Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Alasan Pasangan Mengalami Post Wedding Blues, Bukan Kurang Bahagia

ilustrasi pasangan menikah
ilustrasi pasangan menikah (pexels.com/Jonathan Borba)
Intinya sih...
  • Euforia pernikahan turun drastis dalam waktu singkat
  • Kelelahan mental baru terasa setelah semua acara selesai
  • Ekspektasi hidup menikah tidak langsung bertemu realita
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernikahan sering dibayangkan sebagai akhir dari semua penantian panjang yang melelahkan. Setelah hari besar berlalu, banyak pasangan berharap hidup langsung terasa lebih tenang dan penuh kehangatan. Namun, tidak sedikit yang justru merasa ada ruang kosong yang sulit dijelaskan.

Perasaan itu kerap datang diam diam dan membuat seseorang mempertanyakan perasaannya sendiri. Bukannya bahagia tanpa alasan, justru muncul rasa bingung yang tidak tahu harus dibicarakan ke siapa. Untuk memahami kondisi itu, mari kenali beberapa alasan yang kerap memicu post wedding blues pada pasangan.

1. Euforia pernikahan turun drastis dalam waktu singkat

ilustrasi wanita dan pria saling bersandar
ilustrasi wanita dan pria saling bersandar (pexels.com/terence b)

Persiapan pernikahan membuat emosi terus berada di titik tertinggi selama berbulan bulan. Setiap hari dipenuhi jadwal, keputusan, dan ekspektasi yang menyita energi. Tanpa disadari, tubuh terbiasa hidup dalam ritme yang sangat intens.

Ketika semua acara selesai, ritme itu berhenti mendadak. Emosi yang sebelumnya penuh tiba tiba turun tanpa peringatan. Rasa kosong ini muncul bukan karena kurang bahagia, tetapi karena perubahan emosi yang terjadi terlalu cepat.


2. Kelelahan mental baru terasa setelah semua acara selesai

ilustrasi pria memeluk wanita saat tidur
ilustrasi pria memeluk wanita saat tidur (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Selama masa persiapan, banyak pasangan menekan rasa lelah demi memastikan semuanya berjalan lancar. Fokus utama hanya tertuju pada acara dan kepuasan orang orang di sekitar. Kebutuhan emosional diri sendiri sering kali dikesampingkan.

Setelah pernikahan usai, tubuh mulai meminta jeda. Pikiran yang sebelumnya dipaksa kuat akhirnya melemah dan lebih sensitif. Di fase inilah kelelahan mental muncul dan memengaruhi suasana hati tanpa disadari.


3. Ekspektasi hidup menikah tidak langsung bertemu realita

ilustrasi wanita memegang buku sedang menatap pria
ilustrasi wanita memegang buku sedang menatap pria (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Banyak orang membayangkan kehidupan menikah akan penuh momen manis setiap hari. Gambaran ini terbentuk dari cerita, media sosial, dan harapan pribadi yang terus dipupuk. Realita ternyata datang dengan ritme yang jauh lebih sederhana.

Rutinitas, tanggung jawab, dan penyesuaian langsung mengambil alih keseharian. Saat harapan tidak langsung terpenuhi, rasa kecewa muncul pelan pelan. Perasaan ini bukan kegagalan, melainkan bagian dari proses adaptasi yang wajar.


4. Perubahan peran terjadi lebih cepat dari kesiapan emosi

ilustrasi wanita membersihkan rumah
ilustrasi wanita membersihkan rumah (pexels.com/Annushka Ahuja)

Status sebagai pasangan menikah membawa perubahan besar dalam cara memandang diri sendiri. Peran sebagai suami atau istri datang bersama tanggung jawab baru. Tidak semua orang siap menjalaninya dalam waktu singkat.

Tekanan emosional sering muncul tanpa alasan yang jelas. Rasa bingung dan tidak yakin pada diri sendiri bisa hadir tiba tiba. Inilah salah satu bentuk post wedding blues yang sering tidak disadari.


5. Tekanan sosial justru meningkat setelah menikah

ilustrasi pasangan duduk dan berpegangan tangan
ilustrasi pasangan duduk dan berpegangan tangan (pexels.com/Timur Weber)

Setelah menikah, pasangan mulai menerima banyak komentar dan harapan dari lingkungan. Pertanyaan tentang rumah tangga, rencana masa depan, hingga peran dalam keluarga terus berdatangan. Semua itu bisa terasa membebani tanpa disadari.

Tekanan untuk selalu terlihat bahagia membuat pasangan sulit jujur pada emosinya sendiri. Ketika kenyataan tidak selalu seindah ekspektasi orang lain, rasa bersalah muncul. Perlahan, tekanan sosial ini menggerus ketenangan emosional.


6. Waktu berdua tidak selalu langsung bertambah

ilustrasi pria dan wanita sedang bekerja menggunakan laptop
ilustrasi pria dan wanita sedang bekerja menggunakan laptop (pexels.com/Karola G)

Banyak pasangan berharap pernikahan memberi lebih banyak waktu bersama. Kenyataannya, urusan keluarga dan pekerjaan justru menyita perhatian di awal pernikahan. Waktu intim yang dibayangkan tidak langsung terwujud.

Ketidaksesuaian ini sering memicu kekecewaan yang tidak terucap. Bukan karena cinta berkurang, tetapi karena harapan yang terlalu tinggi. Seiring waktu, ritme baru akan terbentuk dengan sendirinya.


7. Post wedding blues masih dianggap hal yang tabu

ilustrasi pasangan duduk bersama di tempat tidur
ilustrasi pasangan duduk bersama di tempat tidur (pexels.com/Alex Green)

Perasaan sedih setelah menikah sering dianggap tidak pantas. Banyak orang memilih diam karena takut dicap tidak bersyukur. Akibatnya, emosi dipendam dan terasa semakin berat.

Padahal, membicarakan perasaan justru membantu proses penyesuaian. Mengakui bahwa fase ini ada bukan berarti pernikahan salah. Ini adalah bagian normal dari perjalanan emosional pasangan.

Post wedding blues bukan tanda bahwa pernikahan gagal atau kurang bahagia. Kondisi tersebut merupakan respons alami terhadap perubahan besar dalam hidup. Setiap pasangan memiliki waktu adaptasi yang berbeda dan tidak perlu disamakan. Pernikahan bukan tentang selalu bahagia setiap hari, melainkan tentang tumbuh bersama di setiap fase, termasuk saat rasanya membingungkan.


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us

Latest Life Jawa Tengah

See More

Cerita Rakyat Jawa Tengah, Timun Mas si Gadis Cerdik Kalahkan Raksasa

28 Des 2025, 23:00 WIBLife