Cara Magenta Pegadaian Ubah Gaya Hidup Demi Mengemaskan Indonesia

- Icha, tenaga magang generasi bertalenta (Magenta) Pegadaian Poncol, berhasil lolos seleksi dari 120 pelamar.
- Sebagai Magenta, Icha mengubah gaya hidupnya dengan gemar menabung emas dan melek investasi.
- Icha berhasil gaet 50 nasabah tabungan emas digital setiap bulannya dan berharap program magangnya bisa diperpanjang.
Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Pepatah tersebut tampaknya dipahami betul oleh Icha.
Icha yang berlatar belakang pendidikan S-1 jurusan bimbingan konseling setidaknya bisa beradaptasi dengan cepat tatkala pertama kali menginjakan kakinya di Kantor Pegadaian Cabang Poncol Semarang.
Tepatnya mulai 5 Mei 2025 silam Icha mendapatkan pengalaman baru menjadi tenaga magang generasi bertalenta (Magenta) Pegadaian Poncol.
Kala itu nasibnya bisa dikatakan mujur. Sebab dari total 120 pelamar lowongan tenaga Magenta area Semarang, Icha dan seorang temannya bernama Farhan berhasil lolos seleksi yang diadakan kantor pusat Pegadaian.
Keputusannya melamar jadi tenaga Magenta semata karena pekerjaan yang ia geluti 1,5 tahun sebelumnya dirasa stagnan.
"Karena sebelumnya ngerasain belum dapat pengembangan, jadinya saya coba-coba nyari lowongan di BUMN. Cuman saya sadar kalau melamar karyawan BUMN agak susah, akhirnya pas ngulik info dan ketemu lowongan Magenta di Pegadaian. Pegadaian waktu itu lagi membutuhkan tenaga digital representatif," kata lulusan FKIP Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) tahun 2023 ini saat membuka obrolan dengan IDN Times, Rabu (3/9/2025).
Tak disangka ketertarikannya jadi tenaga Magenta direspon cepat oleh kantor pusat Pegadaian. Selang dua minggu memasukkan berkas pendaftaran, perempuan bernama lengkap Icha Fitri Cahyani ini mendapat kabar bahagia pada awal Mei.
"April ngurus pendaftaran. Mulai masukin transkip nilai, SKCK terus ada video assesment. Dua minggu kemudian kira kira akhir April dapat email dari Pegadaian dinyatakan lolos. Surat tugas keluar Mei tanggal 2. Tanggal limanya diinfo mulai magang di Pegadaian Poncol selama enam bulan sampai akhir Oktober," ujar lajang berusia 23 tahun tersebut.
Icha yang awalnya suka nongkrong, kini jadi gemar menabung emas

Niatnya memilih Pegadaian sebagai tempat magang semata karena familiar dengan ragam produknya. Selain itu penempatannya sebagai tenaga Magenta bidang digital representatif juga tak jauh dari ilmu teori yang ia serap saat kuliah.
"Saya tidak begitu kagok. Bedanya kalau pelajaran waktu kuliah hubungannya sama konseling anak sekolah, tapi di Pegadaian fokusnya komunikasi ke nasabah. Karena saya terbiasa interaksi sama banyak orang, jadi pas magang gampang menyesuaikan," akunya.
Menjadi Magenta Pegadaian tak cuma menambah pengalaman. Rupanya Icha juga belajar mengubah penampilannya hampir 180 derajat. "Saya sebelum kerja di sini tidak bisa dandan. Untungnya Mbak Anggi perhatian banget. Jadinya saya diajari menjaga penampilan saat ketemu nasabah," katanya. Mbak Anggi yang dimaksud tak lain ialah Kepala Cabang Pegadaian Poncol.
Maka sejak itu, selama magang wajahnya selalu segar. Penampilannya yang menarik dan ramah terlihat ketika IDN Times menemuinya di kafe sebelah Pegadaian Poncol saat jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB sore.
Perubahan drastis lainnya dari sulung dua bersaudara ini terlihat dari gaya hidupnya. Icha seperti layaknya Gen Z pada umumnya yang sering nongkrong di kafe, perlahan mulai melek investasi.
Uang honornya sebagai tenaga Magenta tak lagi dihamburkan. Melainkan kini sedikit demi sedikit ditabung.
"Ternyata magang di Pegadaian bisa mengubah gaya hidup. Contohnya saya sekarang melek investasi, selama di sini saya harus pintar nabung. Saya otomatis juga pakai aplikasi tabungan emas. Soalnya saya sadar biar nasabah paham layanan digital Pegadaian maka saya harus pelajari aplikasinya dulu. Keuntungan nabung emas bisa saya rasakan langsung, pergerakan harga emas memang cepat sekali," ungkapnya.
"Sampai-sampai sejak magang di Pegadaian saya bisa nyicil beli cincin dan gelang ini lho, Mas," katanya sembari menunjukkan perhiasan kesayangannya tersebut.
Berhasil gaet 50 nasabah tabungan emas digital saban bulan

Icha yang sehari-hari berkutat pada layanan digital memiliki peran penting dalam menyosialisasikan manfaat aplikasi tabungan emas Pegadaian. Selama enam hari ia rutin bertugas di Kantor Pegadaian Poncol mulai jam 07.30 WIB-16.00 WIB.
Tugas Icha sebagai Magenta Pegadaian mulai dari mengenalkan keunggulan fitur aplikasi tabungan emas, pengenalan program cicil emas beserta besaran angsuran flat untuk tenor 3 bulan hingga 24 bulan. Termasuk juga Icha gencar menyosialisasikan tarif cetak resi emas yang jarang masyarakat ketahui.
"Biaya cetak resi emas mulai Rp100 ribu sampai Rp5 jutaan untuk per 1 gram sampai 100 gram," tutur Icha.
Dari banyak nasabah Pegadaian yang ia temui, kebanyakan yang tertarik menggunakan aplikasi tabungan emas justru bapak-bapak pensiunan pegawai, para Millennial dan sebagian Gen Z. Mereka rata-rata membuka saldo tabungan emas mulai Rp10 ribu hingga jutaan rupiah.
"Kalau anak muda seperti saya seringnya langsung datang ke sini, nanya-nanya info habis itu langsung download aplikasinya. Tapi kalau bapak-bapak umumnya tertarik pakai aplikasi tabungan emas buat tabungan cadangan. Malah ada bapak-bapak yang langsung nabung saldo Rp30 juta," paparnya.
Apabila sedang ramai nasabah, Icha bisa menyosialisasikan layanan digital tabungan emas kepada 20-25 orang saban hari. Sedangkan rata-rata per bulannya Icha bisa menggaet 50 nasabah baru untuk tabungan emas.
"Kalau dirata-rata per bulan sejak saya jadi Magenta, ada 50 nasabah baru yang tertarik buka aplikasi tabungan emas," sambungnya.
Berada di lingkungan budaya kerja yang positif

Icha mengaku beruntung bisa jadi Magenta Pegadaian. Selain mendapat honor Rp100 ribu per hari ditambah jaminan asuransi kecelakaan kerja, lingkungan kerja di Pegadaian membuatnya betah.
"Budaya kerja di sini positif. Mulai saya diajari menjaga penampilan yang menarik, ramah sama nasabah, dapat pengalaman berbaur sama semua orang, belajar mengatasi komplain dari nasabah. Terus relasinya tambah banyak," urainya.
Dengan banyaknya perubahan positif selama jadi Magenta Pegadaian, dirinya berharap program tersebut bisa diperpanjang. Disamping itu Icha juga mengharapkan agar Pegadaian terus berupaya mengembangkan fitur-fitur aplikasi tabungan emas.
"Karena ada beberapa fitur belum tersedia. Semoga ke depan fiturnya disederhanakan lagi supaya bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah sepuh lebih paham manfaat nabung emas dari aplikasi smartphone," pintanya.
Tak lupa ia melangitkan doa agar Pegadaian senantiasa memiliki grafik kinerja yang positif dengan nasabah yang terus tumbuh ke semua lapisan masyarakat. Bagi Pegadaian yang telah memberinya kesempatan magang selama enam bulan lamanya, ia turut mengucapkan rasa syukur dan sangat berterima kasih.
"Dengan adanya Pegadaian Poncol sudah sangat membantu saya membangun pribadi yang semakin baik, mengembangkan karakter diri. Terima kasih atas keramahan teman-teman Pegadaian sehingga saya bisa diterima dengan baik," bebernya.
Sedangkan Farhan juga mendapatkan banyak manfaat selama menjadi Magenta Pegadaian. Jika Icha punya rutinitas di Pegadaian Poncol, Farhan justru lebih banyak berkeliling di sejumlah kantor unit cabang pembantu Pegadaian.
Sebut saja ia kerap menyambangi kantor cabang pembantu Pegadaian Jalan Dr Cipto Semarang Timur dan unit kantor lainnya.
Boleh dibilang jadi Magenta Pegadaian memberikan pengalaman baru baginya. Selain kerap bertatap muka dengan berbagai karakter nasabah, kegiatan magangnya di unit cabang pembantu Pegadaian membuatnya mengenal lebih mendalam segala kesulitan keuangan yang dihadapi masyarakat.
Nasabah Gen Z mulai tumbuh berkat digitalisasi tabungan emas

Pemimpin Cabang Pegadaian Poncol Semarang, Risky Anggia mengatakan, peran dua tenaga Magenta cukup vital dalam membantu menggencarkan sosialisasi layanan digital tabungan emas.
"Dua petugas magang di kantor kami direkrut dari program Magenta yang diadakan kantor pusat Pegadaian. Kontribusi mereka cukup besar karena tugas-tugasnya memang fokus menyosialisasikan, mengedukasi ke nasabah terkait keunggulan tabungan emas digital," kata Anggi kepada IDN Times.
Di area Kota Semarang, Pegadaian Poncol merupakan satu dari sekian unit cabang yang mampu menjangkau masyarakat. Cabang Pegadaian lainnya di Ibukota Jateng ada di Pegadaian Majapahit, Pegadaian Depok, Pegadaian Banyumanik, Pegadaian Kalibanteng, Pegadaian Pedurungan, Pegadaian Ngaliyan, Pegadaian Kaligarang dan Pegadaian Karangturi.
Di Pegadaian Poncol mayoritas nasabahnya didominasi baby boomers dan millennial. Namun dengan adanya layanan tabungan emas digital perlahan mampu menumbuhkan jumlah nasabah baru dari kalangan Gen Z.
"Pelanggan kami tetap paling banyak baby boomers. Kemudian ada juga sebagian nasabah baru dari anak-anak Gen Z yang mulai meningkat. Yang dari Gen Z ini awalnya coba-coba aplikasi tabungan emas. Lalu karena merasa lebih fleksibel, semua transaksi bisa satu genggaman, jadinya mereka banyak yang mutusin pakai tabungan emas digital," kata Anggi.
Apabila di kantor pusat Pegadaian semenjak program bank emas diresmikan pada Februari sampai Juli 2025 terdapat simpanan deposito emas sebanyak 18 ton. Maka Pegadaian Poncol mencatatkan raihan deposito emas dalam kurun waktu yang sama sudah mencapai 2,5 kilogram.
Adapun nasabah tabungan emas Pegadaian Poncol ditargetkan sampai Desember bisa mencapai 2.500-an orang. "Tetapi sampai saat ini nasabah kami dari layanan tabungan emas digital sudah tercapai 3.300 orang," paparnya.
Nasabah tabungan emas tumbuh di kota besar se-Jateng DIY

Berdasarkan keterangan Deputi Operasional Kanwil XI Semarang, Ali Mustaat, pihaknya juga senantiasa menginformasikan kepada para petugas outlet cabang Pegadaian untuk giat menyosialisasikan layanan digital tabungan emas. Karena sebenarnya memakai digital tabungan emas lebih nyaman, tidak perlu ngantre dan tidak perlu repot ke outlet.
"Cukup mengakses melalui smartphone. Misal kita butuh uang jam 10 malam, kita punya TE (tabungan emas) ya tinggal transfer saja ke rekening. Memang aplikasi digital tabungan emas ini tujuannya untuk memudahkan mobilitas nasabah," urainya.
Jumlah nasabah tabungan emas digital di wilayah Pegadaian Kanwil XI Jateng-DIY sudah ada 18 ribu orang dari total target tahunan yakni 20 ribu nasabah.
"Khusus tabungan emas, nasabahnya tumbuh di kota-kota besar. Mulai di Semarang, Kota Solo, Kota Yogyakarta, Kabupaten Kudus, sebagian Jepara dan Kota Tegal. Sisanya wilayah lain nasabahnya kecil-kecil tetapi merata," ungkap Ali saat ditemui IDN Times ketika pertengahan Agustus kemarin.
Apabila ditilik dari pergerakan jumlah nasabah tabungan emas, pihaknya mencatat ada pertumbuhan hampir 25 persen di kota-kota besar tersebut. Pasalnya, masyarakat perkotaan kini mulai senang berinvestasi emas karena harganya terus bergerak naik setiap saat.
Di samping itu segmentasi pelaku usaha UMKM banyak berkembang di kota besar turut mempengaruhi perilaku masyarakat untuk memilih menggunakan aplikasi digital tabungan emas.
"Banyak usaha di kota besar merekalah yang investasi emas di Pegadaian. Anak-anak Gen Z memang ada juga sebagian yang berusaha mengalihkan dari tabungan bank ke tabungan emas," terangnya.