Daguku! Alat Pembasmi Bau Busuk Kandang Ayam Ciptaan Siswa MAN 1 Kudus

Berawal dari bau tak sedap kandang ternak ayam

Kudus, IDN Times - Dua siswa MAN 1 Kudus memiliki cara unik untuk mengatasi bau tidak sedap pada kandang peternakan ayam.  Dua siswa tersebut adalah Rima Distriani dan Dhea Puspitasari keduanya merupakan siswa kelas X tersebut membuat sebuah alat yang dinamakan DAGUKU.

Baca Juga: Siswa Kudus Buat Kemasan Makanan Ramah Lingkungan Dari Daun Mangrove

1. Daguku kepanjangan dari daun nanas, tongkol jagung dan kulit pisang kepok

Daguku! Alat Pembasmi Bau Busuk Kandang Ayam Ciptaan Siswa MAN 1 KudusIDN Times/Aji

Alat daguku kepanjangan dari Daun Nanas, Tongkol Jagung dan Kulit Pisang Kepok. Daguku merupakan alat adsorben gas amonia dalam peternakan dengan sensor MQ135. Alat itu digunakan untuk menghilangkan bau tidak sedap pada kandang peternakan.

Salah satu siswa Rima Distriani mengatakan latar belakang pembuatan alat tersebut adalah peternakan ayam yang kumuh dan kotor. Sehingga hal ini menyebabkan bau yang tidak sedap.

“Bau itu mengandung Nh3,” begitu jelasnya saat dijumpai di MAN 1 Kudus, Senin (4/11).

Bau tak sedap tersebut menganggu masyarakat yang tinggal di sekitar peternakan. Selain itu kadar gas Amonia yang tinggi menimbulkan sesak napas, sembab paru, batuk darah, dan lainnya.

“Sehingga dibutuhkan inovasi alat yang dapat menyerap gas amonia otomatis berbahan daun nanas, tongkol jagung, dan kulit pisang kepok,” katanya.

2. Komposisi yang dibutuhkan untuk membuat alat Daguku

Daguku! Alat Pembasmi Bau Busuk Kandang Ayam Ciptaan Siswa MAN 1 KudusIDN Times/Aji

Untuk membuat Daguku itu membutuhkan beberapa alat dan bahan. Meliputi, Arduino Uno R3,. Kipas DC 12 V, Sensor MQ 135, Arang dari bahan daun nanas, tongkol jagung dan kulit pisang kepok, dan LCD 16x2.

3. Deteksi gas amonia yang mencapai 15 ppm

Daguku! Alat Pembasmi Bau Busuk Kandang Ayam Ciptaan Siswa MAN 1 KudusIDN Times/Aji

Dhea Puspitasari menambahkan prinsip kerjan alat Daguku akan bekerja saat sensor MQ 135 mendeteksi gas amonia yang telah mencapai 15 ppm. Kemudian kipas akan berputar secara otomatis untuk mengalirkan gas amonia ke dalam arang aktif.

“Setelah diserap, sensor MQ 135 yang terletak di tutup pipa akan mendeteksi kadar gas amonia. Jika kadarnya kurang 15ppm, maka kipas akan berhenti secara otomatis,” jelasnya.

Temuan ini membawa mereka ke posisi juara pertama Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat nasional di Universitas Sebelas Maret.

Baca Juga: 500 Personel Polres Kudus Diturunkan Untuk Amankan Pilkades

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya