TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Media Sosial Menjadi Penyelamat Bisnis The Scraft Semarang

UMKM perlu memanfaatkan media sosial

Pemilik UMKM The Scraft Semarang, Madya Pramuardi mengakses media digital di Semarang (Instagram.com/craftandfurniture)

Semarang, IDN Times - Internet saat ini sudah menjadi sesuatu yang wajib diakses oleh siapa pun di Dunia. Termasuk para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Pelaku UMKM memanfaatkan internet sebagai sarana untuk memasarkan produk mereka sehingga bisa mendapatkan pangsa pasar yang luas dan berdampak terhadap penjualan.

1. Pengguna media sosial hampir setengah populasi

ilustrasi membagikan foto di Instagram (pexels.com/ready made)

Pemanfaatan internet untuk pemasaran secara online banyak dilakukan menggunakan media sosial. Media sosial menjadi platform untuk memasarkan produk serta berkomunikasi kepada pelanggan dan mitra bisnis.

Pemanfaatan media sosial bagi pelaku UMKM cukup potensial meningkatkan pangsa pasar. Sebab, berdasarkan catatan We Are Social tahun 2021, sebanyak 49 persen atau sekitar 130 juta orang dari 256,4 juta orang penduduk di Indonesia menjadi pengguna aktif media sosial.

Rata-rata--masih dalam laporan tersebut--mereka menggunakan Youtube, Facebook, Instagram, Twitter, dan Tiktok.

Baca Juga: Nafkah dari Limbah yang Membawa Berkah untuk Semesta

2. Bisnis terdampak pandemik COVID-19

Pemilik UMKM The Scraft Semarang, Madya Pramuardi saat di Semarang (IDN Times/Dhana Kencana)

Madya Pramuardi tidak menafikan kelebihan penggunaan media sosial mampu membuat UMKM-nya eksis sampai saat ini. Bahkan, ia telah berhasil melewati masa sulit ketika pandemik COVID-19 melanda Indonesia.

Kala itu, penjualannya merosot drastis dan terpaksa ia harus melepas beberapa tenaga kerja lantaran minim pemasukan.

"Saat pandemik karena memang hampir tidak pernah ada kegiatan tatap muka (pameran/ ekspo), sehingga berpengaruh ke produksi dan penjualan kami. Otomatis ada efisiensi, pengetatan, sampai akhirnya terpaksa, maaf, harus melepas karyawan. Pilihan yang sulit saat itu," akunya saat ditemui IDN Times di Semarang, Jumat (5/5/2023).

3. Arus penjualan terbesar dari media sosial

Produk UMKM The Scraft saat pameran di Semarang (IDN Times/Dhana Kencana)

Pemilik UMKM The Scraft itu mengakui, jika penjualannya sebagian besar didapatkan dari media sosial. Media sosial juga menyelamatkan bisnisnya saat pandemik COVID-19, dengan modal keteguhan hati dan ketekunan semangat. Termasuk merelakan akun pribadinya lenyap, berganti menjadi akun resmi The Scraft, @craftandfurniture.

Kini, Madya menikmati hasilnya karena 70 persen dari penjualannya berasal dari media sosial Instagram.

"Sebagian besar penjualan saya saat ini dari media sosial Instagram. Yang kedua baru dari pameran. Media sosial banyak manfaatnya, paling tidak kita bisa tahu dan lebih dekat dengan pelanggan kita," katanya yang juga sudah menjadi UMKM Mitra Binaan BRI sejak tiga tahun terakhir.

4. Media sosial untuk feedback produk

Produk UMKM The Scraft Semarang, saat pameran (Instagram.com/craftandfurniture)

Bagi Madya, banyak manfaat yang didapatkan dari penggunaan media sosial. Antara lain dirinya bisa mengidentifikasi pelanggan, sarana berkomunikasi dengan mereka, termasuk pemberian feedback terhadap produk-produknya.

Ia menjelaskan, banyak mendapatkan insight mengenai penggunaan media sosial setelah bergabung dengan sejumlah komunitas UMKM, seperti di Rumah BUMN BRI Semarang.

"Dari media sosial, kemudian mereka saat tatap muka bilang, kalau tahu dari Instagram. Dengan begitu, kita kini tahu, pelanggan kita adalah kebanyakan perempuan berusia 18--45 tahun. Ya, anak-anak muda kuliahan dan juga ibu rumah tangga atau pasangan suami istri baru. Dari situ (media sosial), kita mendapatkan insight untuk pengembangan produk kita biar lebih baik," ujarnya.

5. Produk aman digunakan untuk rumah tangga

Produk UMKM The Scraft saat pameran di Semarang (IDN Times/Dhana Kencana)

Untuk diketahui, The Scraft menjual beragam alat makan dan perabotan rumah tangga dari kayu (kithenware/ kitchen utensils). Mulai dari sendok, spatula, piring, mangkuk saji, hingga talenan.

Bahan yang digunakan beradal dari limbah kayu pohon jati, mahoni, sonokeling, pinus, dan jenis pohon buah (nangka).

"Semua finishing produk kami pakai bahan alami, nontoxic dan sudah food grade standar internasional dan bersertifikat. Karena kita juga ekspor, sehingga hal-hal tersebut ikut diperhatikan, bagaimana lem, lapisan, dan bahannya, sehingga tidak asal-asalan," pungkas Madya.

Baca Juga: Transaksi QRIS Bikin The Scraft Semarang Makin Fleksibel

Berita Terkini Lainnya