Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Menjadi Orangtua yang Mendukung Impian Anak Tanpa Memaksakan

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Julia M Cameron)
Intinya sih...
  • Dengarkan mimpi anak dengan serius, tunjukkan ketertarikan dengan pertanyaan sederhana.
  • Hindari membandingkan dengan anak orang lain, fokus pada potensi anak dan berikan kata-kata positif.
  • Berikan ruang untuk bereksplorasi, biarkan anak bereksperimen dan temukan passion mereka sendiri.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap anak punya mimpi yang kadang sederhana, kadang justru terdengar ajaib di telinga orangtua. Ada yang bercita-cita jadi dokter, guru, penulis, atlet, bahkan content creator. Reaksi pertama orangtua sering kali antara kagum sekaligus khawatir. Wajar, karena orangtua ingin yang terbaik dan masa depan yang aman untuk anak. Namun, jika terlalu cepat memotong atau menolak mimpi anak, justru bisa membuat mereka merasa tidak didukung.

Padahal, tugas utama orangtua bukanlah memilihkan jalan hidup anak, tapi menjadi pendamping setia dalam perjalanan mereka. Mendukung impian anak tanpa memaksakan kehendak memang butuh kesabaran ekstra. Tetapi, hasilnya sangat berharga: anak tumbuh percaya diri, berani mencoba hal baru, dan merasa selalu punya "rumah" untuk kembali meski gagal sekalipun. Berikut ini enam cara menjadi orangtua yang mendukung impian anak tanpa memaksakan. Yuk, terapkan!

1. Dengarkan mimpi anak dengan serius

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Annushka Ahuja)
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Annushka Ahuja)

Anak biasanya hanya butuh telinga yang mau mendengarkan. Saat mereka bercerita tentang mimpinya, sebaiknya orangtua jangan buru-buru menilai atau memberi komentar negatif. Cukup dengarkan, anggukkan kepala, dan tunjukkan ketertarikan dengan pertanyaan sederhana seperti, "Apa yang bikin kamu suka profesi itu?" atau "Kenapa kamu ingin jadi itu?" Hal-hal kecil seperti inilah yang bisa membuat anak merasa dihargai dan pecaya bahwa suaranya punya arti.

Mendengarkan dengan serius bukan berarti harus langsung setuju dengan semua ide mereka. Tetapi, mendengar artinya memberi ruang agar anak merasa aman bercerita. Anak yang terbiasa ditolak sejak awal bisa jadi enggan berbagi mimpi lagi, bahkan mungkin merasa orangtuanya tidak pernah memahami dirinya. Maka, jadilah pendengar yang hangat sebelum memberi masukan.

2. Hindari membandingkan dengan anak orang lain

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Julia M Cameron)

Kalimat perbandingan seperti, "Lihat tuh, anak tetangga sudah begini, kamu kapan?" bisa melukai perasaan anak. Orangtua perlu ingat bahwa setiap anak punya kecepatan dan jalannya sendiri. Membandingkan mereka dengan orang lain hanya akan menumbuhkan rasa minder dan membuat mereka kehilangan motivasi untuk mengejar mimpinya. Ingat, anak bukan sedang berlomba dengan siapapun, mereka sedang membangun versi terbaik dari dirinya sendiri.

Daripada membandingkan, cobalah fokus pada potensi anak. Kata-kata positif akan menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Anak yang merasa didukung tanpa dibandingkan akan lebih berani melangkah, karena tahu orangtuanya percaya pada mereka.

3. Berikan ruang untuk bereksplorasi

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Impian tidak tumbuh dalam semalam. Anak butuh waktu untuk mencoba berbagai hal, gagal, lalu menemukan jalan yang benar-benar mereka sukai. Sebagai orangtua, memberikan ruang eksplorasi ini sangat penting. Misalnya, jika anak tertarik pada musik, biarkan mereka ikut les atau tampil dalam acara kecil. Dari situ, mereka belajar proses, bukan hanya hasil akhir.

Kadang orangtua ingin anak cepat "jadi" sesuatu. Namun, terlalu cepat menuntut justru bisa membuat anak tertekan. Biarkan mereka bereksperimen, bahkan jika akhirnya mereka berubah pikiran. Justru dari proses coba-coba inilah anak bisa memahami apa yang benar-benar menjadi passion mereka. Dengan begitu, impian yang mereka pilih nantinya lebih matang dan realistis.

4. Dukung dengan fasilitas seperlunya

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Kevin Malik)
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Kevin Malik)

Dukungan orangtua tidak harus selalu dalam bentuk fasilitas mahal. Memberikan yang sederhana tapi konsisten justru lebih bermakna. Misalnya, anak suka menggambar, cukup sediakan buku sketsa dan pensil warna dulu. Jika ternyata minatnya berlanjut dan serius, barulah perlahan menambah fasilitas sesuai kemampuan.

Cara ini bukan hanya realistis, tapi juga mengajarkan anak soal tanggung jawab. Mereka akan belajar bahwa dukungan orangtua adalah sesuatu yang berharga dan perlu dijaga. Selain itu, dengan dukungan bertahap, anak merasa orangtuanya benar-benar mendampingi proses mereka, bukan hanya sekadar memenuhi keinginan sesaat.

5. Ajak anak untuk belajar dari role model

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Anak cenderung lebih termotivasi jika punya panutan nyata. Orangtua bisa membantu dengan mengenalkan kisah orang-orang sukses di bidang yang sama dengan minat anak. Misalnya, jika anak suka menulis, ceritakan perjuangan penulis terkenal yang awalnya sering ditolak penerbit. Dengan begitu, anak tahu bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju keberhasilan.

Selain tokoh publik, role model juga bisa datang dari orang terdekat. Misalnya, guru, pelatih, atau bahkan teman yang inspiratif. Dengan melihat perjalanan orang lain, anak bisa mendapat gambaran lebih jelas tentang langkah-langkah yang harus ditempuh untuk meraih mimpi. Orangtua yang aktif menghadirkan cerita inspiratif berarti menanamkan keyakinan bahwa jalan menuju impian itu mungkin dijalani.

6. Jadi support system terkuat

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Pada akhirnya, impian anak bisa berhasil atau gagal. Tetapi yang akan selalu mereka ingat adalah bagaimana orangtuanya mendampingi. Menjadi support system bukan berarti menyelesaikan semua masalah anak, melainkan ada di samping mereka saat senang maupun jatuh. Kalimat sederhana yang memahami dan memvalidasi perasaan anak ketika gagal bisa jadi energi besar bagi mereka untuk bangkit.

Dukungan emosional semacam ini akan melekat sampai mereka dewasa. Anak akan merasa aman mencoba hal baru karena tahu ada orang yang selalu percaya pada mereka. Dengan menjadi support system terkuat, orangtua bukan hanya mendukung impian anak, tapi juga membangun fondasi kepercayaan diri yang akan mereka bawa seumur hidup.

Itu tadi 6 cara menjadi orangtua yang mendukung impian anak tanpa memaksakan apa pun pada mereka. Mendukung impian anak tanpa memaksakan memang butuh latihan sabar, apalagi kalau jalannya terasa jauh dari "jalur aman". Namun, bukankah kebahagiaan terbesar orangtua adalah melihat anak tumbuh bahagia dan percaya diri? Ingat, orangtua bukan sekadar penonton dalam cerita hidup anak, tapi juga pendorong yang membuat mereka berani melangkah lebih jauh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us

Latest Life Jawa Tengah

See More

6 Cara Menjadi Orangtua yang Mendukung Impian Anak Tanpa Memaksakan

02 Okt 2025, 07:00 WIBLife