TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dokter Positif COVID-19 di Semarang Tertular Dari Pasien Tanpa Gejala

Jumlah tenaga medis yang terinfeksi terus bertambah

ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS

Semarang, IDN Times - Jangan menganggap sepele pada virus corona (COVID-19). Pandemi ini bisa menginfeksi siapapun baik dengan gejala ataupun tidak. Hal itu dialami oleh puluhan tenaga medis RSUP Dokter Kariadi Semarang yang dinyatakan positif COVID-19 setelah menjalani pemeriksaan swab dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).

Baca Juga: 46 Tenaga Medis RS Kariadi Semarang Positif Corona Diisolasi di Hotel

1. Dokter Zainal Muttaqin menceritakan kronologis kejadian

Dokter Bedah Syaraf RSUP Dr Kariadi Semarang, Prof dokter Zainal Muttaqin SpBS PhD. Dok. Zainal Muttaqin

IDN Times berhasil menghubungi salah satu tenaga medis yang menjadi pasien positif COVID-19 dan sedang dirawat di Hotel Kesambi Hijau Semarang melalui sambungan telepon, Sabtu (18/4).

Dokter Spesialis Bedah Syaraf RSUP Dr Kariadi, Prof dokter Zainal Muttaqin SpBS PhD (62) menceritakan pengalamannya sebagai pasien yang terkena virus corona dengan kondisi tanpa gejala apapun.

Semua itu bermula pada tanggal 21 Maret 2020, dirinya bersama sejumlah dokter bedah syaraf dan dokter residen melakukan operasi terhadap pasien yang membutuhkan tindakan segera. Pada saat itu tim dokter lupa tidak melakukan pemeriksaan secara detail kepada pasien.

Baca Juga: 46 Tenaga Medis RS Kariadi Tertular COVID-19 karena Pasien Tak Jujur

2. Berawal dari mengoperasi pasien bedah syaraf

instagram.com/doctorshare/Jonathan

‘’Kami tidak menyeleksi pasien secara lengkap, hanya dilihat tanda-tandanya. Ada demam atau tidak, ada radang tenggorokan tidak, batuk atau tidak, foto paru bagaimana, laboratorium darahnya hasilnya seperti apa. Hasil pemeriksaan tersebut semua baik dan tidak menunjukkan ke arah COVID-19. Namun, kekurangan kami adalah kami lupa tidak melakukan wawancara terkait seluk beluk histori pasien dan keluarganya. Apakah dia dari daerah zona merah COVID-19, sebelumnya pernah dirawat dimana dan sebagainya,’’ tuturnya.

Hingga akhirnya setelah kejadian operasi pada 24 Maret, salah satu tim bedah syaraf dalam operasi pasien tersebut yakni dokter residen yang sedang menempuh pendidikan spesialis mengalami demam.

Sehingga, tiga dokter residen yang terlibat dalam operasi diminta melakukan pemeriksaan. Mereka dites swab PCR 26 Maret dan pada 1 April diketahui hasilnya positif.

3. Ada dokter residen alami demam, seluruh tim dokter bedah syaraf dilakukan tracing dan swab PCR

ilustrasi swab test. IDN Times/Candra Irawan

Zainal menuturkan, karena merasa ada informasi yang tidak benar yang disampaikan pasien pihaknya pun langsung mencari riwayat pasien. Ternyata pasien sudah pulang setelah operasi, bahkan diketahui pulang lebih awal atau pulang paksa. 

‘’Dari riwayat pasien diketahui pasien berasal dari daerah zona merah, tapi dia mengaku sudah pernah tes COVID-19 dan hasilnya negatif. Pernyataan tersebut tidak bisa jadi bukti karena tidak ada surat keterangan hasil tes. Maka, kami putuskan seluruh staf kami, saya, dokter dan residen pada bagian bedah syaraf yang terkait pada pasien itu untuk melakukan tes. Termasuk, teman-teman dari dokter residen kami yang positif, yang tidak menyentuh pasien, tapi berhubungan, pernah bertemu, bicara, duduk jejer, makan bareng kami periksa,’’ ungkapnya.

4. Tim dokter serta sejumlah residen dinyatakan positif COVID-19 tanpa gejala

Tenaga medis di RSPP (Dok. Humas RSPP)

Pemeriksaan dibagi dalam dua kloter, yaitu 6 dan 8 April dengan swab PCR. Hasil tes pun diketahui pada 13 dan 15 April. ‘’Yang tes 13 April hasilnya semua negatif. Namun, hasil tes 15 April ada yang negatif ada yang positif termasuk saya. Kami dinyatakan positif virus corona dengan status orang tanpa gejala (OTG). Sekarang pun kami yang sedang isolasi di hotel ini semua merasa sehat, tidak ada keluhan apapun, tidak ada tanda-tanda gejala apapun,’’ katanya. 

Menurut Zainal, pola tracing dan pemeriksaan dengan swab PCR seperti yang dilakukan dirinya bersama dokter lainnya itu harus dikembangkan oleh semua institusi rumah sakit besar dan rumah sakit pendidikan yang merawat pasien COVID-19. Cara tersebut bisa untuk mengatasi wabah.

Dengan tracing yang baik dapat menemukan pasien yang positif. Tidak ada keluhan bukan berarti negatif. Sebab 80 persen yang kena virus corona adalah mereka yang tanpa gejala. Sedangkan, 20 persen lainnya yang ada keluhan sakit. 

‘’Institusi kesehatan tersebut harus menerapkan langkah seperti ini. Itu bisa dilihat dari pengalaman kami yang terlihat sehat dan baik-baik saja, tapi ketika diperiksa ternyata positif. Coba kalau tidak diperiksa kan malah menular kemana-mana. Sehingga, ini penting sekali bagi tenaga medis di rumah sakit dan mereka yang terpapar atau kontak langsung dengan pasien positif. Jadi, untuk membuktikannya ya harus diperiksa,’’ jelasnya.

5. Jumlah tenaga medis yang terinfeksi virus corona bertambah

Petugas mengecek proses swab test yang baru dilakukan dari seorang tenaga medis. (IDN Times/Candra Irawan)

Diketahui, dari kabar yang diterima Zainal, jumlah tenaga medis di RSUP Dokter Kariadi yang dinyatakan positif COVID-19 terus bertambah. ‘’Yang bareng rombongan saya ada 46 tenaga medis, kemarin Jumat (17/4) sore tambah jadi 57 orang. Para tenaga medis tersebut berasal dari berbagai klaster, salah satunya bagian kandungan. Sebab, ibu-ibu yang melahirkan itu ternyata juga terpapar virus corona, karena suaminya kerja di Jakarta terus mudik ke Semarang,’’ tuturnya.

Saat ini yang dilakukan para tenaga medis selama isolasi adalah menjalani perawatan dan pengobatan. Secara rutin setiap pagi mereka berolahraga, minum vitamin, makan yang cukup, dan melakukan tes swab setiap seminggu sekali. 

Baca Juga: Banyak Dokternya Terjangkit COVID-19, RS Kariadi Tetap Layani Pasien

Berita Terkini Lainnya