Natalan 2025 di Semarang Jadi Ruang Perjumpaan yang Setara

- Natalan 2025 di Semarang menjadi ruang perjumpaan yang setara bagi umat lintas agama.
- Umat lintas agama bertemu Uskup Agung Semarang dalam kegiatan bertajuk Safari Natal sebagai doa dan ungkapan cinta damai.
- Penghayat kepercayaan hadir di GKI Karangsaru untuk memperjuangkan kesetaraan dan pengakuan, serta meneguhkan nilai persaudaraan dan solidaritas.
Semarang, IDN Times - Kesetaraan hak sebagai warga negara Indonesia (WNI) menjadi impian bagi setiap penduduk di negeri ini. Maka dari itu, adanya perayaan Natal tahun ini senantiasa diharapkan menjaga ruang perjumpaan bagi umat manusia untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan tanpa mengganggu privasi masing-masing.
Harapan tersebut setidaknya dihaturkan oleh umat lintas agama saat menyambangi Gereja Kristen Indonesia (GKI) Karangsaru Semarang.
Dalam kesempatan tersebut, umat lintas agama dalam kegiatan bertajuk Safari Natal bertemu Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko, beserta Kuria Keuskupan Agung Semarang. Ucapan Natal mereka langitkan sebagai doa sekaligus ungkapan cinta damai.
"Ketika semua keyakinan diperlakukan sebagai bagian sah dari kehidupan berbangsa. Di sini terlihat, nilai luhur kemanusiaan tumbuh dari saling mengenal dan saling menghormati, bukan dari penyeragaman tradisi," kata Ruwiyati, pegiat Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Universitas 17 Agustus (Himakertayasa Untag) Semarang.
Penghayat kepercayaan hadir di GKI Karangsaru

Ia menyoroti makna kehadiran lintas iman sebagai upaya memperjuangkan kesetaraan dan pengakuan.
Bagi penghayat kepercayaan, Safari Natal menunjukkan bahwa ruang perjumpaan yang setara bisa diciptakan.
Bersuka cita untuk hidup rukun

Koordinator Persaudaraan Lintas Agama (Pelita), Setyawan Budy juga berkata Safari Natal memiliki makna penting dalam merawat atmosfer kota yang damai.
Aksi sambang serawung ke GKI Karangsaru juga jadi inisiatif umat lintas agama dan kepercayaan guna menunjukkan bahwa tradisi suatu agama bisa dirayakan bersama-sama.
"Ketika umat Kristen dan Katolik sedang merayakan Natal, kita bisa ikut bersuka cita, apa pun latar belakang kita. Ini praktik nyata hidup rukun di tengah keberagaman," tuturnya.
Meneguhkan nilai persaudaraan dan solidaritas

Koordinator GUSDURian Semarang, Nuhab Mujtaba, mengakui bahwa kegiatan ini sejalan dengan ajaran Presiden Kelima Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tentang wajah Islam yang berpihak pada kemanusiaan, perdamaian, keadilan.
Walaupun ancaman polarisasi sosial-politik masih terus ada, akan tetapi warga Indonesia butuh cara-cara sederhana dan bermakna untuk menunjukkan bahwa perbedaan agama dan kepercayaan tidak menghalangi untuk saling menyapa.
"Kita sedang membangun modal sosial di Kota Semarang," terangnya.
Safari Natal Semarang 2025 diikuti oleh berbagai organisasi dan komunitas, antara lain, Persaudaraan Lintas Agama (Pelita), EIN Institute, GUSDURian Semarang, PMKRI Semarang, HMJ SAA UIN Walisongo Semarang, Himakertayasa Untag Semarang, AMSAW Jawa Tengah 3, Gemapakti Semarang, Duta Damai BNPT Jawa Tengah, serta Kopri PMII Jawa Tengah.
Para peserta Safari Natal Semarang berharap nilai-nilai persaudaraan, solidaritas, dan kemanusiaan terus tumbuh dan menguat di Kota Semarang, dan Semarang bisa menjadi contoh praktik kehidupan lintas identitas religius di Indonesia.
Kegiatan dilanjutkan pada hari ini rombongan Safari Natal melakukan kunjungan ke Keuskupan Agung Semarang sebagai representasi umat Katolik.


















