Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Cara yang Dapat Kamu Lakukan untuk Menangani Krisis Iklim  

Ilustrasi menyuarakan keresahan masalah krisis iklim (pexels.com/Markus Spiske)
Ilustrasi menyuarakan keresahan masalah krisis iklim (pexels.com/Markus Spiske)
Intinya sih...
  • Krisis iklim perlu diatasi dengan langkah konkret
  • Polanya bisa dimulai dari perubahan pola belanja dan konsumsi makanan
  • Pemanfaatan sosial media untuk menyebarkan informasi tentang lingkungan juga penting

Krisis iklim merupakan masalah lingkungan yang paling banyak dibicarakan saat ini. Banyak kajian yang mulai memaparkan secara jelas bagaimana krisis iklim terjadi dan cara-cara untuk mencegahnya berdampak lebih besar terhadap kehidupan manusia.

Namun, sebagian besar dari solusi yang ada, hanya berkutat dengan solusi makro yang menyasar seputar perombakan kebijakan ekonomi hingga pengkajian ulang regulasi yang berkaitan dengan aktivitas industri yang besar.

Padahal, kamu tidak perlu berpangku tangan dan menunggu para pemimpin bergerak untuk mengatasi permasalahan ini. Kamu juga bisa mengambil peran yang dimulai dari mengubah pola hidup dan pola berpikir agar tidak memberikan dampak yang lebih buruk terhadap lingkungan.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan sebagai jalan untuk mengambil langkah dalam mencegah krisis iklim mencapai dampak yang lebih besar. Dimulai dari satu langkah kecil, kamu bisa menyelamatkan lingkungan dan masa depan manusia!

1. Memegang Prinsip Keberlanjutan dalam Setiap Pembelian

llustrasi mempertimbangkan pembelian untuk konsumsi yang berkelanjutan (pexels.com/Sarah Chai)
llustrasi mempertimbangkan pembelian untuk konsumsi yang berkelanjutan (pexels.com/Sarah Chai)

Selama ini kamu memasuki era konsumerisme yang membawa pada pola berbelanja yang berlebih. Tanpa disadari, kamu sering membeli barang hanya karena ‘ingin’ bukan karena kebutuhan. Hingga akhirnya, sebagian besar barang yang kamu beli hanya terpajang atau bahkan terbuang sia-sia. 

Barang-barang itu akan mengalir menuju tempat pembuangan akhir yang nantinya menjadi bencana baru bagi manusia. Dan semua itu terjadi hanya karena pola berbelanja yang tidak kamu sadari.

Maka dari itu, kamu perlu mengubah pola berbelanja dengan menanamkan prinsip keberlanjutan. Kamu bisa memulai dengan mempertanyakan dirimu sendiri, sebanyak apakah sumber daya yang dibutuhkan untuk hidup secara normal.  

Selanjutnya, ketika akan berbelanja, kamu bisa meriset produk yang ramah lingkungan sekaligus merencanakan daftar belanja yang dibutuhkan agar terhindar dari pembelian yang tidak terduga. Sehingga kamu bisa memanfaatkan sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya tanpa memberi dampak buruk bagi lingkungan.

2. Menciptakan Pola Konsumsi yang Ramah Lingkungan

Ilustrasi berbelanja dengan prinsip keberlanjutan (pexels.com/Sarah Chai)
Ilustrasi berbelanja dengan prinsip keberlanjutan (pexels.com/Sarah Chai)

Kamu sering kali memproduksi makanan secara berlebihan tanpa menakar kebutuhan konsumsi kamu setiap harinya. Kamu juga sering membeli bahan makanan yang melimpah, tanpa ada perencanaan konsumsi yang matang. Sehingga, makanan yang tidak dikonsumsi dengan baik akan berakhir menjadi limbah dan berdampak buruk terhadap lingkungan.

Kamu bisa berkontribusi terhadap persoalan lingkungan dengan jalan mengubah pola konsumsimu. Kamu bisa memulai dengan cara memperhitungkan kebutuhan konsumsi dalam periode tertentu. Selanjutnya, melakukan meal preparation agar bisa menakar makanan yang akan kamu olah dan memperbanyak bahan makanan nabati dalam menu makanan, karena produk nabati terbukti menghasilkan sedikit emisi dalam proses produksinya. 

Selain itu, kamu bisa mengonsumsi makanan lokal yang tersedia sehingga tidak ada jejak karbon yang banyak dalam proses distribusinya. Dan yang terpenting, kamu dapat melakukan mindful-eating agar bisa menghargai dan memahami bahwa proses mengonsumsi kamu adalah pengejawantahan dari mencintai kehidupan.

Dengan mengubah pola konsumsi itu, bisa kamu bayangkan pada masa yang akan datang dapat mengurangi limbah makanan dan distribusi makanan dapat lebih merata ke semua masyarakat, tidak ada lagi makanan yang tidak dimanfaatkan dengan bijak.

