5 Tanda Pasanganmu Mengalami Holiday Blues, Butuh Dukungan Ekstra

- Pasangan terlihat murung meski suasana liburan meriah
- Mudah cemas atau sensitif terhadap hal kecil
- Menarik diri dari aktivitas sosial
Musim liburan sering dikaitkan dengan kebahagiaan, kumpul keluarga, dan momen penuh tawa bersama orang terdekat. Namun kenyataannya, tidak semua orang merasakan euforia yang sama saat kalender mulai dipenuhi tanggal merah. Ada sebagian orang yang justru merasa cemas, lelah, atau sedih tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini dikenal sebagai holiday blues dan sering kali luput disadari pasangan.
Holiday blues adalah kondisi emosional ketika seseorang merasa tertekan, murung, atau kehilangan semangat selama musim liburan. Perubahan rutinitas, tekanan sosial, hingga ekspektasi berlebihan bisa memicu perasaan ini muncul diam-diam. Jika terjadi pada pasanganmu, dukungan emosional jadi hal yang sangat penting. Yuk simak tanda-tanda pasangan mengalami holiday blues agar kamu bisa lebih peka dan hadir sepenuhnya.
1. Pasangan terlihat murung meski suasana liburan meriah

Saat orang lain tampak antusias menyambut liburan, pasanganmu justru terlihat datar atau mudah sedih. Ia mungkin tetap ikut kegiatan, tetapi ekspresinya tidak menunjukkan kebahagiaan yang tulus. Kondisi ini sering menjadi sinyal awal bahwa ada beban emosional yang sedang dipendam. Terutama jika sikap ini berbeda dari kebiasaan hariannya.
Perasaan murung ini bisa muncul karena kelelahan mental atau tekanan batin yang belum terselesaikan. Musim liburan sering memicu refleksi diri yang mendalam dan tidak selalu menyenangkan. Jika dibiarkan, emosi negatif bisa semakin menumpuk tanpa disadari. Di sinilah peranmu penting untuk memberi ruang aman bagi perasaannya.
2. Mudah cemas atau sensitif terhadap hal kecil

Pasangan yang mengalami holiday blues cenderung lebih sensitif dan mudah tersinggung. Hal kecil seperti perubahan rencana atau komentar ringan bisa memicu reaksi berlebihan. Ini bukan karena ia ingin mencari masalah, melainkan emosinya sedang tidak stabil. Kecemasan sering meningkat saat ekspektasi liburan tidak sesuai kenyataan.
Kondisi ini berkaitan erat dengan kesehatan mental pasangan yang sedang menurun. Tekanan untuk terlihat bahagia bisa membuatnya merasa terjebak. Alih-alih menghakimi, coba dengarkan dengan empati dan tanpa menyela. Pendekatan lembut membantu pasangan merasa dipahami dan tidak sendirian.
3. Menarik diri dari aktivitas sosial

Jika pasangan tiba-tiba enggan menghadiri acara keluarga atau kumpul teman, ini patut diperhatikan. Menarik diri sering menjadi mekanisme bertahan saat seseorang merasa kewalahan secara emosional. Liburan yang padat interaksi bisa terasa menguras energi. Terutama bagi mereka yang sedang mengalami tekanan batin.
Menolak ajakan sosial bukan berarti tidak menghargai momen bersama. Bisa jadi pasanganmu hanya butuh ruang untuk menenangkan diri. Memberinya pilihan tanpa paksaan adalah bentuk dukungan nyata. Sikap ini menunjukkan bahwa kamu menghormati batas emosionalnya.
4. Pola tidur dan makan berubah

Perubahan pola tidur atau nafsu makan sering menjadi tanda kesehatan mental yang terganggu. Pasangan bisa tidur lebih lama, sulit terlelap, atau justru kehilangan selera makan. Musim liburan dengan jadwal tak teratur dapat memperparah kondisi ini. Tubuh dan pikiran saling terhubung dalam merespons stres.
Jika perubahan ini berlangsung beberapa hari, jangan abaikan. Ajak pasangan berbicara dengan nada peduli, bukan menginterogasi. Dukungan sederhana seperti menemani atau mengingatkan makan bisa sangat berarti. Perhatian kecil menunjukkan bahwa kamu hadir secara emosional.
5. Kehilangan minat pada hal yang biasanya disukai

Saat pasangan tak lagi antusias pada hal favoritnya, itu bisa menjadi sinyal holiday blues. Aktivitas yang dulu menyenangkan kini terasa hambar dan melelahkan. Kehilangan minat ini sering berkaitan dengan kelelahan emosional mendalam. Apalagi jika dibarengi perasaan hampa.
Kondisi ini membutuhkan dukungan ekstra dan kesabaran. Kamu bisa mengajaknya melakukan hal ringan tanpa tekanan. Fokuslah pada kebersamaan, bukan memaksanya kembali ceria. Pendampingan yang konsisten membantu proses pemulihan emosinya.
Peka terhadap kondisi pasangan di musim liburan adalah bentuk cinta yang dewasa dan empatik. Cara mendukung pasangan sedih dimulai dari mendengarkan, memahami, dan hadir tanpa menghakimi. Liburan bukan tentang selalu bahagia, tetapi tentang saling menguatkan dalam berbagai rasa. Yuk, jadikan momen ini kesempatan mempererat hubungan dengan dukungan yang tulus.


















