TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pekerja UMKM Eboni Klaten Bisa Beli Rumah Sendiri Berkat Digitalisasi

Berdampak juga pada literasi dan inklusi keuangan

Aktivitas produksi UMKM jam tangan kayu Eboni Watch di Klaten, Jawa Tengah. (Instagram.com/eboniwatch)

Semarang, IDN Times - Pemanfaatan teknologi digital terus digiatkan untuk meningkatkan akses layanan keuangan sehingga bisa menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat. Termasuk kepada mereka yang berpenghasilan rendah dan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Kedua kelompok tersebut berperan dalam mendukung target inklusi keuangan sebesar 90 persen di tahun 2024.

1. UMKM potensial menyerap tenaga kerja

Aktivitas produksi UMKM jam tangan kayu Eboni Watch di Klaten, Jawa Tengah. (Instagram.com/eboniwatch)

Mengacu data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Republik Indonesia, sektor UMKM berkontribusi besar untuk perekonomian Nasional.

Hingga Maret 2023, kementerian yang dipimpin Airlangga Hartarto itu mencatatkan jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta unit dan menyumbang 61,9 persen Produk Domestik Bruto (PDB).

Selain itu, UMKM juga menyerap lebih banyak tenaga kerja yang mencapai 97 persen.

2. Digitalisasi menjadi roh Eboni Watch

Produk UMKM jam tangan kayu Eboni Watch dari Klaten, Jawa Tengah. (Instagram.com/eboniwatch)

Eboni Watch menjadi salah satu UMKM yang telah terdigitalisasi, dari hulu hingga hilir. Sejak tahun 2014 atau lebih dari 9 tahun, kini hampir 80 persen operasional UMKM produsen jam tangan kayu tersebut menggunakan teknologi digital. Mulai dari pemenuhan kebutuhan bahan baku yang dilakukan secara online hingga pemasaran atau penjualan produk melalui media sosial dan marketplace.

Pemilik UMKM Eboni Watch, Afidha Fajar Adhitya mengaku tidak minder meski usahanya dijalankan dari sebuah tempat di Desa Paseban Bayat, yang berbatasan antara Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dengan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pasalnya, teknologi yang ada di era saat ini ia manfaatkan betul, bahkan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari bisnisnya.

Ia percaya diri, berkat transformasi digital, produk jam tangan kayu Eboni Watch kini sudah mempunyai pangsa pasar tersendiri.

"Transformasi digital memudahkan kita (UMKM) yang dari desa ini bisa dikenal di seluruh Indonesia bahkan sampai luar negeri. Promosi bisa digunakan lebih tepat guna, efektif, dan efisien sehingga bisa membantu untuk mengetahui market dari produk kita. Tools-tools digital kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung kinerja dan produktivitas usaha. Di era sekarang, apa yang tidak mungkin selagi kita mau dan mampu. Kuncinya ya harus dipaksakan (bertransformasi digital)" katanya saat ditemui IDN Times di Semarang, Kamis (4/5/2023).

Baca Juga: Ekspansi UMKM Berkembang, Eboni Klaten Sukses Berkat Digitalisasi

3. Digitalisasi UMKM berdampak pada sosial ekonomi masyarakat

Pemilik UMKM Eboni Watch, Afidha Fajar Adhitya. (IDN Times/Dhana Kencana)

Transformasi digital yang dilakukan Fidha terhadap Eboni Watch tidak sekadar untuk urusan produk. Melainkan juga urusan lain seperti pengaturan keuangan, cashflow jual beli, hingga payroll (sistem penggajian) tenaga kerja.

Bapak satu anak itu meyakini, digitalisasi yang ia terapkan semata sebagai investasi masa depan Eboni dan harapannya bisa meningkatkan inklusi keuangan, baik untuk tenaga kerjanya maupun masyarakat di wilayah sekitar tempat usaha.

"Semua sudah terdigitalisasi di Eboni Watch. Saya investasikan semuanya ke sistem dan produknya. Selain sebagai investasi, juga bisa meningkatkan inklusi keuangan semuanya. Tidak hanya saya, tapi juga tenaga kerja dan masyarakat di sekitar bisa merasakan kebermanfaatan dari Eboni, baik langsung atau tidak langsung," ucap pria 32 tahun itu.

4. Percaya diri dengan tenaga kerja lokal

Aktivitas produksi UMKM jam tangan kayu Eboni Watch di Klaten, Jawa Tengah. (Instagram.com/eboniwatch)

Dalam menjalankan bisnis, Fidha tidak malu atau ragu untuk merekrut dan mempekerjakan orang lokal dari sekitar tempat usaha Eboni Watch.

Dari komposisi 28 sumber daya manusia (SDM) yang ada saat ini, sebanyak 78 persen tenaga kerja lebih berasal lokal. Sisanya, atau sebanyak 6 orang berasal dari tenaga kerja luar daerah.

"Sistem kita di Eboni bekerja dengan rasa kekeluargaan yang tegas dan profesional. Saya tidak ragu merekrut tenaga kerja lokal karena sebenarnya mereka adalah orang-orang yang rajin dan tekun jika benar cara menanganinya. Mereka kita bayar profesional, ada fasilitas, benefit asuransi, dan bonus sama perlakuannya dengan yang dari luar daerah, tidak ada perbedaan," aku Fidha.

5. Inklusi jadi dampak positif transformasi digital

Aktivitas produksi UMKM jam tangan kayu Eboni Watch di Klaten, Jawa Tengah. (Instagram.com/eboniwatch)

Dika Pradana menjadi salah satu tenaga kerja yang beruntung bisa bekerja di Eboni Watch. Sejak awal bergabung pada 2018, ia mengakui jika tidak memiliki kemampuan di bidang jam tangan kayu.

"Alhamdulillah sekarang sudah bisa beli rumah sendiri hasil kerja di Eboni, punya peternakan bebek, ayam, membantu keuangan orangtua, bisa menabung juga," ujarnya.

Fidha jeli melihat sisi lain dari sosok Dika meski berlatar belakang sebagai mantan pekerja di toko oleh-oleh bakpia jogja, yang bertolak belakang 360 derajat dari bisnis Eboni Watch.

"Dulu gak sat set, maklum lulusan SMA dari desa. Karena ketekunannya, mau belajar bersama, sekarang sudah jadi kepala produksi di Eboni. Maknyes hati ini, kebermanfaatan Eboni bisa dirasakan banyak orang, membantu keluarganya, sampai dia melek keuangan. Inklusi keuangan juga meningkatkan literasi dan taraf hidup seseorang," katanya yang sudah menjadi UMKM Mitra Binaan BRI sejak tahun 2020.

Baca Juga: Voucer Diskon Bikin Sejarah Usaha Eboni Klaten Eksis Dikenali

Berita Terkini Lainnya