3. Menghapus Jejak Digital yang Menghasilkan Emisi

Ilustrasi teknologi digital (pexels.com/Freestocks)
Ilustrasi teknologi digital (pexels.com/Freestocks)

Salah satu sarana komunikasi yang paling sering kamu gunakan adalah email, karena kegunaannya yang mempermudah untuk berkirim data dengan cepat. Namun, kamu harus memahami, bahwa aktivitas ini dapat menghasilkan emisi yang membawa dampak buruk bagi lingkungan.

Email yang kamu terima membutuhkan energi untuk disimpan di server. Makin banyak email yang menumpuk, maka makin besar energi yang dibutuhkan. Namun, sebagian dari energi yang kamu gunakan masih bergantung kepada energi batu bara, salah satu sumber energi yang menghasilkan emisi karbon.

Nah, salah satu tindakan sederhana yang dapat kamu lakukan adalah menghapus email yang tidak lagi dibutuhkan. Kamu bisa meluangkan waktu lima menit setiap harinya untuk menghapus tumpukan email. Sehingga, kamu bisa berkontribusi untuk mengurangi penggunaan energi yang dapat menghasilkan emisi bagi lingkungan.

4. Mempertimbangkan Liburan yang Ramah Lingkungan

Ilustrasi liburan keluarga di taman (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
Ilustrasi liburan keluarga di taman (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Salah satu aktivitas yang paling sering menggunakan kendaraan adalah berlibur. Rasanya tak afdal kalau kamu tidak update postingan di jendela pesawat atau mobil, menandakan sesi berlibur akan segera dimulai. Namun, kamu tidak menyadari, bahwa kegiatan liburan yang dijalani dapat menghasilkan emisi bagi lingkungan. 

Hal itu terjadi karena sebagian besar kendaraan yang kamu gunakan masih menggunakan bahan bakar yang menghasilkan emisi, misalnya bensin, solar, hingga avtur. Hasil pembakaran bahan tersebut akan menghasilkan karbon yang akan terlepas langsung ke udara. 

Maka dari itu, kamu bisa mengambil langkah untuk melakukan perjalanan yang mengedepankan nilai keberlanjutan, mulai dari mempertimbangkan destinasi ramah lingkungan yang berbasis alam, hingga kamu bisa mengunjungi wisata lokal yang jaraknya lebih dekat dari tempat tinggalmu. Sehingga, kamu dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dari perjalanan yang kamu lakukan.

5. Menggunakan Sosial Media untuk Berkontribusi terhadap Lingkungan

Ilustrasi penggunaan sosial media (pexels.com/Cottonbro Studio)
Ilustrasi penggunaan sosial media (pexels.com/Cottonbro Studio)

Kamu biasanya menggunakan sosial media setiap hari. Setiap aktivitas yang kamu lakukan, apa yang kamu makan, apa yang kamu lihat saat ini, bahkan cara kamu berkomunikasi telah dipengaruhi oleh sosial media. 

Namun, sosial media tidak hanya hiburan semata. Nyatanya, kamu dapat memanfaatkan sosial media untuk berkontribusi terhadap penanganan iklim. Kamu bisa memulai dengan menyebarkan informasi tentang lingkungan di akun pribadi, bahkan sesederhana berdonasi kepada komunitas atau gerakan yang aktif menyebarkan edukasi di sosial media. 

Maka dari itu, kekuatan yang dimiliki sosial media dapat kamu manfaatkan semaksimal mungkin untuk membangun kesadaran bersama dan berkolaborasi dalam penanganan lingkungan.

6. Mengawasi dan Terlibat Langsung dalam Pelaksanaan Program Krisis Iklim yang Dijalankan Pemerintah

Ilustrasi berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan (pexels.com/Mikhail Nilov)
Ilustrasi berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kamu dapat memberikan kontribusi terhadap penanganan lingkungan dengan jalan mengawasi dan terlibat langsung dalam setiap program iklim yang dilaksanakan pemerintah. Kamu dapat aktif menyuarakan pendapat, terlibat dalam sektor-sektor yang diprioritaskan, hingga ikut serta dalam mengkaji kebijakan lingkungan yang ada melalui berbagai akses informasi atas seluruh program dan kebijakan pemerintah.

Makin besar animo masyarakat terhadap program iklim yang dilaksanakan, maka makin besar kesempatan program tersebut akan memperoleh prioritas utama bagi Pemerintah. Maka dari itu, dengan aktif mengawasi, bersuara dan mengadvokasi persoalan program tersebut, kamu dapat memperbaiki sistem penanganan krisis iklim yang terjadi di Indonesia. 

Dengan demikian, ada banyak cara agar kamu dapat berkontribusi terhadap penanganan iklim, mulai dari pola berbelanja, konsumsi, hingga bagaimana kamu memanfaatkan sosial media untuk menyuarakan dampak krisis iklim yang telah kamu hadapi bersama. Maka dari itu, tidak ada lagi alasan yang tepat untuk menunda partisipasi kamu dalam mengurangi dampak krisis iklim bagi kehidupan. Jadi, sudah siapkah kamu mengambil langkah progresif itu?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nur Fitriani Ramadhani
EditorNur Fitriani Ramadhani
Follow Us