Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

3 Kelebihan Anak Berani Membantah Orangtua, Berpikir Kritis!

ilustrasi anak bersama orangtuanya (pexels.com/Pavel Danilyuk))
Intinya sih...
  • Anak yang berani membantah orangtua dapat membentuk karakternya, seperti berpikir kritis, percaya diri, dan mandiri.
  • Keterampilan berbicara yang baik juga dapat terbentuk dari kebiasaan anak membantah, dengan asumsi orangtua bijak dalam mengatasi permasalahan.
  • Orangtua harus memberikan penjelasan lebih dalam agar anak mau mendengarkan dan tidak seenaknya melarang, serta mengelola sifat anak yang berani membantah agar bisa positif tanpa merugikan orang lain.

Jika ada anak yang membantah orangtua pasti diidentikkan dengan anak durhaka. Budaya yang mengakar dalam tradisi kita orangtua memiliki hak dihormati jadi bebas mengatur sang anak. Padahal ayah dan ibu yang bijak tidak boleh semena-mena dalam menghukum anak, tetap mempertimbangkan alasan dibalik sang anak yang berani melawan orangtua.

Dibalik banyaknya sisi negatif membantah larangan orangtua, ternyata ada hal positif yang dapat membentuk karakter sang anak. Kelebihan yang jarang disadari orangtua mulai dari cara anak berpikir kritis, menyukai diskusi dalam menyampaikan masalah hingga memiliki sifat percaya diri dan mandiri. Perlu digaris bawahi anak perlu arahan dari orangtua agar sifat membantah yang kerap dianggap buruk ini bisa menjadi positif dalam proses penyampaian.

1. Berpikir kritis penyebab rasa ingin tahu yang tinggi

ilustrasi berpikir kritis (pexels.com/Dany Castrejon)

Dalam membimbing anak agar bersifat disiplin, jujur, pintar, hingga harapan agar bisa sukses, orangtua menerapkan aturan untuk sang buah hati. Anak dengan karakter suka membantah tak serta merta menurutinya. Memiliki pola pikir kritis, ia pasti mempertanyakan alasan dibalik aturan yang berlaku.

Rasa ingin tahu yang tinggi, membuat orangtua harus memberikan jawaban yang tepat untuk anak. Tidak asal menjawab dengan nada marah atau memerintah yang justru sifat berani melawan anak semakin menjadi-jadi. Hal positifnya saat berpikir kritis, mereka menganalisa permasalahan lebih dalam dan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk masa depan. Jadi bisa melihat dibalik keburukan anak ada sisi positif yang bisa diambil, ya bunda.

2. Menyukai ruang diskusi untuk berdebat

ilustrasi diskusi (pexels.com/cottonbro studio)

Tahu gak kamu jika anak terbiasa membantah berarti memiliki keterampilan berbicara yang baik. Manfaatnya ia berani mengemukakan unek-uneknya secara jelas. Walaupun kemampuan berbicara dengan nada keras yang sering membuat orang sekelilingnya naik pitam.

Orangtua yang bijak mengatasi permasalah anak dengan keterbukaan dalam diskusi, sebab penyelesaian yang tepat saling mendengarkan pendapat satu sama lain. Hal ini berdampak pada keterampilan komunikasi dan pemikiran anak yang semakin berkembang dan kuat. Bahkan nanti saat anak terjun dalam lingkungan akan mempermudah memperluas relasi tanpa rasa takut mengeluarkan pendapat.

3. Memiliki karakter mandiri dan percaya diri

ilustrasi anak percaya diri bersama orangtuanya (pexels.com/RDNE Stock project)

Kebiasaan yang akan tertanam ketika anak berani membantah, maka ia tak ragu mengambil keputusannya sendiri. Disini peran orangtua dibutuhkan supaya keputusan anak tidak salah langkah dalam menentukan pilihan hidupnya. Akan tetapi ayah dan ibu tidak bisa seenaknya melarang anak jika alasannya kurang tepat, dibutuhkan penjelasan lebih dalam agar anak mau mendengarkan.

Sifat mandiri dan percaya diri yang melekat pada diri anak membantunya untuk terus bertahan dalam prinsip hidup. Anak karakter ini tidak bisa seenaknya ditindas orang lain, menghindarkan anak jadi korban bullying. Tetap perlu pengawasan agar perilaku kerasnya tidak menjadikan orang sombong dan suka menginjak-injak orang yang lemah.

Mengelola sifat anak yang berani membantah agar bisa positif tanpa merugikan orang lain dibutuhkan peran orangtua menyelesaikan permasalahan lewat diskusi terbuka. Supaya kemampuan anak dalam berpikir kritis dan mandiri dalam mengambil keputusan melekat pada dirinya. Orangtua tidak boleh otoriter, harus mau saling mendengarkan hingga menemukan kata mufakat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atul Hamdalah
EditorAtul Hamdalah
Follow Us