Kisah Para Perajin Gudo Populerkan Potehi hingga ke Pecinan Semarang

Ada ribuan Potehi yang dibuat setiap hari

Berada di tengah-tengah kerumunan orang di Semawis, Semarang, tak lantas membuat Budi Harto, canggung. Di salah satu sudut pameran wayang potehi, jemari tangannya tampak terampil memoleskan mata kuas diatas wajah boneka potehi. 

 

1. Ribuan Potehi dipajang di Semawis Semarang

Kisah Para Perajin Gudo Populerkan Potehi hingga ke Pecinan SemarangWayang Potehi yang dipamerkan di Semawis Semarang. IDN Times/Fariz Ferdianto

Sesekali boneka potehi itu ia bolak-balik sembari melihat warna yang ada di wayang khas Thionghoa tersebut. "Kita sudah bawa 2.000 wayang dari Gudo untuk dipamerkan di Semawis Semarang, Mas," kata pria 50 tahun ini saat membuka obrolan dengan IDN Times, Minggu (19/1). 

Gudo yang ia maksud merupakan sebuah Desa di Kecamatan Gudo, Kita Jombang. Di sana, Budi aktif membuat wayang potehi saban hari di Klenteng Tri Dharma Hong San Kiong milik pengusaha emas, Toni Harsono. 

Baca Juga: Nyaris Punah, Wayang Potehi Bakal Digelar di Pasar Imlek Semawis 2020

2. Membuat Potehi saban hari tergantung mood

Kisah Para Perajin Gudo Populerkan Potehi hingga ke Pecinan SemarangWayang Potehi yang dipamerkan di Semawis Semarang. IDN Times/Fariz Ferdianto

Budi hanya satu dari sekian banyak perajin yang tetap tekun melestarikan pembuatan wayang potehi hingga saat ini. Bersama Paguyuban Potehi Fu He An, ia kebagian tugas mengecat boneka-boneka untuk memperkuat karakter tokoh wayang yang akan dimainkan. 


"Kalau proses pengecatan saja bisa selesai 15 wayang setiap harinya. Tapia itu juga tergantung mood. Kalau memang lagi gak mood ya bisa sampai malam hari," tuturnya. 

Baca Juga: Wayang Potehi, Pelengkap Momen Imlek di Surabaya

3. Paguyuban Fu He An kini telah memproduksi ribuan Potehi

Kisah Para Perajin Gudo Populerkan Potehi hingga ke Pecinan SemarangWayang Potehi yang dipamerkan di Semawis Semarang. IDN Times/Fariz Ferdianto

Saat ini, katanya Paguyuban Fu He An telah memproduksi ribuan potehi. Bahkan sebuah museum dibangun oleh Toni untuk melestarikan wayang potehi buatan perajin Gudo. 


Saat Imlek, terdapat belasan personel yang rutin keliling ke hotel-hotel, mal maupun pusat perayaan Imlek di sejumlah daerah untuk memopulerkan Potehi. 


"Ada belasan orang yang sering keliling dapat undangan tampil untuk perayaan Imlek. Kita punya tujuh dalang, enam pemain musik dan beberapa personel pendukung yang rutin tampil," akunya. 

4. Para perajin Potehi gencar keliling daerah. Mulai mal, hotel hingga tempat perayaan Imlek

Kisah Para Perajin Gudo Populerkan Potehi hingga ke Pecinan SemarangWayang Potehi yang dipamerkan di Semawis Semarang. IDN Times/Fariz Ferdianto

Ia bilang apapun caranya akan tetap berupaya memopulerkan potehi hingga seluruh lapisan masyarakat. Salah satu upaya yang akan ia buat dalam waktu dekat dengan memasukan unsur cerita kerajaan-kerajaan di Nusantara agar Potehi dapat dikenal luas. 


"Pokoknya apapun kita lakukan biar potehi tetap lestari. Bukan hanya murni di klenteng saja, tapi kita upayakan buat cerita tema Karajaan Nusantara. Ini tujuannya agar mengena ke semua kalangan masyarakat," bebernya.


"Termasuk di Semarang sendiri, mudah-mudahan warganya yang datang ke pameran ini, lebih paham tentang sejarah Potehi sehingga kita berharap nantinya akan tumbuh pemain Potehi lagi," imbuhnya. 

5. Pengukir boneka Potehi: Gak gampang buat Potehi. Kita harus pintar-pintar berimajinasi

Kisah Para Perajin Gudo Populerkan Potehi hingga ke Pecinan SemarangWayang Potehi yang dipamerkan di Semawis Semarang. IDN Times/Fariz Ferdianto

Sedangkan menurut Supangat, seorang pengukir boneka Potehi, keterampilannya membuat wayang tersebut mulai terasah sejak 20 tahun terakhir. Pada 1999 silam ia memutuskan hengkang dari Jepara ke Jombang demi mengasah keahlian mengukir Potehi. 


Peruntungannya kala itu sedang moncer. Supangat lalu mengenal Toni Harsono sedari muda. Ia pun memutuskan fokus memproduksi potehi di Gudo sampai sekarang. "Karena setiap hari bikini Potehi, mungkin sekarang jumlahnya sudah ada 10.000 lebih," akunya. 


Dengan menggunakan bahan baku kayu waru hitam, ia menganggap kerajinan boneka potehi punya tingkat kerumitan yang tinggi. Ia harus kaya imajinasi untuk menuangkan tokoh cerita mitologi China ke dalam setiap ukirannya. 


Ketelitian Toni Harsono juga berperan penting dalam detail boneka Potehi. Warga Jepara ini berkata ia sering mengubah desain ukiran wajah Potehi karena ditegur bosnya tersebut. 


"Pak Toni cuma ngasih buku panduan cerita Thionghoa saja. Selanjutnya diserahkan kepada saya. Kalau kurang sesuai sama Pak Toni, ya dibuat ulang lagi. Tentunya ini kan gak gampang. Saya harus pintar-pintar membayangkan tokoh apa yang akan saya buat. Gak bisa asal buat," cetus bapak empat anak ini. 

Baca Juga: 10 Kampung Pecinan Unik di Indonesia yang Menarik untuk Dikunjungi

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya