Dua Kali Ramadan Tanpa Tradisi Bubur Samin Masjid Darussalam Solo 

Dua kali Ramadan terhenti karena pandemik COVID-19.

Solo, IDN Times - Tradisi unik berbagi takjil di saat berbuka di Kota Solo yang dikenal dengan bubur Samin tak lagi ditemukan di Ramadan tahun ini. Tradisi berbagi bubur warga keturunan Banjar di Masjid Darusslam, Jayengan, Solo sudah absen selama dua kali bulan Ramadan.

Baca Juga: Padusan di Masa Pandemik, Nasib Tradisi Masyarakat Jawa Jelang Ramadan

1. Terhenti sejak adanya pandemik COVID-19

Dua Kali Ramadan Tanpa Tradisi Bubur Samin Masjid Darussalam Solo 

Takmir Masjid Darusalam, HM Rosyidi Mochdlor mengatakan selama dua kali bulan Ramadan tidak mengelar tradisi pembagian bubur Samin karena pandemik COVID-19.

"Dua tahun ini ditiadakan. Sebaiknya jangan membuat bubur Samin dulu, karena kerumunannya banyak sekali,” ujarnya Selasa (14/4/21).

Rosyidi mengaku hingga saat ini banyak warga yang menanyakan pembagian bubur Samin. Menurutnya masyarakat yang datang mencari bubur samin, bukan hanya dari warga Solo, namun juga dari Banjarnegara, Salatiga, Karanganyar, Kendal dan lainnya.

Agar warga tak kecele, Rosyidi mengaku sudah memasang memberitahukan hal tersebut kepada masyarakat melalui spanduk.

2. Diganti dengan pembagian takjil usai salat di masjid

Dua Kali Ramadan Tanpa Tradisi Bubur Samin Masjid Darussalam Solo Antara Foto

Rosyidi menjelaskan alasan panitia tidak mengelar pembagian bubur samin karena menimbulkan kerumunan, dimana pada waktu normal sebelum COVID-19, dalam sehari masyarakat yang datang untuk meminta bubur Samin bisa mencapai sedikitnya 500 orang.

“Tahun ini tidak membuat. Pokoknya sesuai aturan pemerintah jangan sampai berkerumun. Pembagian bubur Banjar Samin ini kan pasti berkerumun,” jelasnya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Menurut Rosyidi saat hari biasa dalam sehari, takmir masjid menghabiskan 50 kilogram beras untuk membuat bubur Samin. Dari 50 kg beras tersebut bisa dibagikan untuk 1.200 warga.

“Yang 1.000 dibagikan, yang 200 untuk takjil di masjid, ditambahi kopi susu, kurma dan lauk pauk,” katanya.

Kendati meniadakan tradisi tahunan tersebut, namun pihak takmir masjid tetap membagikan nasi bungkus dan takjil bagi jamaah salat Maghrib untuk berbuka puasa dan dibawa pulang.

3. Sejarah tradisi bubur samin di Solo

Dua Kali Ramadan Tanpa Tradisi Bubur Samin Masjid Darussalam Solo bbc.com

Menurut Rosyidi, tradisi membuat dan berbuka dengan bubur Samin, pertama kali dilakukan oleh Yusuf Solawat dan Akhri Zein. Tradisi tersebut terus berlanjut hingga Langgar Darusalam diperbaiki pada tahun 1930-an, tetapi masih sebatas untuk internal jamaah masjid.

Hingga Langgar Darusalam dibangun menjadi sebuah masjid pada tahun 1965, tradisi bubur Samin masih terbatas. Baru setelah tahun 1985, bubur Samin dikenalkan kepada masyarakat umum dengan membagi-bagikannya secara gratis selama bulan Ramadan.

"Ini tradisi nenek moyang kita, membuat bubur Samin sebagai menu berbuka dan dibagikan gratis," terangnya.

Bubur Samin sendiri merupakan bubur pada umumnya. Selain beras, komposisi bubur juga dicampur santan, aneka sayur dan rempah-rempah, susu, serta daging sapi. Aroma bubur semakin kental dengan campuran rempah-rempah serta minyak kapulaga Arab atau minyak samin.

Pembuatan bubur Samin dipusatkan di Masjid Darussalam, Jayengan. Proses memasak dimulai pukul 12.00 hingga 15.00 WIB selama sebulan penuh. Selepas salat Azhar atau sekitar pukul 16.00, ratusan warga pun berdatangan sambil membawa piring dan rantang untuk mengambil bubur.

"Rasanya sangat gurih, enak, segar dan hangat, karena menggunakan bumbu rempah-rempah. Sangat cocok jika dimakan untuk berbuka puasa," pungkasnya.

Baca Juga: Dugder Semarang Digelar Sederhana, Hanya Baca Halaqoh dan Pukul Bedug

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya