Sangihe dan 18 jenis burung lainnya.
  • Rencana penambangan emas di Pulau Sangihe mengancam kelangsungan hidup Seriwang Sangihe dan ekosistemnya yang unik.

Seriwang Sangihe, burung kecil yang memiliki bulu indah dan suara merdu, pernah dianggap punah oleh para ilmuwan. Burung langka ini hanya dapat ditemukan di Pulau Sangihe, sebuah pulau kecil di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati. Meskipun ukurannya kecil, Seriwang Sangihe memiliki cerita besar di balik keberadaannya yang kembali ditemukan setelah puluhan tahun dinyatakan hilang.

Artikel ini akan mengulas lima fakta menarik tentang burung ini yang menyoroti pentingnya upaya konservasi untuk menjaga kelangsungan hidup spesies yang terancam.

1. Burung Seriwang Sangihe hanya bisa ditemukan Pulau Sulawesi

5 Fakta Seriwang Sangihe, Burung Langka yang Sempat Dianggap PunahSeriwang Sangihe di ranting pohon (mongabay.co.id)

Seriwang Sangihe, atau yang lebih dikenal secara lokal sebagai burung niu, adalah spesies burung endemik Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Ini berarti burung ini hanya ditemukan di pulau tersebut dan tidak ada di tempat lain di dunia. Sebagai bagian dari kawasan Wallacea, Pulau Sangihe memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk banyak spesies endemik lainnya.

Burung niu secara khusus menghuni hutan primer Pegunungan Sahendaruman. Habitat yang sangat terbatas ini membuat spesies ini sangat rentan terhadap gangguan lingkungan, seperti deforestasi atau aktivitas manusia lainnya. Burung ini memiliki ciri khas warna biru gelap di bagian atas tubuh dan abu-abu kebiruan pucat di bagian bawah.

Habitat hutan primer pada ketinggian 450-750 meter di atas permukaan laut ini sangat penting bagi kelangsungan hidup burung niu. Sayangnya, habitat ini terancam oleh aktivitas manusia, terutama rencana penambangan di kawasan tersebut.

2. Burung Seriwang Sangihe sempat dianggap punah

5 Fakta Seriwang Sangihe, Burung Langka yang Sempat Dianggap PunahSeriwang Sangihe yang sempat dinyatakan punah (jadesta.kemenparekraf.go.id)

Seriwang Sangihe pertama kali diidentifikasi pada tahun 1873 oleh Adolf B. Meyer, seorang naturalis Jerman. Setelah penemuan itu, burung ini dianggap hilang dari Pulau Sangihe selama lebih dari seabad, hingga akhirnya ditemukan kembali.

Ketidakmampuan untuk menemukan burung ini selama 105 tahun menimbulkan kekhawatiran akan kepunahannya. Meskipun Murray D. Bruce mengklaim telah menemukan kembali burung ini pada tahun 1978 di sekitar Gunung Awu, klaim tersebut tidak didukung bukti yang kuat.

Penemuan yang diakui secara ilmiah baru terjadi pada tahun 1998 melalui ekspedisi yang dipimpin oleh John Riley dan James C. Wardill. Namun, keberhasilan ekspedisi ini tidak terlepas dari peran penting Anius Dadoali, seorang penduduk lokal yang memiliki pengetahuan mendalam tentang kawasan Sahendaruman. Dadoali, yang akrab disapa Om Niu atau Bu Niu, adalah orang pertama yang benar-benar menemukan kembali burung niu di habitat alaminya. Sebagai bentuk penghormatan, burung ini pun sering disebut burung niu.

Baca Juga: 6 Fakta Elang Ekor Merah, Burung yang Muncul di Film Hollywood

3. Seriwang Sangihe hidup di habitat yang terisolasi dari manusia

5 Fakta Seriwang Sangihe, Burung Langka yang Sempat Dianggap PunahPegunungan Sahendaruman (www.mongabay.co.id)

Burung niu menghuni hutan primer di Pegunungan Sahendaruman, terutama pada ketinggian 450--750 meter di atas permukaan laut. Habitat ini, yang relatif terisolasi dari gangguan manusia, memiliki luas sekitar 519 hektar. Luas habitat yang terbatas ini menjadi kendala utama bagi pertumbuhan populasi burung niu. Penelitian tahun 2014 oleh Hanom Bashari dan tim memperkirakan populasi burung niu hanya berkisar antara 34 hingga 150 individu, menunjukkan status konservasi yang sangat kritis.

Hutan primer di Sahendaruman tidak hanya menjadi rumah bagi burung niu, tetapi juga bagi 18 jenis burung lainnya, termasuk 10 spesies endemik dan 8 subspesies endemik. Keanekaragaman hayati yang tinggi di habitat yang sempit ini semakin menggarisbawahi pentingnya pelestarian hutan primer di Sangihe. Kerusakan hutan dapat mengancam kelangsungan hidup tidak hanya burung niu, tetapi juga berbagai spesies lainnya.

4. Dikategorikan sebagai spesies yang kritis

5 Fakta Seriwang Sangihe, Burung Langka yang Sempat Dianggap Punahanak burung seriwang sangihe (alam.id)

Seriwang Sangihe, berdasarkan penilaian International Union for Conservation of Nature (IUCN), dikategorikan sebagai spesies Kritis (Critically Endangered/CR). Status ini mengindikasikan risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar. Penurunan populasi drastis, habitat yang sangat terbatas, serta ancaman dari aktivitas manusia seperti deforestasi dan pertambangan menjadi penyebab utama.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 telah menetapkan Seriwang Sangihe sebagai satwa yang dilindungi. Namun, perlindungan hukum saja tidak cukup. Ancaman terhadap habitatnya terus meningkat, sehingga diperlukan upaya konservasi yang lebih intensif. Partisipasi aktif masyarakat lokal dan pemerintah sangat penting untuk menjaga dan memulihkan habitat burung niu demi kelangsungan hidupnya.

5. Seriwang Sangihe terancam oleh kegiatan manusia

5 Fakta Seriwang Sangihe, Burung Langka yang Sempat Dianggap Punahkegiatan pertambangan di sangihe (bbc.com)

Rencana penambangan emas di Pulau Sangihe mengancam serius kelangsungan hidup Seriwang Sangihe dan ekosistemnya yang unik. Kegiatan penambangan akan merusak habitat hutan primer, tempat tinggal utama burung niu, dan mengancam spesies endemik lainnya. Perubahan komposisi hutan akibat penanaman tanaman introduksi semakin memperparah situasi.

Pulau Sangihe sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan. Kerusakan habitat seperti di Pegunungan Sahendaruman menunjukkan dampak buruk pada keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, perlindungan Seriwang Sangihe adalah upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem pulau.

Upaya pelestarian Seriwang Sangihe tidak hanya penting untuk spesies ini, tetapi juga untuk ekosistem Pulau Sangihe secara keseluruhan. Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan dukungan terhadap konservasi, ada harapan bahwa Seriwang Sangihe dapat terhindar dari kepunahan. Mari bersama-sama menjaga keanekaragaman hayati Indonesia agar generasi mendatang masih dapat menikmati keindahan alam yang luar biasa ini.

Baca Juga: Manfaat Buah Pisang untuk Burung Kenari, Banyak yang Menyepelekan

Achmat Amar Fatoni Photo Community Writer Achmat Amar Fatoni

seorang berusia 20 tahun yang suka menulis terutama tema sains. Saya mencoba menuangkan hobi menulis dan ketertarikan terhadap sains di platform ini. Semoga kamu suka artikel buatanku. Enjoy :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya