Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Fakta Menarik Candi Selogriyo di Magelang, Warisan Hindu Abad ke-8

Gerbang masuk Candi Selogriyo (dok. Pribadi/ Reksita Wardani)

Selain Candi Mendut yang namanya sudah cukup populer di kalangan wisatawan, Magelang masih menyimpan banyak candi peninggalan Hindu lainnya yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah Candi Selogriyo. Candi mungil di puncak bukit yang dikelilingi oleh hamparan sawah dan perbukitan hijau.

Candi yang diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Masehi ini tidak hanya memiliki sejarah yang lekat dengan perkembangan Hindu di tanah Jawa, tetapi juga memiliki sederet keunikan yang tidak kalah menarik dari candi-candi Jawa Tengah yang lainnya. Yuk, simak enam fakta menarik Candi Selogriyo yang menjadikannya layak masuk daftar itinerary-mu selanjutnya!

1. Jejak peradaban Hindu abad ke-8 di lereng Gunung Sumbing

Batu umpak Candi Selogriyo (dok. Pribadi/ Reksita Wardani)

Memurut berbagai sumber, Candi Selogriyo diduga merupakan peninggalan Wangsa Sanjaya yang dibangun pada abad ke-8 Masehi atau pada masa kerajaan Mataram Hindu. Konon, situs sejarah ini dibangun pada zaman yang sama dengan candi-candi yang ditemukan di dataran tinggi Dieng.

Setelah berabad-abad tertimbun oleh reruntuhan, candi ini pertama kali ditemukan oleh Hartmann, Residen Magelang pada masa penjajahan Belanda di tahun 1835. Namun, pada tahun 1998, Candi Selogriyo sempat hancur akibat tanah longsor. Kemudian, dilakukan rekonstruksi ulang bangunan candi yang prosesnya baru selesai pada tahun 2005.

2. Candi berukuran kecil yang tidak memiliki pewara

Candi Selogriyo (dok. Pribadi/ Reksita Wardani)

Berbeda dengan Candi Borobudur atau Candi Prambanan yang terkenal dengan kemegahannya, bangunan Candi Selogriyo terbuat dari batu andesit dengan struktur yang sederhana dan berukuran cukup kecil. Bangunan candi berbentuk bujur sangkar berukuran 4,2 m x 4,2 m dengan tinggi 4,96 m. Di mana perbingkaian pada bagian subasemen candi merupakan bingkai sisi genta dan patta (rata).

Uniknya lagi, Candi Selogriyo merupakan candi tunggal yang tidak memiliki satu pun pewara atau candi pendamping. Berbeda dengan candi-candi Hindu pada umumnya yang dilengkapi dengan candi-candi kecil di sekitarnya.

3. Dilengkapi dengan atap limasan bertingkat yang sarat makna filosofis

Candi Selogriyo dengan kemuncak amalaka (dok. Pribadi/ Reksita Wardani)

Bagian atap Candi Selogriyo ini berbentuk limasan dengan tiga tingkatan, yang merupakan ciri khas dari candi-candi di Jawa Tengah. Di setiap tingkatannya merupakan atap berbentuk bujur sangkar dan di setiap sisinya juga dilengkapi dengan batu berbentuk stupa-stupa berukuran kecil. Di mana di bagian tengahnya terdapat antefiks tanpa hiasan. Sementara puncak atau kemuncak candi berbentuk buah keben yang disebut amalaka.

Bentuk atap Candi Selogriyo ini dipercaya merupakan perlambangan dari Gunung Mahameru, yaitu sebuah gunung yang menurut kepercayaan Hindu merupakan tempat bersemayamnya para dewa.

4. Memiliki relung arca dewa di setiap sisi dinding candi

Relung arca dewa Candi Selogriyo (dok. Pribadi/ Reksita Wardani)

Di setiap sisi dinding Candi Selogriyo terdapat relung-relung yang dilengkapi dengan arca-arca dewa penting dalam ajaran Hindu-Siwa. Arca-arca tersebut menggambarkan Ganesha di dinding barat, Agastya di dinding bagian selatan, serta Durga Mahesasuramardhini lengkap dengan asura (raksasa) dan kerbau (mahisa) pada dinding utara.

Sementara pada dinding di sisi timur terdapat arca dari Nandiswara dan Mahakala, yang mengapit pintu menuju bilik bagian dalam candi. Konon, bilik kosong tersebut merupakan tempat lingga dan yoni, yang dipercaya sebagai bentuk lain dari Syiwa Mahadewa.

Meskipun sayangnya arca-arca yang ada saat ini sebagian besar mengalami kerusakan cukup parah. Bahkan empat diantaranya sudah tidak lagi dilengkapi dengan kepala.

5. Terletak di lereng gunung dengan pemandangan sawah dan perbukitan hijau

Pemandangan dari kompleks Candi Selogriyo (dok. Pribadi/ Reksita Wardani)

Candi Selogriyo berada di lereng bagian timur dari Gunung Sumbing dengan ketinggian sekitar 740 mdpl, tepatnya di Dusun Campurejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.

Lokasinya bahkan cukup jauh dari pemukiman warga dengan akses jalan setapak menyusuri hamparan sawah sejauh kurang lebih 2 km. Tersembunyi di antara asrinya bukit Giyanti, Malang, dan Condong.

Terbayang bukan seperti apa indahnya pemandangan yang akan kamu saksikan saat berkunjung ke peninggalan sejarah yang satu ini? Sebanding dengan 10 ribu rupiah yang harus kamu keluarkan untuk biaya tiket masuknya.

6. Dipercaya sebagai tempat menyepi raja pada masa itu

Akses masuk Candi Selogriyo (dok. Pribadi/ Reksita Wardani)

Fakta menarik lainnya dari candi ini adalah keberadaannya yang diperkirakan dibangun sebagai tempat ibadah para pendeta Hindu, sekaligus tempat menyepi raja pada masa itu. Hal ini berkaitan erat dengan teori-teori yang menyebutkan bahwa hutan-hutan di sekitar lereng Gunung Sumbing merupakan petapaan atau tempat bertapa raja-raja Mataram kuno.

Diluar adanya teori tersebut, di sekitar Candi Selogriyo juga ditemukan batu-batu dengan bentuk unik yang fungsinya masih belum diketahui secara pasti.

Nah, itu dia sederet fakta menarik dari Candi Selogriyo yang mungkin belum kamu ketahui. Pastikan untuk memasukkannya ke dalam daftar perjalananmu selanjutnya, terutama jika kamu mencari pengalaman berwisata sejarah dengan bonus pemandangan alam yang memukau.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us